"Jadi itu benar, Natsu-san?" Seorang pelayan tertawa ringan dan bahagia. Mereka sekarang membuat lingkaran kecil untuk bergosip ditengah tugas yang masing-masing masih menggunung.
Natsu hanya tertawa sekaligus meringis, sejak kapan berita hoax menyebar keantara para pelayan di Hyuuga.
"Ahaha! Aku sudah duga. Naruto nii-chan memang hebat."
Semua atensi beralih pada seorang pemuda berambut cokelat yang tiba-tiba bergabung. "Konohamaru?"
"Nanda yo*? Aku hanya memuji Naruto nii-chan." Sarutobi Konohamaru, pengawal Hanabi sekaligus pemuda yang dijuluki anak bawang di mansion besar ini. Meskipun begitu, ia tidak pernah diremehkan setelah mengalahkan Kou tahun lalu, dalam rangka membuktikan bahwa dirinya layak dipertimbangkan untuk menjadi pengawal si bungsu Hyuuga.
*Kenapa?"Anak kecil tidak boleh gabung. Ini pembicaraan orang tua, tau!"
Pemuda keturunan klan Sarutobi ini menggerutu, "Aku juga ingin tau apa yang sedang terjadi dengan Naruto nii-chan. Sudah kuduga Naruto nii-chan adalah orang yang cocok menjadi panutanku." Ujarnya bangga seraya memukul telapak tangannya sendiri dengan kepalan.
Salah satu bodyguard Hyuuga menepuk-nepuk pundak Konohamaru sambil menunjukkan jejeran giginya, ia menyerahkan setumpuk berkas yang tampaknya penting pada Konohamaru.
Pemuda yang mendapat tugas dadakan ini oleng saat setumpuk kertas memenuhi kedua tangannya, "Na-nani -kore?"
"Hanabi-sama sedang latihan, bukan? Kau tidak sedang bertugas, lebih baik gantikan aku," ujar pria itu, tampaknya tidak ingin ketinggalan berita yang sedang panas dibicarakan.
Konohamaru melihat sekilas berkas-berkas dengan ratusan kanji dan kode rahasia diatasnya. "Kemana aku harus membawanya?"
"Haha, aku baikkan? Jika kau ingin tau apa yang terjadi dengan Naruto-san, bawa ini keruangannya dan tanyakan sendiri," jawab bodyguard itu masih tak henti-hentinya mengeluarkan cengiran kuda.
Konohamaru lanjut bersungut-sungut, meskipun begitu sebagai yang termuda ia melaksanakan apa yang disuruh seniornya.
**Broken Ice**
Naruto tersenyum tipis, ia berbalik sebentar untuk meletakkan kertas dan ponselnya diatas meja sebelum menghadap pada Hinata lagi.
"Kemari," perintahnya. Hinata tersentak. Pemuda itu berdiri membelakangi meja kerjanya dan bersandar sedikit disana, tangannya terulur.
"Kenapa?"
Naruto tersenyum miring nan manis. "Kau mau jawaban, 'kan?"
Sinar mentari sore bersinar jingga menerangi ruangan ini, Naruto bersandar sedikit pada mejanya, menunggu Hinata untuk mendekat.
Entah bagaimana jantungnya berdegup begitu cepat melihat Naruto dihadapannya. Perasaannya menghangat kala ia melihat senyum Naruto yang melelehkan dirinya. Angin damai mana yang meniup rambutnya dan parfum jeruk itu mengisi ruangan ini.
Dengan pelan Hinata melangkah mendekat, menyambut jemari Naruto yang langsung digenggam balik oleh pemuda itu. Naruto menarik Hinata lembut kedalam pelukan hangatnya.
Entah bagaimana pelukan Naruto terasa sangat erat, bahkan berada dipelukan Naruto, itu sudah cukup membuat Hinata ingin menangis, hatinya sesak seperti ada hal yang mengganjal. Ia seperti merindukan pelukan ini namun seingatnya ini adalah pelukan pertamanya dengan Naruto.
Sosok kokoh yang memeluknya terasa sangat familiar namun sejauh ingatannya, ini adalah hal yang sangat dinantikan seumur hidupnya.
Perasaannya seperti meleleh saat Naruto membenarkan posisi lengannya dan memeluk Hinata lebih erat. Seperti sedang menumpahkan seluruh rasa rindu dihatinya, Hinata turut merasakan rasa rindu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Ice
Fanfiction"Dia... Tunanganku. Telah mengalami pertukaran hidup denganku." - Hinata. Hati yang sudah membeku takkan bisa menghangat semudah itu. Siapa yang duga jika hari indah itu akan berubah menjadi hari tragedi? Berkat teknologi dan kecerdasan ayah Naruto...