18. Pisau hati

881 109 30
                                    

"Saya juga akan mengumumkan tentang pertunangan putri sulung saya." ujar Hiashi menggemakan seantero aula.

Semua semakin penasaran dan memasang atensi lebih. Lensa mata violet Hinata bergulir kesudut mata melihat Naruto yang tampak tenang duduk disampingnya.

"Dengan bahagia saya umumkan, pertunangan antara Hyuuga dan Uchiha."

** BROKEN ICE **

Tertegun. Hinata terkejut bukan main. Apalagi Sakura yang berdiri tepat dua meter dibelakang lingkaran para petinggi lima klan besar.

Suara bisik-bisik terdengar namun disambut dengan ucapan selamat dari seluruh hadirin rapat. Tidak ada yang mendengar suara retakan jantung Hinata dan Sakura.

"Naruto-kun..." panggil Hinata menoleh. Sementara pemuda yang dipanggil hanya melirik seperti ia barusaja mendengar pertunangan klan lain. Dan bukan pertunangan klan Sasuke dengan Hinata.

Naruto meletakkan tangan didada kiri, mengangguk hormat. "Selamat atas pertunangan Anda, Hinata-sama."

Retak.

Suara patahan hatinya rasanya sampai ia bisa dengar. Hinata diam. Jantungnya terasa berhenti berdetak seiring ucapan itu masuk kerongga telinganya. Ucapan selamat yang terdengar indah itu justru seperti cambuk dihatinya. Matanya menggenangkan air mata yang meleleh menelusuri pipi.

Apa ini? Sejak kapan ayahnya merencanakan pertunangannya dengan Sasuke?

Ingin menjerit menghentikan rapat ini, namun apa kata orang nanti. Pun, disaat yang bersamaan jika ia melakukan itu, identitas penyamarannya akan terbongkar.

Hinata menatap ayahnya dari tempat duduknya-kecewa. "Katakan padaku..." bisik Hinata, sesuatu didalam dadanya sudah bergemuruh. "apa semua ini bohong...?"

Naruto berkedip sekali. Dia bingung. Bukankah sejak awal memang ini yang direncanakan Hiashi dan topik ini lah yang juga akan diangkat kedalam rapat gabungan.

Hinata mengingat lagi, jarinya sempat menggeser surat-surat diatas meja Naruto. Termasuk...

Berita pertunangan Hyuuga hime dan...

"Uchiha Ouji.." gumam Hinata lemas. Netra berlapis softlens violet itu turun, menatap kosong jemarinya yang mengait erat. Yang hanya bisa ia lakukan sekarang adalah tetap tenang, menarik napas dalam-dalam.

Hinata menoleh lagi, gadis itu mengigit bibirnya sendiri dengan kuat, berusaha menahan tangisnya sementara wajahnya sudah basah dengan air mata.

"Kau sudah tahu tentang ini, 'kan?" tembak Hinata menatap Naruto kecewa.

Naruto bergeming, ia menelisik netra violet Hinata.

"Bagaimana bisa kau-" ucapannya terpotong. Hinata menelan ludahnya susah payah dan meralat, "siapa kau?" Akhirnya. Untuk kesekian kali ia sadar bahwa laki-laki disebelahnya bukanlah tunangannya, Uzumaki Naruto.

Tidak hanya Hinata, dan tentunya Sakura.

Lututnya lemas, hatinya sama hancurnya seperti Hinata, bahkan gadis itu tidak bersusah payah menghentikan air matanya yang mengalir tulus begitu saja. Apa-apaan semua ini? Mengapa Sasuke menyembunyikan berita sebesar ini darinya?

Broken IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang