BRAK!
Pintu besi itu berhasil dibobol lagi dan kini sudah didobrak paksa. Pasukan yang dikirim oleh klan Senju sudah mulai menyebar dengan cepat dan waspada.
Mereka berhasil menggeledah sebagian markas ini dan melumpuhkan anggota Ne yang ada.
"Kochire!" Lapor seorang anggota kemudian menyalahkan posisi koordinatnya. Ia menemukan Danzo tengah berdiri disana. Dengan cepat ruangan itu berhasil dipenuhi agent Senju.
*Disini (Formal)"Tahan." Perintah Naruto, membelah anggota tim-nya yang sudah siap melepaskan tembakan mereka.
Naruto berhenti, berhadapan dengan Danzo yang menunduk.
"Bukankah ini yang disebut dengan mendeklarasikan peperangan kembali..." Danzo mengangkat wajahnya, "Naruto-sama?" Danzo menjeda. "Bagaimana bisa kau mengalahkan anak buahku dengan mudah?"
Tanpa banyak bicara Naruto mengeluarkan pistol berwarna silver yang tampak berat itu. Menodong lurus pada dahi Danzo.
Naruto melirik Danzo lurus pada matanya. "Mau perang? Kami sanggup memenuhi permintaanmu." Balas Naruto. "Bukankah sejak awal kau yang sudah melanggar kesepakatan antar Aliansi kami dan serikatmu?"
Danzo mengernyit, "Apa yang kau bicarakan?"
"Dimana pemimpin Klan Senju?" Tanya Naruto to the point.
Danzo menyipitkan matanya, menatap lurus kedua iris biru dihadapannya. "Apa maksudmu? Kau menuduh kami melakukan penculikkan?"
Naruto merogoh saku jaketnya, dan menarik secarik kertas berisikan surat Jiraiya yang mana akhirannya dibubuhi sebuah lambang unik.
"Kau pasti tau lambang ini."
Danzo memerhatikan lambang itu, beberapa detik kemudian ia melebarkan matanya.
"Katakan siapa dalangnya atau kau mati sekarang."
Danzo tersenyum, "Jika aku mati, kau tidak akan pernah mengetahui siapa dalangnya."
**Broken Ice**
Hinata perlahan mengerjap dan membuka matanya yang terasa begitu kering. Ia berkedip beberapa kali untuk membasahi mata peraknya.
Namun, orang yang pertama dilihatnya tengah menyesap teh, bersandar pada meja belajarnya seraya memandangi arloji dipergelangan tangan.
Hinata memekik terkejut dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut. "Kau! Sejak kapan kau disini? Tidak sopan masuk kekamar seorang gadis yang baru bangun."
"Jam tujuh tepat. Waktumu hanya setengah jam dari sekarang untuk bersiap kesekolah." Tanpa membahas tentang keberadaan dan attitude nya, Naruto langsung menusuk Hinata dengan jadwal hari ini.
Hinata membulatkan matanya sejenak, meskipun begitu bibirnya tetap terkatup. Ia melompat dan segera memasuki kamar mandi dengan langkah kecil yang cepat.
Naruto yang melihatnya masih dalam gaya menaikkan pergelangan tangannya sebatas dada. Ia mengangkat satu alisnya dan memajukan bibir bawahnya.
Tanpa sengaja ia melirik cermin besar disampingnya.
Ia menatap dirinya lekat-lekat disana. Menatap mata biru itu dalam-dalam dengan datar. Hatinya bahkan bergumam nyaris tidak mengenali siapa pemuda dicermin tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Ice
Fanfiction"Dia... Tunanganku. Telah mengalami pertukaran hidup denganku." - Hinata. Hati yang sudah membeku takkan bisa menghangat semudah itu. Siapa yang duga jika hari indah itu akan berubah menjadi hari tragedi? Berkat teknologi dan kecerdasan ayah Naruto...