PART 14

1.2K 121 13
                                    

🌸🌸🌸
Mungkin ini memang tujuan ego. Namun ini bukan tujuan hati. Ego yang terus mendesak masuk dalam situasi sulit dan hati yang terus kokoh dengan pendiriannya, seakan terus menolak
🌸🌸🌸

"Tte buruan ah lo mau dandan gimana juga sama aja" ucap Prilly yang sangat jengah menunggu sahabatnya berdandan di dalam kamar.

"Iya iya dah ini udah kelar" ucap Gritte menyusul keluar kamar.

Kalau saja Gritte tak muncul saat itu juga, dapat dipastikan Prilly akan mengatai Gritte sebagai toko make up berjalan lagi.

"Ily! Itte! Tante sama om ada acara sampai malam ya! Bisa ditinggal kan?"
Ucap Tante Michelle yang berada di meja makan bersama Om Dhika itu.

"Siapp Tan lagian Ily udah biasa ditinggal" ucapnya tak ada beban

"Yaelah baper lo" itte menyenggol lengan Prilly.

"Yaudah cepet kalian makan terus berangkat sekolah yah yakali udah sekolah mahal mahal telat? Kasian dompet om dong" sambar Om Dhika. Ily dan Itte hanya mengangguk jengah.

"Iya iya om dan tante bawel!" pekik Prilly dan Itte barengan. Memang kompak sekali mereka. Sedangkan Om Dhika dan Tante Michelle hanya menggelengkan kepala.

***

Suasana sekolah yang begitu sepi membuat Prilly bingung. Bagaimana tidak, yang biasanya lapangan dipenuhi dengan siswa laki laki sedang bermain basket, lorong dipenuhi siswi siswi penggosip dan kini benar benar sepi layaknya hari libur.

Sedangkan Gritte tidak menyadari akan perubahan suasana itu. Mereka terus saja berjalan hingga menerobos gerbang sekolah.

Suasananya benar benar sepi.

Tak lama ada satu siswi datang menghampiri mereka. Lebih tepatnya menghampiri Itte.

"Eh lo Itte kan? Ikut gue dong ada yang mau gue tanyain sama lo"

"Iya. Kok lo tau nama gue? Disini aja ada apa emangnya ?" Tanya Gritte pada siswi tak dikenal ini.

"Kita kesana aja Tte ini penting suer" ucapnya merayu.

Itte menoleh pada Prilly dan dibalas dengan anggukan Prilly.

Setelah Itte pergi, Prilly kembali meneruskan perjalanan menuju kelasnya.

Namun saat ia berjalan ke arah lapangan basket, tiba tiba langkahnya terhenti.

Bola basket warna hitam bergaris emas tiba tiba menggelinding ke arahnya. Prilly membungkukkan badan mengambil bola basket itu dan memandanginya sejenak.

Aneh sekali. Lapangan masih terlihat kosong tanpa adanya pemain. Namun anehnya bola basket ini menggelinding ke arahnya seakan habis dimainkan oleh seseorang dan tak sengaja menggelinding ke arahnya.

Prilly celingak celinguk mencari si empu dari bola basket indah ini.

"Ini punya siapa ya?" Tanyanya seakan pada dirinya sendiri karena tak ada seorangpun di sekitarnya.

Saat matanya mencoba mencari mengitari sekeliling tiba tiba..

Sreett..

Sebuah Banner besar dari lantai 3 terbuka menjuntai ke bawah menampilkan tulisan yang begitu besar.

'Will you be mine?'

Difficult ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang