PART 15

1.4K 130 25
                                    

🌸🌸🌸
Salahkan siapa jika sudah begini? Salahkah hati? Tidak. Hati hanya berhasil menemukan tempat ternyamannya untuk bersandar tanpa mengerti keadaan yang seharusnya
🌸🌸🌸

Sorot mata elang itu mennggambarkan apa yang dirasakannya saat ini. Perasaan emosi sekaligus kegelisahaan di waktu bersamaan.

Tangannya terus men-dribble bola basket di jangkauannya dengan keras. Sehingga menimbulkan suara berisik tak beraturan.

Ali melempar bola itu ke sembarang arah dengan emosi. Ia mencengkram rambut kepalanya dengan kedua tangannya.

"AARGH! KENAPA SIH GUE INI?!!" Pekik Ali mondar mandir sesekali menjambak rambutnya sendiiri.

Kelakuannya sejak tadi rupanya disaksikan oleh seseorang.

Verrel.

Satu satunya sahabat Ali yang dewasa dalam menghadapi hal apapun. Ya walaupun tetap tak menghilangkan unsur lawak dalam dirinya.

Suara berisik dentuman antara bola basket dan lantai aula itu yang membuat Verrel mengurungkan niatnya yang ingin pergi ke ruang guru mengambil nilai.

Dengan gerakan perlahan Verrel membuka sedikit demi sedikit pintu Aula dengan Ali yang ada di dalamnya.

"KENAPA GUE HARUS MERASA INI SALAH?! KENAPA GUE EMOSI DENGAN APA YANG GUE LIHAT TADI?! " suara Ali memekik seorang diri yang belum menyadari keberadaan Verrel yang semakin mendekat ke arahnya.

Verrel menghela napas sejenak setelah itu menepuk pundak Ali

"Li"

Ali terperanjak. Mengapa bisa ada Verrel di sini? Hanya sebentar ekspresi terkejutnya berubah menjadi dingin kembali.

"Lo mau ngomong?" Tanya Verrel pelan. Ia tahu bahwa saat ini Ali membutuhkan telinga untuk mendengarkan isi hatinya.

Ali menghela nafas kasar setelah itu terduduk di lantai aula dengan kaki kedepan dan kedua tangan di atasnya.

"Gue gak tau Rrel. Gue bingung sama diri gue sendiri" ucap Ali pelan. Diikuti dengan gerakan Verrel yang ikut terduduk di samping Ali.

"Gue tau. Yang lo harus lakuin cuma satu Li. Kenalin diri lo sendiri." Ucap Verrel.

"Terutama ini nih" Verrel mengarahkan telunjuknya ke arah dada Ali bermaksud menunjuk hati Ali.

"Yang mengerti perasaan lo ya diri lo sendiri. Jangan berpikir selalu orang lain yang akan mengerti perasaan lo dengan sendirinya. Lo harus kenali dan pahami hati sama perasaan lo sendiri Li. Lo ngerti maksud gue?"

Ali diam menunduk memandangi dadanya yang ditunjuk oleh Verrel.

"Gue nggamau nanti ada salah satu dari kalian yang saling menyakiti" ucap Verrel menurunkan telunjuknya.

"Gue ngga mau kakak adek yang selama ini akur jadi hancur karena cewek. Yang sialnya? Sama sama nempatin hati kalian berdua Itupun kalau dugaan gue benar tentang lo yang mulai naruh hati sama Prilly. Lo paham? Gue yakin lo bisa bijak dan bisa ngontrol perasaan lo sendiri" Ali tetap diam.

"Gue engga tau ya lo ada apa sama si Prilly. Yang jelas sekarang Prilly udah sama abang lo dan lo tau? Abang lo bahagia Li"

"Gue yakin lo bisa dewasa" ucap Verrel menepuk pundak Ali dan menghela napas.

Verrel mulai beranjak dari aula meninggalkan Ali sendirian yang masih betah berdiam diri.

Ali menjambak rambutnya lagi "arghh gue gatau!! Gue gatau!!" Pekiknya dan kembali meletakkan kedua tangannya di atas lututnya yang ditekuk.

Difficult ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang