Raka POV
"Mar, boleh ya gue hari ini ke rumah lo?" Tanya gue pelan, takut temen sekelas pada denger. Maria yang sibuk menulis menoleh ke arah gue, gue takut dia nolak. Soalnya terakhir kali gue ke rumahnya, gue bilang jus buah buatannya gak enak, dan itu fakta.
"Mau ngapain?" Maria kelihatan gak senang, masih marah mungkin. "Ma, mauu... mau... cobaa jus buatan lo!" Gue gugup dan tolol nya gue malah jawab itu. Kening Maria berkerut. "Katanya jus gue gak enak? Gimana sih?!" Maria memutar bola matanya. Haduh, gue harus apa?
"Kemarin gue bohong soal jus lo, maaf ya." Akhirnya ide itu yang keluar dari kepala gue. Maria mulai kelihatan melunak. "Jadi, sebenernya jus buatan gue enak?" Tanya Maria. Gue mengangguk, terpaksa. Biar gue diizinin ke rumahnya lagi. Maria tersenyum lebar. "Kenapa lo bohong sama gue? Tau gak, tadi malem gue nangis dikamar gara- gara lo bilang jus gue ga enak!" Maria bercerita panjang lebar. Jujur, gue pengen ketawa kalo sifat cerewet nya udah keluar. Tapi entah kenapa, gue selalu seneng dengerin ceritanya meskipun cerita itu ga seru sekalipun.
Gue sama Maria udah sahabatan sejak kecil. Gue yang nemenin dia bolak- balik rumah sakit gara-gara metabolismenya yang lemah, gue yang nemenin dia nangis karena papa nya sakit dan meninggal, dan gue juga yang nemenin dia seneng karena bakal punya saudari tiri. Dan tanpa gue tahu, kebersamaan itu yang justru bikin gue makin nyaman sama dia.
Pulang sekolah, Maria dengan senang hati ngajak gue kerumahnya. Gue dan Maria pulang naik motor gue, dan selama perjalanan, Maria cerita panjang lebar lagi soal perjuangannya latihan bikin jus buah. Jujur aja, gue pengen kayak gini terus. Gue dan Maria, berdua, selamanya.
Sesampainya di rumah Maria, Maria langsung masuk ke rumah. "Raka, ayo masuk!" Maria narik tangan gue menuju ke ruang tengah. Maria nyalain tv. "Sambil nunggu gue bikin jus, lo nonton dulu sana!" Ucap Maria, lalu pergi ke dapur. Gue nurut aja sama kata Maria. Tapi lama- lama jenuh kalo nonton doang. Akhirnya gue nyusul Maria ke dapur.
"Ada yang bisa gue bantu?" Tanya gue. Maria keliatan susah motong buah. Tiba-tiba... "Aaaaaaa.... sakiiit.." Darah mengucur dari telunjuknya. Dengan sigap, gue pegang telunjuknya dan gue sedot darahnya. Mata Maria terbelalak. "Woy, jorok ih bau jigong!" Maria tertawa sambil memukul gue dengan tangan yang satunya. Gue masih ga mau lepasin tangan Maria. Tangannya lembut, hangat pula.
"Heh!! Pacaran mulu, awas-awas!!" Gadis berambut panjang itu mengusik kebersamaan gue sama Maria. Ia ambil gelas, pisau dan buah yang baru dipotong sama Maria. "Bikin jus aja ribet banget sih Mar!" Setelah ia berkata begitu, dia ninggalin gue dan Maria yang masih ngeliatin dia. Dia motongin buah dengan cepat, beda sama Maria. Dan setelah itu langsung masukin semua buah ke blender, plus ditambahin gula dan susu. Beberapa menit kemudian, jus itu udah jadi di gelas. Gadis itu nuangin jus di 3 gelas. Dan yang pasti dua gelas itu buat gue dan Maria. "Noh udah jadi, lain kali kalo mau bikin jus jangan berisik. Panggil aja gue kalo susah." Dia naik ke lantai atas, dan masuk ke kamarnya. Gue masih melongo. Cewe itu cepet banget bikin jusnya.
"Yah, padahal gue pengen bikinin buatan gue ke lo." Maria murung. Gue tau pasti Maria ngerasa gagal. "Nggak apa-apa Mar, mending kita minum aja jus nya." Gue ambilin gelas isi jus itu buat Maria. Gue dan Maria nikmatin jus itu dihalaman rumah Maria sambil dengerin cerita-cerita Maria. Hari mulai gelap. Gue gak peduli waktu gue habis, asalkan bersama Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstract
Teen Fiction⚠ VOTE DIKIT LAH KALO SUKA :) . . . Memang ada yang patut dipendam sendiri dan ada yang harus dipendam. Termasuk perasaan beberapa anak manusia. Tak terkecuali Raka, yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Atau Maria yang tenggelam dalam pesona pa...