Kania sibuk dengan handphone nya yang sedari tadi tidak menyala. "Ini gara- gara si Raka sialan itu!" Batin Kania sambil berusaha menyalakan handphone nya. Setelah bertengkar tadi, Kania langsung mengambilnya handphone nya dan pergi keluar kelas. Namun setelah keluar kelas, hatinya tak kunjung tenang.
"Heh Kania!" Tepuk seseorang dari belakang. Ini pasti si Raka bajingan itu! Kania membalikkan badannya. "NGAPAIN LO MASIH NGIKUTIN GUE? IKUT CAMPUR AMAT SIH SAMA URUSAN KELUARGA ORANG!" Cerocos Kania tanpa sedikitpun memberi kesempatan orang dihadapannya bicara. "Woy Kania! Ngomong apaan sih?" Lelaki dihadapannya memukul dahi Kania. Kania terbelalak. "Eh, Ghani. Maaf ya, kirain si Raka-njing." Kania terkekeh pelan karena malu. "Siapa? Raka-njing?" Ghani heran dengan nama yang disebutkan Kania. "Udahlah Ghan, ga usah dibahas! Ngomong- ngomong, ngapain lo manggil gue?" Tanya Kania.
"Nggak kok, cuma manggil doang. Lagian lo ngapain sih? Sibuk amat sama hp. Hp baru ya? Pantesan daritadi di elus- elus terus." Ucap Ghani. Kania manyun. "Dielus- elus gara- gara dibanting sama si Raka-njing." Jelas Kania dengan raut wajah yang kesal. "Siapa sih Raka-njing?! Perasaan kagak ada yang namanya pake '-njing' segala dibelakangnya" Tanya Ghani heran. "Itu lho, si Raka, bodyguard nya Maria." Kania memperjelas. "Lho?! Sejak kapan nama Raka pake '-njing' ?" Tanya Ghani lagi. "Gue tuh kesel sama dia, makanya gue tambahin '-njing'!" Jawab Kania. "Nih anak nanya mulu deh!" Batin Kania.
"Terus kalo lo kesel sama gue, nama gue jadi Ghani-njing ya?" Tanya Ghani lagi dengan wajah sok polos, membuat Kania gereget. "Terserah lo lah! Bye!" Kania pergi meninggalkan Ghani.
Kania berjalan ke taman sekolah. Ia kesal, sepertinya handphone nya rusak. Padahal, ia ingin mengabari papa kalau ia akan pulang sore. Hari ini adalah hari ulangtahunnya. Sepertinya Papa, mama dan Maria lupa. Kania berniat merayakannya sendiri, setidaknya bersama makam Mama yang sudah lama tidak ia kunjungi. "Oh iya, gue belum beli kue!" Kania menepuk jidatnya. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Kania kabur dari sekolah dengan mudah karena pak satpam sedang sholat Dzuhur.
--------------
"Yakin mau tetep kumpulan OSIS?" Tanya Raka sekali lagi pada Maria. "Iya ih, ini gue udah agak enakan. Tenang aja, lo pulang duluan sana. Banyak yang harus gue selesain di OSIS" Maria berjalan pelan ke arah ruang OSIS. "Bener nih? Jangan maksain kalo masih sakit." Ucap Raka. "Iya Raka, udah ya? Gue kumpulan dulu, lo pulang duluan, oke? Bye!" Maria masuk ke ruang OSIS.
Raka masih sangat khawatir pada Maria. Terlebih, Kania sangat cuek dengan kesehatan Maria yang lemah. "Dasar tuh orang, ga punya hati kali ya?!" Batin Raka. Raka pergi ke parkiran sekolah. Dengan cepat, Raka menaiki motornya dan pulang.
Motor di parkir didepan rumah. Rumah besar itu hanya dihuni empat orang, Raka, Ayah, Bunda dan Bi Nani. Raka adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya, Rika Safitri meninggal dunia akibat kecelakaan setahun yang lalu. Kak Rika meninggal seminggu sebelum melaksanakan pernikahan bersama dengan calon suaminya.
Raka sangat rindu pada Kak Rika. Sebab itulah mengapa Raka sangat kesal atas perlakuan Kania terhadap Maria. Karena Raka sudah pernah merasakan menyesal setelah kehilangan. Dulu, ia dan Kak Rika seringkali berebut barang dan makanan. Namun ketika Raka sudah kehilangan Kak Rika, ia malah ingin mengulang waktu dan berjanji akan mengalah bila waktu benar- benar terulang. Sayangnya, tidak akan mungkin.
"Asalamualaikum. Bi, ini Raka." Salam Raka sambil mengetuk pintu. Terdengar suara kunci pintu diputar. "Eh Raka, waalaikumsalam. Si Bunda belum pulang." Ucap Bi Nani sambil membuka pintu. Bi Nani adalah pembantu rumah tangga di rumah Raka sekaligus saudara Bi Inah, pembantu rumah tangga di rumah Kania dan Maria. "Ah, udah biasa Bunda sama Ayah pulang malem." Ujar Raka sambil melempar tas ke arah sofa.
"Oh ya Raka, tadi pagi bunda nyiapin sesuatu di dalem tudung saji. Katanya kalau Raka udah pulang sekolah, suruh di periksa." Ucap Bi Nani sambil membuatkan minum untuk Raka seperti biasa. "Emangnya apaan bi?" Tanya Raka. "Nggak tahu." Jawab Bi Nani sambil membawakan es teh ke meja, untuk Raka. Raka pergi ke dapur dan membuka tudung saji. Terdapat kue ulangtahun bertuliskan
"Happy birthday Rika♡"
Raka tersenyum getir. "Bunda dan ayah pasti kangen Kak Rika. Lebih baik, gue ke makam Kak Rika aja sekalian doain." Pikir Raka.
Raka memakai kemeja pendek berwarna biru dongker. Lalu ia mengendarai mobil sedan jazz bewarna silver yang memang jarang dipakai. Sebenarnya Raka ingat, hari ini adalah hari ulangtahun Kak Rika. Namun Raka tidak berniat untuk merayakannya. Tadi malam juga, Raka sudah membahasnya dengan Maria di balkon.
"Lebih baik kita doakan saja orang yang sudah gak ada, daripada harus menyimpan banyak kesedihan. Justru gak baik kita terus- terusan sedih dan menyalahkan." Nasihat Maria.
Sesampainya di pemakaman, Raka membeli bunga dan air mawar. Lalu ia mencari makam Kak Rika. Ia cabuti rumput liar disekitarnya, lalu berdoa dan menyiram air bunga.
"Happy birthday to me, happy birthday to me, happy birthday, happy birthday, happy birthday to me."
Bulu kuduk Raka merinding. Raka berpikir keras. Jangan- jangan itu Kak Rika....
"Mama sehat kan? Mama lihatin aku terus dari jauh kan, Ma? Iya kan? Hehe, syukur deh kalo gitu, Ma. Mama seneng- seneng ya disana. Biar aku gak khawatir sama Mama, oke? Doain aku biar aku makin sholehah, baik dan pintar ya Ma. Amiin." Gadis itu meniup lilin di kue nya.
Raka lega. Ia sudah berpikir yang enggak- enggak. Tiba- tiba Raka mendengar suara tangisan. "Haduh, apa lagi sih, serem amat dah! Pulang ah!" Batin Raka sambil terus berjalan keluar.
"Masa hp aku dibanting Ma, sama si Raka. Padahal itu banyak foto sama Mama. Mama sebel kan? Aku juga sebel!" Gadis itu terisak pelan. Lalu membiarkan air matanya tetap mengalir.
"Kok nama gue disebut ya? Banting hp? Jangan- jangan..." Raka menoleh ke sumber suara. Gadis itu memakai dress hitam, rambutnya panjang terurai. "Gak mungkin Kania dandanannya kayak gitu." Batin Raka lagi.
"Ma, Kania kangen. Kania boleh pergi sekarang? Kania kesepian disini. Gak ada yang berpihak sama Kania. Semua seakan musuhin Kania. Kenapa Ma? Kania ikut pergi sama Mama aja ya, boleh ya?" Air matanya menetes deras.
Tik, tik. Gerimis turun. Raka tidak tega membiarkan Kania sendirian, di pemakaman, dan turun hujan. Raka melangkah menghampiri Kania.
"MEMANGNYA, LO SIAPA?!"
Kata- kata Kania terngiang di telinganya. Langkahnya terhenti. Dia tahu, sepertinya Kania memang tidak mau diganggu, apalagi oleh Raka. Raka berbalik. Hujan semakin deras. Raka pun berlari ke parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstract
Teen Fiction⚠ VOTE DIKIT LAH KALO SUKA :) . . . Memang ada yang patut dipendam sendiri dan ada yang harus dipendam. Termasuk perasaan beberapa anak manusia. Tak terkecuali Raka, yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Atau Maria yang tenggelam dalam pesona pa...