Sixteenth - Membongkar

31 4 0
                                    

Jika mencintaimu adalah fakta
Maka membencimu adalah opini
Jika meninggalkanmu adalah rencana
Maka hidup bersamamu adalah realita


Yudha datang ke rumah malam hari. Membuat Maria terheran- heran. Tadinya, Yudha berniat mengajak Maria untuk dinner berdua di luar. Namun mama dan papa menyuruh mereka untuk makan malam di rumah saja.

Suasana di meja makan sangat canggung. Terlebih Kania yang menatap Yudha heran.

"Ngapain dia disini?"

Pertanyaan Kania sontak membuat beberapa mata terbelalak.

"Tadi, gue mau ajak Maria makan diluar. Tapi tante sama om ngajaknya makan disini aja." Jelas Yudha yang duduk di sebelah Maria. Kania ber-oh saja.

Ketika mereka hendak memulai makan, terdengar suara bel berbunyi. Kania sudah siap berdiri untuk membukakan pintu. Namun mama mencegah.

"Sama mama aja ya." Mama bangkit dan segera menuju pintu utama.

"Eh Ghani!" Suara mama terdengar ke ruang makan. Lalu tampak mama yang dibuntuti oleh sosok Ghani.

"Heh lo! Ngapain ke sini?" Mata Kania terbelalak. Kania berdiri lalu mendorong Ghani. "Pulang sana, udah malem!" Kania menarik Ghani ke pintu.

"Yah, ma. Ghani diusir nih." Ghani merengek seperti anak kecil, membuat Kania geli. "Jijik ih! Lo ngapain ke sini?" Kania menoyor kepala Ghani.

"Sudah, sudah! Kania, Ghani ajak makan malem aja disini. Mumpung Yudha juga ikutan."

Ucapan mama membuat Kania mengalah. Ghani duduk disebelah Kania. Matanya menangkap bayangan menu seafood di meja makan.

"Wah, mama yang masak nih? Banyak banget. Pasti enak." Ghani mengambil piring dan beberapa lauk. Mama tersenyum. "Iya, mama yang masak. Dicoba dulu deh. Kalo kurang, nambah aja ya." Ucap mama. Ghani mengangguk senang.

Semua akhirnya memulai makannya masing- masing setelah berdoa. Mereka menikmati hidangannya.

Ketika semua sudah selesai makan, mereka berbincang- bincang sedikit.

"Lho, kenapa Yudha disini?" Pertanyaan Ghani sama persis dengan pertanyaan yang diajukan Kania. Ketika Yudha menarik nafas untuk menjawab, Ghani sudah melayangkan pertanyaan lain.

"Pdkt ya?"

Tiba- tiba hening.

"Bukannya harusnya Raka ya yang ada disini?" Pertanyaan Ghani membuat canggung Yudha, Maria dan tentu saja Kania.

Mama dan papa yang melihat situasi itu langsung mencairkan suasana. Mama mulai menjelaskan.

"Tadi itu, Maria mau diajak...."

"Wah, kayaknya kedatangan saya mengganggu ya? Kalau gitu saya pamit dulu ya, om, tante." Yudha bangkit dari duduknya.

"Kok cepet banget sih? Omongan Ghani ga usah dipikirin." Maria berusaha menahan Yudha.

"Gak apa- apa kok. Lagian ini udah malem. Ga baik mengganggu waktu istirahat kalian. Tante, terimakasih makanannya. Semuanya enak." Ucap Yudha.

"Ah, sama- sama Yudha. Lain kali main kesini lagi ya."

"Iya tante. Lain kali main kesini. Tapi gak akan sering- sering. Takutnya ngeganggu." Mata Yudha melirik ke arah Maria, Kania dan Ghani.

"Ah, ngomong apa sih kamu Yudha? Kamu sama sekali gak ngerepotin kok." Ucap mama.

"Kalo gitu saya pamit dulu. Asalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

Semua hening. Maria berdiri.

AbstractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang