"What?! Maria sayang sama gue?" Batin Raka girang sambil menarik- narik rambutnya sendiri. Hatinya berbunga- bunga riang.
" OH MY GOD! Makasih banget Ya Allah!! Ga sia- sia penantian gue!!" Raka melompat- lompat senang di kamarnya. Ia sangat senang dengan kalimat yang dilontarkan Maria tadi.
Pintu kamar Raka terbuka. "Heh Raka, bunda kira ada gempa, ternyata kamu lompat- lompat dikamar! Lantai bawah jadi berisik tuh! Udah gede, sadar bodi dong Raka! Badanmu itu udah setengah ton lebih! Bunda takut runtuh ini rumah!" Bunda geleng- geleng kepala melihat kelakuan anaknya. Raka hanya tersenyum jail.
"Biarin dong bun, Raka kan kurus." Raka melompat lagi. "Bukannya ayah udah bilang, kalo kamu lompat- lompat, kegantengan kamu bakal luntur?" Bunda mengingatkan. Raka tertawa. "Bunda, Raka udah gede, gak bakal percaya sama kayak gituan. Raka kan ganteng alami, asli, dan takkan pernah pudar sepanjang masa. Bahkan kegantengan Raka udah terjamin halal oleh MUI. " Ucap Raka menyombongkan diri.
Bunda menghela nafas dengan kelakuan anaknya itu. "Ya udahlah, terserah kamu. Pokoknya jangan lompat -lompat, terus kamu mandi sekarang, kita mau jalan -jalan." Bunda keluar kamar.
"SIAP BOS!" Raka hormat pada bunda seperti saat ia sedang upacara.
Raka merebahkan tubuhnya di kasur. Lelah setelah melompat tak karuan. Hatinya berdebar- debar senang. Ia mencoba mereka- reka apa yang akan ia lakukan pada Maria setelah ini.
"Wah, badan gue bau." Raka mencium ketiaknya sendiri dengan jijik. Ia mengambil handuk dan baju dilemari. Namun matanya tak sengaja menatap balkon Kania yang tertutup rapat.
"Dia lagi apa ya?" Gumamnya pelan.
Raka menggelengkan kepala. Lalu tertawa kecil sambil melangkah ke kamar mandi. Untuk apa gue peduli sama dia?
------------
Ghani benar- benar datang. Ia datang dengan membawa sepeda motornya. Ia juga sengaja membawa martabak manis, makanan kesukaan Kania.
"Hey Kania!" Ghani melambaikan tangannya."Eh Ghani, akhirnya dateng juga! Ayo masuk." Kania membukakan pintu. Ghani pun masuk ke rumah.
"Kania, itu siapa?" Tanya mama yang sedang menonton tv dengan sedikit berteriak. "Ghani, Ma." Jawab Kania. Mama langsung menghampiri mereka. "Eh Ghani, tumben main kesini. Ibu sehat?" Tanya mama. Ghani tersenyum sambil menyalami tangan mama.
"Alhamdulillah Ibu sehat. Tante juga sehat kan?" Tanya Ghani. Mama tertawa. "Lho kok manggilnya tante? Biasanya juga manggil mama kok. Iya mama sehat. Kok jadi canggung gitu? Udah jarang main kesini ya, jadinya gak nyaman?"
Ghani mengiyakan dalam hati. Dulu saat SMP, Ghani sering bermain ke rumahnya. Hanya sekedar meminjam novel Kania atau menonton film dan drakor dikamar Kania. Semenjak SMA, Kania sudah tidak terlalu dekat dengan Ghani, karena mereka beda kelas dan jurusan.
"Ghani kesini mau ngapain? Ada pr atau bagaimana? " Tanya mama sambil menyiapkan minuman untuk Ghani. "Enggak kok ma, Ghani mau main aja kesini. Semenjak SMA udah jarang main sama Kania." Jawab Ghani. Mama ber- oh.
"Ya udah Kania, ajakin Ghani ke kamar sana. Mama bikinin minum dulu ya." Pinta Mama. Kania mengiyakan. "Duh ma, ga usah repot. Ghani nanti ambil sendiri kalo haus." Ghani merasa sungkan. "Udah gapapa Ghani, Bi Inah nya lagi nyuci. Jadi biar mama yang bikinin. Lagian Ghani kan udah lama gak kesini. Jadi mama mau bikinin sesuatu buat Ghani." Ucap mama, masih sibuk dengan minuman.
"Udah ih, Ghan, banyak omong amat ama mama gue, kapan gue nontonnya?" Kania menarik Ghani agar segera naik ke atas. Akhirnya Ghani mengikuti langkah Kania menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abstract
Teen Fiction⚠ VOTE DIKIT LAH KALO SUKA :) . . . Memang ada yang patut dipendam sendiri dan ada yang harus dipendam. Termasuk perasaan beberapa anak manusia. Tak terkecuali Raka, yang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Atau Maria yang tenggelam dalam pesona pa...