Seventeenth - Nyata

24 3 0
                                    

Matanya masih belum bisa lepas dari layar laptop sejak tadi malam. Padahal jam sudah menunjukkan jam setengah tiga pagi. Matanya yang terlihat menghitam di bagian bawah dihiraukannya sejenak.

Layar itu menampilkan drama korea berjudul Rich Man yang dimainkan oleh Suho EXO dan Ha Yeon Soo. Saking asyiknya, Kania belum bisa memejamkan matanya demi menyelesaikan episode demi episode.

Matanya mulai memberat. Namun masih ada lima episode yang belum ia saksikan.

"HOOOAAAMM...." Kania menguap selebar mungkin. Tak lama kemudian ia menutup layar laptopnya tanpa mematikannya terlebih dahulu. Lalu ia melipat lengannya, menjadikan kedua lengannya sebagai alas tidur untuk kepalanya. Dan tak butuh waktu lama bagi gadis itu untuk berlayar di dalam mimpi.

Beberapa jam kemudian azan shubuh berkumandang. Membangunkan para hamba yang hendak menunaikan ibadah. Kania yang baru saja tertidur tiba- tiba terbangun dengan suara azan. Ia menggaruk kepalanya yang gatal dan melangkahkan kaki keluar kamar.

Kania mengetuk pintu kamar Maria.

"Maria, sholat shubuh!" Ucap Kania seraya meninggikan nada bicaranya. Namun seperti beberapa hari sebelumnya, tidak ada jawaban dari dalam kamar Maria.

Maria beranjak pergi ke kamar mama dan papa. Ia mengetuknya pelan.

"Ma, pa, udah azan. Sholat shubuh!" Ajak Kania. Terdengar suara dari balik kamar.

"Iya, ntar nak." Jawab mama, dan itu membuat Kania melengos kesal.

Beberapa hari ini, Kania terbiasa membangunkan keluarganya untuk sholat shubuh. Namun seperti yang diketahui, tak ada yang bangun. Bahkan Kania mengetahui bahwa mereka bangun sekitar jam 06.45 karena akhir- akhir ini Kania bangun lebih awal. Entahlah mereka sholat atau tidak.

Kania mengambil air wudhu di kamar mandi yang berada di kamarnya. Setelah itu ia memakai mukenanya dan menggelar sajadahnya. Namun telinganya terusik oleh suara dari balkon.

"Allahu akbar!"

Kania membuka tirai balkon sedikit. Terlihat bunda, ayah dan Raka sholat bersama di kamar orangtuanya. Kania tersenyum tipis. Kapan aku bisa seperti itu?

Tak sadar, air mata turun dan mengalir di pipi Kania. Ia menggelengkan kepalanya. "Kenapa sih gue nangis?" Batin Kania sambil mengusap air matanya dengan mukena. Lalu ia segera memulai sholat shubuh.

Setelah sholat shubuh, Kania memutuskan untum tidur lagi karena mengantuk.

Ia rebahkan tubuhnya ke kasur. Tak lama matanya pun terpejam. Namun lagi- lagi ada yang mengusiknya. Suara berisik dari halaman depan rumahnya mengganggu pendengarannya. Kania bangun dan turun ke lantai bawah. Tampak beberapa orang sedang mengerjakan sesuatu di halaman depan. Kania menghampirinya.

"Permisi pak, ada apa ya disini?" Tanya Kania kebingungan melihat banyak barang di halaman depan.

"Ini mau dekorasi pesta ulang tahun, neng. Saya lupa, ulang tahun siapa ya?? Neng Mara?? Neng Mari?? Oh neng Mira!" Bapak itu sibuk mengingat namanya.

"Oh, itu Maria pak. Saudari saya." Ucap Kania. "Nah, neng Maria maksud saya teh!" Bapak itu nyengir kuda, menampilkan giginya yang menguning entah karena kopi atau rokok.

"Saya masuk dulu ya pak, permisi." Kania hendak masuk ke dalam rumah.

"Iya neng, sok mangga."

Kania masuk ke dalam rumah dengan perasaan hampa. Sebulan yang lalu, tak ada satupun orang di rumah ini yang mengetahui hari ulang tahunnya. Kalaupun ada, hanya Raka, tetangganya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AbstractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang