Fourteenth - Understand

31 4 0
                                    

"Percayalah, aku harus banyak belajar. Terutama tentang cara melepaskan, juga tentang berpura- pura tak peduli tentangmu."

"Dikisahkan, seorang permaisuri sedang berkeliling di desa dengan cara menyamar menjadi seorang gadis biasa. Tiba- tiba terdengar suara tangisan, membuat permaisuri mencari- cari dimana asalnya." Dengan asyik, ia menceritakannya pada anak semata wayangnya yang sedang berada dipangkuan.

"Ternyata, ada seorang bayi yang sedang disiksa oleh ibunya. Permaisuri merasa kasihan, ia pun menyelamatkan bayi itu." Gadis kecil dipangkuannya terlihat antusias dengan ceritanya. "Kok ibunya jahat ya ma?" Tanya gadis berkuncir dua itu sambil memeluk boneka pandanya. "Iya sayang, ibunya gak suka ada dede bayi." Jawabnya, lalu melanjutkan cerita.

"Permaisuri itu membawa bayi itu ke istana. Ia pun dirawat oleh permaisuri. Suatu hari, ada seseorang menculik bayi itu dari kamar permaisuri. Permaisuri menangis karena ia sangat menyayangi bayi itu."

Tiba- tiba gadis dipangkuannya menangis pelan. "Lho, sayang kenapa nangis?" Ia menenangkan gadis kecil yang tengah meneteskan air mata. "Aku kasian ama dede bayinya ma. Masa udah seneng tinggal di istana malah diculik."

"Yah udah deh, ga usah dilanjutin aja ceritanya. Nanti malah nangis lagi deh." Ia memutuskan mengakhiri cerita, namun si gadis kecil itu memintanya untuk melanjutkan. "Ayo ma, cerita lagi."

Ia mengalah, lalu menarik nafas. Bersiap melanjutkan ceritanya. "Suatu hari, ada pesta di istana permaisuri. Karena permaisuri sudah melahirkan seorang putri. Banyak makanan dan tamu- tamu. Tanpa sengaja, permaisuri melihat pangerannya yang hilang. Dan pangeran itu sudah tinggal di istana yang lain, dan ia tidak mengenali permaisuri sama sekali."

"Terus, permaisuri nya gimana ma?" Tanya gadis dipangkuannya itu. "Permaisuri ingin pangeran mengenalinya. Namun ia ingat dengan seorang putri yang baru saja ia lahirkan. Makanya permaisuri lebih baik merawat dan menjaga putri agar tidak diculik seperti pangeran. Tamat." Ia menyudahi ceritanya.

Ia menoleh ke gadis kecilnya itu. Gadis itu sudah terlelap dengan boneka pandanya. Ia tersenyum. "Permaisuri selalu berharap, kelak sang putri bisa membawa pangeran kembali ke istana." Gumamnya getir. Ia membelai rambut gadis itu pelan lalu menyelimutinya.

"Selamat tidur sayang."

---------------------

Mimpi itu datang berulang- ulang. Mimpi itu seperti potongan memori yang sempat hilang. Kania ingat, mamanya pernah menceritakan cerita itu sebelum ia tidur.

Kania bangun dari tidurnya. Ia melangkah ke rak buku di bawah kasur. Ia menyimpan buku lamanya di sana. Ia mencari buku cerita yang ia maksud. Nah, ketemu!

Ia membuka lembarannya perlahan. Mencari- cari cerita yang sering muncul dimimpinya. Tapi tidak ada. Padahal ia yakin, mamanya sering membawa buku itu ketika akan bercerita.

Selembar foto yang terselip dibuku cerita jatuh dari buku. Mata Kania terusik dengan foto yang jatuh. Tangannya gemetar melihat foto mamanya, yang selalu membuat hatinya sedih dan rindu. Dan foto mamanya itu membuat ia bertanya- tanya, siapa bayi yang berfoto bersama mama.

Kania mencoba membalik foto, disudut kiri ada sebuah nama.

Ihsan.

"Mungkin mama foto sama anak tetangga." Pikir Kania lalu segera menyimpan buku cerita itu ke rak.

"KANIA, ADA GHANI DATANG!" Teriak mama dari lantai bawah. Kania meringis. Ia baru bangun dan belum mandi. Karena kesiangan, ia lupa sholat shubuh. Padahal akhir- akhir ini ia sudah mulai sholat lima waktu.

"IYA MA, SURUH KE KAMAR AJA!" Kania mengambil handuk dan bajunya menuju ke kamar mandi. Ia melirik ke tirai balkon, sambil terus bertanya dalam hati. Entah sampai kapan ini akan berakhir.

AbstractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang