“Kamu harus mencoba untuk tersenyum, Suga. Kau harus dapat membuat para penggemarmu tetap setia padamu.”
Manajer Yoongi tampak memandangi pemuda itu yang sedang duduk tenang di ruang tunggunya sembari sesekali menyesap kopinya. Raut wajah Yoongi yang selalu memberikan kesan dingin, beberapa kali sempat membuat manajernya resah. Ia khawatir apabila akan ada banyak orang yang salah paham dengan hal tersebut dan mengecap Yoongi sebagai sosok selebriti yang arogan. Padahal, sebenarnya kekhawatiran sang manajer sama sekali tidak beralasan.
Pasalnya, jumlah penggemar Yoongi tidak pernah menurun sedikit pun. Sebaliknya, jumlah penggemar Yoongi semakin membludak setiap harinya. Ajaibnya, jumlah orang-orang yang membenci Yoongi pun sangat sedikit. Mereka semua merasa bahwa pembawaan Yoongi sama sekali tidak ramah, semua lirik rap yang Yoongi tulis benar-benar tulus dan berasal dari dalam hatinya, menggambar perasaan sesungguhnya yang tidak selalu bisa diungkapkan oleh banyak orang.
Yoongi yang pagi-pagi sudah mendapatkan wejangan dari manajernya, menghentikan kegiatannya menikmati kopinya. Ia meletakkan gelan kopi tersebut di atas meja. Kemudian, ia melemparkan tatapan tajam pada manajernya.
“Bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak mencampuri urusan pribadiku? Aku dan bagaimana diriku bersikap itu merupakan masalahku. Tidak ada hubungannya denganmu. Kamu itu manajerku. Kerjamu hanya lah mengantarkanku, memberitahu aku mengenai jadwalku dan juga memesankan makanan untukku. Bukankah begitu perjanjiannya? Sejak kapan aku memberimu kewenangan untuk menasihati diriku selayaknya orangtua pada anaknya? Kita tidak sedekat itu untuk saling memberikan saran kepada satu sama lain.”
Jedak sejenak sebelum Yoongi melanjutkan kalimatnya. Pemuda berpipi tembam itu bangkit dari tempatnya. Kemudian, ia mengambil kembali gelasnya dan melemparkannya tepat di samping sang manajer.
PRANGGG!
Gelas tersebut membentur dinding dan pecah berkeping-keping. Sang manajer yang memang sudah tahu bagaimana tabiat seorang Min Yoongi, tetap saja merasa ketakutan. Maksud dari dirinya memberikan wejangan kepada Yoongi semata-mata karena dirinya mengkhawatirkan Yoongi. Jadi, ia tidak mengerti mengapa Yoongi harus semarah ini.
Yoongi kembali duduk di sofanya dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. “Nah, sekarang aku sudah merasa lebih baik meski pun sebenarnya aku ingin sekali membanting wajahmu, merusak batok kepalamu, membuatnya menjadi pecah berserakan. Jadi, kenapa kamu bersikap sok peduli padaku? Kamu ingin menjilat perhatianku agar gajimu dinaikkan? Jangan khawatir. Harga dirimu pun dapat kubeli.”
“Kemudian, aku menjadi selebriti bukan untuk dicintai oleh penggemarku karena diriku yang bermuka dua seperti selebriti pada umumnya. Aku mau mereka menerima diriku apa adanya dan lebih melihat kepada hasil karyaku dibandingkan sikapku.”
“Sekarang, pergi lah. Aku malas melihat wajahmu. Biarkan aku berkonsentrasi pada persiapanku dalam mengikuti rangkaian acara fanmeeting ini. Kau mau aku mengacau karena ulahmu yang tak hentinya berusaha menggurui diriku? Tidak kan? Kalau sudah sadar diri, pergi lah. Jangan khawatir. Besok uang di rekeningmu akan bertambah pesat karena gajimu akan kunaikkan. Lebih baik begitu daripada melihatmu berusaha sedemikian keras untuk menarik atensiku.”
Sang manajer hanya mengangguk, kemudian berjalan perlahan menuju pintu keluar dari ruang tunggu Yoongi. Jika Yoongi sudah begitu, tandanya ia sudah tidak bisa untuk dibantah. Jika sang manajer tetap bersikeras, mungkin yang menjadi sasaran amuk Yoongi selanjutnya adalah wajah sang manajer, bukan gelas atau pun dinding.
Yoongi menghela napas. Pemuda itu mengusap wajahnya dengan gusar. Sesungguhnya, ia sadar betul bahwa apa yang dikatakan oleh manajernya sama sekali tidak salah. Namun, entah mengapa hal tersebut berhasil mengganggu pikirannya, menyerang batinnya yang memang sangat sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Good Night (Jennie Kim & Privated) ✓
Cerita PendekCerita ini dalam mode private. Min Yoongi dan Oh Sehun tidak pernah mengira bahwa takdir akan mempertemukan mereka kembali dengan sosok yang sudah menghancurkan diri mereka di masa lalu, Jennie Kim. Di sisi lain, Jennie Kim bukan lah sosok yang sama...