23rd (Haru Haru)

1.8K 238 21
                                    

"Saudara Min Yoongi pingsan karena kekurangan gizi serta cairan. Sepertinya, saudara Min Yoongi mengalami depresi hingga membuatnya mogok makan yang pada akhirnya berakibat seperti ini."

Jennie dan Sehun mendengar penjelasan dari dokter dengan saksama. Ah, sebenarnya hanya Sehun saja yang sanggup mendengarkan penjelasan dokter. Karena, Jennie bahkan tidak sanggup untuk tetap fokus. Pikiran wanita itu terpaku pada Min Yoongi. Saat ini, Jennie benar-benar mengkhawatirkan kondisi Yoongi.

Jennie merasa sedikit bersyukur dengan profesi Sehun sebagai seorang dokter. Setidaknya, mantan kekasihnya itu dapat segera memberikan tindakan kepada Min Yoongi dan membawa Yoongi ke Rumah Sakit untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut.

"Terima kasih atas bantuanmu, dokter Park," ucap Sehun sembari menepuk bahu rekan kerjanya yang sudah melakukan pemeriksaan pada Min Yoongi dan memberikan penanganan lebih lanjut.

"Sehun−ah, aku ingin menjenguk Yoongi sekarang. Aku ingin menemui Yoongi sekarang," pinta Jennie sembari menarik lengan kemeja Sehun.

Sehun menoleh dan menatap iba kepada Jennie yang kini masih saja terlihat panik. Kedua mata wanita itu memerah karena tak hentinya menangisi kondisi Yoongi. Ketara sekali bahwa Jennie benar-benar mengkhawatirkan Yoongi.

"Kamu harus menangkan dirimu dahulu. Setelah itu, kita akan pergi menjenguk Yoongi Hyung. Oke? Lagipula, saat ini Yoongi Hyung sedang butuh waktu untuk istirahat. Kamu mengerti kan?" ucap Sehun sembari merangkul bahu Jennie, berusaha memberikan kekuatan pada mantan kekasihnya itu.

Jennie memutuskan untuk menuruti saran dari Sehun. Wanita itu mengikuti Sehun yang kini sudah berjalan menuju café Rumah Sakit.

"Kamu harus makan. Menangis sudah menguras tenagamu, bukan? Paling tidak, makan lah sedikit agar kamu tetap bertenaga ketika nanti bicara dengan Yoongi Hyung," ucap Sehun sembari mendudukkan dirinya di bangku café dan membolak-balikkan menu di hadapannya.

"Tapi, aku bahkan tidak merasa lapar sama sekali. Aku hanya ingin bertemu dengan Yoongi, bukannya makan," rengek Jennie pada Sehun. Wanita itu benar-benar tidak berselera makan setelah terjadi peristiwa buruk yang menimpa Yoongi.

Sehun menatap tepat ke manik mata Jennie. Raut wajahnya terlihat serius. "Kamu benar-benar tidak ingin makan? Kamu ingin menyiksa dirimu sendiri? Kamu ingin membuat Yoongi Hyung yang sedang sakit merasa khawatir padamu? Kamu tidak memikirkan posisiku yang baru saja kehilangan anakku dan kini hampir saja kehilangan sahabatku sendiri?"

"Berhenti bertingkah seperti anak kecil, Jennie Kim. Pikirkan dirimu juga. Aku tahu bahwa kamu tidak bernafsu untuk makan. Aku pun begitu. Namun, paling tidak kamu harus memaksa lambungmu untuk menerima sedikit asupan. Jangan sampai kamu merepotkan Yoongi Hyung yang sedang sakit," tegur Sehun pada Jennie.

Jennie menundukkan wajahnya. Ia merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Sehun memang ada benarnya juga. Tidak seharusnya ia menyiksa diri sendiri dan menyusahkan orang lain hanya karena ia dilanda rasa khawatir yang berlebihan.

Hey, yang sedang dirundung duka bahkan bukan dirinya saja. Bagaimana dengan Sehun yang harus tetap tegar di hadapan Jennie meski pun pemuda itu baru saja kehilangan darah dagingnya sendiri?

"Maaf. Aku hanya benar-benar merasa tidak tenang. Entah mengapa, aku juga merasa bersalah pada Yoongi. Aku takut jika diriku sudah melakukan sebuah kesalahan yang membuat Yoongi membenci diriku dan menjauhi diriku kembali hingga akhir-akhir ini dia tidak menjawab panggilanku. Dan kini, aku harus menemui dirinya dalam kondisi tidak sadarkan diri."

"Ini.....ini benar-benar berat bagiku." Jennie menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

Sehun mengulurkan tangannya dan mengusap puncak kepala Jennie dengan lembut. "Iya, aku mengerti. Jika terasa berat, maka kamu dapat menumpahkan keluh kesahmu padaku. Kamu tidak sendiri, Jennie−ya."

Baby, Good Night (Jennie Kim & Privated) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang