Ryan Naufal (10)

67 7 0
                                    

30 menit kemudian...

Saking terhanyutnya Alysa dalam lagu yang dia dengar, dia sampai tidak sadar kalau sekarang sudah hujan. Alysa membuka headsetnya dan melihat keluar jendela. Bukan untuk melihat apakah Ryan masih ada di sana atau tidak, tapi ingin melihat seberapa derasnya hujan. Karena tidak mungkin Ryan masih menunggu di pagar rumahnya kalau sudah hujan deras begini.

"Alysa," betapa kagetnya Alysa ketika mendengar suara Ryan dari bawah sana. Dia melihat Ryan yang masih setia menunggu di pagar. Kedinginan dan kehujanan.

"Alysa, g—gue minta m ... maaf," suara Ryan tidak begitu jelas di dengar Alysa karena termakan dengan derasnya hujan.

Dengan cepat, Alysa mengambil payung lalu turun ke bawah.

"Ryan, lo ngapain masih di sini?" tanya Alysa yang sudah ada di depan Ryan. Ryan tersenyum. Walau dengan wajahnya yang kelihatan sangat kedinginan.

"Kenapa dibuang?" Ryan menyodorkan foto dirinya dan Alysa ketika masih kecil. Foto yang tadi Alysa buang lewat jendela kamarnya. Dan juga boneka beruang berwarna cokelat yang dulu Ryan berikan pada Alysa.

"Ryan, kamu ngapain, sih, hujan-hujanan di sini?" tanya Alysa khawatir.

"Aku nunggu kamu keluar. Ka—mu marah ya sama aku? A ... aku minta maaf." tanya Ryan dengan nada gemetaran. Badannya terlalu dingin. Untuk mengucapkan satu kalimat itu pun rasanya sulit sekali.

Alysa meletakkan payungnya ke sembarang tempat, lalu memeluk Ryan. Tidak dipedulikannya lagi bajunya yang sudah basah karena hujan. Dia merasakan tubuh Ryan yang sangat dingin, yang menandakan kalau Ryan sudah lama terkena hujan.

"Aku udah gak marah lagi sama kamu." Ucap Alysa. Tiba-tiba tubuh Ryan ambruk. Alysa yang masih memeluk Ryan jadi panik.

"Lho, Ryan ... Ryan, lo kenapa?" Alysa melihat Ryan yang menggigil. Akhirnya Alysa membantu Ryan masuk ke dalam rumah dengan susah payah. Karena untuk berjalan saja, Ryan sudah tidak punya tenaga.

Alysa segera memberikan handuk pada Ryan dan segelas air hangat saat Ryan sudah duduk di ruang tamunya.

Wajah Ryan sudah pucat. Badannya masih gemetaran. Dan tubuhnya masih dingin. Tapi kondisinya tidak separah saat di bawah hujan tadi.

"Alysa, aku sayangnya sama kamu. Bukan sama Tamara. Please, jangan ngejauhin aku." Ucap Ryan setelah menyesap satu teguk air hangat. Alysa duduk di sebelah Ryan dan memeluknya agar Ryan lebih hangat.

"Iya. Aku gak akan kemana-mana, kok. Aku akan ada di sisi kamu terus." Kata Alysa.

Semoga saja begitu. Semoga saja Alysa selalu ada di sisi Ryan apapun keadaannya.

"Seminggu lagi aku tunangan sama Tamara." Ujar Ryan saat pelukannya sudah lepas. Alysa menatap Ryan dengan sendu. Hatinya tidak rela Ryan bersama Tamara.

Ryan menundukkan kepalanya. Dia menyembunyikan air mata yang akan keluar. "Keluarga gue udah hancur karena orangtua gue nikah bukan karena cinta. Dan sekarang, Papa mau nikahin aku dengan Tamara. Gue belum siap buat hadapin kehancuran selanjutnya."

Alysa mengelus punggung Ryan dan menggenggam tangannya.

"Lys," Ryan menatap Alysa dengan matanya yang sudah berair. "Jangan pergi, ya. Aku sayang sama kamu."

5 Friend 5 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang