Frans Sean (3)

66 4 0
                                    

Frans menghela nafas panjang. Kalau tahu gini mendingan dia streaming film aja di rumah.

"Frans," seorang cewek menepuk pundak Frans. Frans menoleh ke samping dan mendapati Virsta sedang memegang dua tiket. Frans tidak berniat untuk menanggapi sapaan Virsta. Dia lanjut memainkan hpnya untuk mengomeli teman-temannya lewat grup chat.

"Lo kesini mau nonton film, kan? Mau nonton film apa?" tanya Virsta ramah.

"Gue gak jadi nonton film, temen-temen gue gak jadi datang. Gue mau pulang sekarang." Saat Frans ingin pergi dari tempat itu, Virsta menahan lengannya.

"Temen gue juga gak dateng-dateng. Daripada tiketnya hangus, lebih baik lo ikut nonton film ini." Virsta menunjukkan dua tiket film romance yang sedang naik daun. Frans paling tidak suka dengan film-film cewek seperti itu.

"Jangan bilang temen lo yang gak datang itu, salah satu dari sahabat gue?" tanya Frans yang sudah curiga.

Virsta menatap Frans bingung. "Enggak. Temen gue yang gak jadi nonton itu namanya Glori. Bukan salah satu dari sahabat lo." Jawab Virsta.

Ternyata bukan kelakuan mereka. Batin Frans.

"Gue gak mau buang-buang uang, sayang kalau tiketnya hangus. Gue juga lagi pengen banget nonton film ini, temenin gue, ya?" mohon Virsta sambil menggoyang-goyangkan lengan Frans.

"Enggak." Frans menepis tangan Virsta dari lengannya.

"Udah, ayo ikut gue." Virsta menarik paksa lengan Frans untuk masuk ke dalam bioskop. Frans tidak dapat berbuat apa-apa. Virsta menariknya dengan tenaga yang kuat, sehingga Frans tidak berkutik. Kalau Frans membentak Virsta sekarang, bisa-bisa dia digebukin security gara-gara buat keributan.

Frans dan Virsta akhirnya duduk di bioskop. Virsta masih memegang lengan Frans. Seakan Frans adalah hewan peliharaan yang akan kabur jika tidak dijaga. Ralat—seakan Frans adalah pacar yang akan selingkuh jika tidak dijaga baik-baik.

Selama film berlangsung, Virsta terus menggenggam lengan Frans tanpa berniat untuk melepasnya. Sedangkan Frans hanya bisa pasrah dengan keadaannya. Dia berharap film ini cepat berakhir dan dia bisa terbebas dari neraka dunia ini.

***

Keesokan harinya di sekolah, keempat teman Frans sudah meminta maaf padanya. Awalnya Frans kesal setengah mati karena teman-temannya itu tidak menepati janjinya. Jadinya dia harus menghabiskan waktu bersama cewek cerewet yang dia selalu hindari.

"Kalau bukan karena elo yang nyoret-nyoret dinding sekolah, gue pasti udah pergi jalan-jalan. Rese banget lo, Ryan." Dana memukul bahu Ryan yang kini sedang mengupil tanpa dosa. Ryan memasang cengiran terjahilnya pada Dana.

"Kemarin gue jadi ke bioskop. Tapi elonya udah pulang duluan. Dasar." Ucap Abyan kesal pada Frans. Frans tidak menjawab perkataan teman-temannya. Dia juga masih kesal karena tidak jadi bersenang-senang dengan mereka.

"Udah lah, Frans. Lo kayak cewek PMS aja ngambek-ngambek gitu." Ucap Dana. Frans menghela nafas panjang.

"Oke, oke, gue maafin. Tapi kalian gak tahu, kan, gara-gara kalian gue harus nonton film gak jelas sama Virsta." Frans berkata dengan jengkel. Tapi perkataannya itu membuat empat temannya tertarik untuk mendengar lebih lanjut.

"Lo nonton film sama Virsta? Kok bisa?" tanya Jose tidak percaya.

"Dan lebih parahnya lagi, dia megang-megang lengan gue sampai film selesai. Gue risih banget sumpah." Jengkel Frans. Keempat temannya itu malah tertawa mendengar cerita Frans.

Frans merutuki dirinya sendiri. Kenapa juga dia harus mengatakan hal tidak penting pada mereka.

"Ciee ... ternyata Frans udah mulai terbuka dengan Virsta. Salut gue." Abyan bertepuk tangan. Frans mengacak-ngcacak rambutnya sendiri dengan kesal. Bukannya dibelain, Frans malah semakin ditertawakan.

5 Friend 5 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang