Besoknya Frans menghampiri kelas Virsta untuk meminta maaf pada cewek itu pada jam istirahat pertama. Tapi saat Frans melihat ke kelas Virsta, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Saat Frans melihat papan absen kelas Virsta, ternyata Virsta tidak masuk karena sakit.
Dengan berat hati akhirnya Frans kembali ke kelasnya. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan sekretaris kelas Virsta yang bernama Keira. Siapa tahu dia mengetahui Virsta sakit apa.
"Keira, lo tau gak, Virsta sakit apa? Kenapa dia gak masuk hari ini?" tanya Frans pada Keira.
"Di surat sih, katanya dia dirawat di rumah sakit karena kecelakaan." Jawab Keira. Frans terbelalak mendengar Virsta kecelakaan.
"Di rumah sakit mana?" tanya Frans dengan nada panik.
"Rumah sakit harapan bersama." Kata Keira. Tanpa pikir panjang, Frans langsung berlari ke parkiran untuk mengambil motornya.
"Woi, Frans, mau cabut lo, ya?" teriak Dana yang melihat Frans sudah melajukan motornya keluar dari sekolah.
"Ah elah, ada aja masalah tiap hari. Capek jadi ketos." Keluh Dana.
Frans melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Hatinya sangat gelisah. Dia ingin segera melihat keadaan Virsta. Dia merasa sangat menyesal telah menyakiti hati Virsta bertubi-tubi.
Untungnya rumah sakit itu tidak jauh dari sekolahnya. Hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai ke sana. Setelah memarkirkan motornya, Frans segera berlari masuk ke dalam rumah sakit. Setelah menanyakan di mana kamar Virsta, cepat-cepat Frans memasuki ruangan yang terletak di lantai dua itu.
"Virsta," tanpa memberi salam atau mengetuk pintu sebelumnya, Frans langsung masuk saat sudah menemukan ruangan nomor 5 itu.
Virsta yang sedang membaca buku mendongak melihat siapa yang datang.
"Frans, lo—" sebelum Virsta menghabiskan kalimatnya, Frans segera menghampiri Virsta lalu memeluk gadis itu.
"Aw ... sakit Frans," Virsta berusaha melepaskan pelukan Frans saat tangan Frans mengenai lengan kanannya.
"S ... sorry, gue refleks." Frans segera melepas pelukannya. Frans duduk di tepi ranjang Virsta. Menatap luka-lukanya. Terutama lengan kanan cewek itu. Terlihat diperban.
Virsta agak canggung berada di dekat Frans. Dia masih merasa tidak enak hati karena kemarin Frans baru saja memarahinya. Dia takut Frans masih marah terhadap dirinya. Frans yang membaca raut wajah Virsta yang tegang pun segera angkat bicara.
"Gue minta maaf." Ucap Frans tulus. "Gue udah kelewatan kemarin. Gue brengsek banget ya jadi cowok? Marah-marahin lo sampai lo nangis."
Virsta hanya bisa memaksakan senyumannya. Dia masih merasa canggung bicara dengan Frans.
"Lo maafin gue, kan?" tanya Frans dengan penuh harap. Virsta tidak menjawab. Dia hanya diam saja. sebenarnya dia ingin memaafkan Frans. Tapi dia masih butuh waktu untuk jaga jarak dengan Frans. Dia masih ingin sendirian.
Lagi pula, dia tidak ingin mengganggu Frans lagi.
"Mama lo kemana, Vir?" tanya Frans. Dia tidak menanyakan Papa Virsta. Karena Frans tahu, Papa Virsta meninggal saat dia kelas 3 SMP.
"Ada meeting penting apa gitu katanya. Gue juga gak tahu seberapa penting meeting itu sampai-sampai gak jenguk anaknya yang kecelakaan." Kata Virsta dengan wajah kecut.
Frans turut prihatin dengan keadaan Virsta. Virsta adalah anak tunggal. Mamanya sibuk bekerja. Papanya sudah tiada. Di sekolah, Frans jarang melihat Virsta bermain dengan temannya. Hanya Glori—anak kelas 10—yang pernah bermain dengan Virsta. Virsta lebih banyak menghabiskan waktu sendirian. Sekadar membaca novel atau mendengar musik saat jam istirahat. Sekarang Frans mengerti seberapa kesepiannya Virsta sampai dia berusaha mencari perhatian Frans agar Frans mau menemaninya.
"Cepat sembuh ya, Virsta. Gue kangen sama lo." Frans mengelus lembut rambut Virsta.
Tapi perlahan, Virsta menjauhkan tangan itu dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Friend 5 Love
Short Story[COMPLETED] Ini adalah kisah 5 sahabat yang menemukan cinta pertama mereka. Mereka yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, mendapatkan cinta yang berbeda-beda. Dengan cara yang berbeda-beda pula. Bagaimana cara mereka mendapatkan cinta tersebu...