"Maaf, Frans. Aku udah ngerepotin kamu. Kamu gak perlu jauh-jauh ke sini buat jengukin aku. Aku bisa jaga diri kok. Lagian ini masih jam sekolah, kan? Kamu harus balik ke sekolah." Kata Virsta.
"Gue gak mau balik ke sekolah. Males. Enakan di sini." Kata Frans sambil tersenyum. Tapi Virsta tidak membalas senyuman Frans. Virsta hanya bisa menunduk sambil meremas ujung bajunya. Dia masih kelihatan sangat canggung terhadap Frans.
"Lo udah makan? Tadi nyokap gue buatin nasi goreng buat gue. Lo mau kan?" tanya Frans sambil mengeluarkan kotak bekalnya.
Mendengar kata nasi goreng, Virsta langsung menggeleng kuat. "Aku ... aku gak lapar." Terlintas dipikirannya saat Frans menjatuhkan nasi gorengnya. Gara-gara hal itu dia menangis sepanjang malam. Tapi dia menangis bukan karena Frans. Melainkan dia menyalahkan diri sendiri, karena dia pikir nasi gorengnya terlalu tidak enak sampai Frans membuangnya. Dia hanya menyalahkan diri sendiri, tanpa sedikit pun mau menyalahkan Frans.
"Ya udah kalau lo gak mau. Gue bawa roti selai coklat. Lo harus makan sedikit, lo kelihatan pucat banget, pasti karena gak makan." Frans mengambil roti dari dalam tasnya.
Dari tadi Virsta memang tidak ada makan. Dia juga lapar. Tapi dia tidak ada nafsu makan sama sekali.
"Makan, ya," Frans menyuapi Virsta sedikit demi sedikit. Melihat keadaan Virsta yang pucat seperti sekarang, Frans merindukan Virsta yang selalu ceria di hadapannya. Dia merindukan Virsta yang akan selalu tersenyum walau sebenarnya dia punya banyak masalah. Terutama masalah keluarganya.
***
Selama seminggu belakangan ini Frans merasa kesepian. Setelah Virsta keluar dari rumah sakit, Virsta tidak pernah lagi mengganggu Frans, atau menghampirinya lagi. Jangankan menganggu, menyapa Frans saat berpapasan saja Virsta tidak pernah. Saat akan berpapasan dengan Frans, Virsta malah berbalik badan dan berjalan ke arah yang berlawanan. Seperti sengaja menghindari Frans.
Padahal Frans ingin sekali memeluk Virsta karena kangen. Tapi sepertinya dia tidak bisa. Karena Virsta sudah menjauh.
Rasanya sepi tanpa Virsta. Tidak ada lagi Virsta yang menunggunya di depan pintu kelas. Tidak ada Virsta yang mengoceh pada Frans tentang apa saja. Tidak ada Virsta yang membawakan makanan pada Frans.
Frans merindukan Virsta.
Merindukan tawa dan senyum cerianya. Walau Frans hanya bisa menghancurkan senyuman itu. Tapi kali ini dia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga senyuman itu tetap mekar dan berseri-seri.
"Bro, bengong aja dari tadi." Abyan menepuk bahu Frans yang sedang melamun.
"Lagi mikirin Virsta lo, kan? Karma lo. Bilangnya gak suka sama Virsta, tapi sekarang Virsta menjauh malah sedih. Kualat lo, gak dengerin kata gue. Durhaka lo sama gue. Gue kutuk lo jadi batu baru tahu rasa." Celetuk Abyan mirip banci-banci kaleng.
"Jijik gue lihat lo." Ujar Frans. Dia segera kabur dari atap menuju kantin sekolah. Dia ingin membeli minuman untuk mengurangi rasa hausnya. Kalau saja ada minuman untuk mengurangi rasa rindu Frans terhadap Virsta, pasti sudah dibelinya dari tadi.
Saat membeli minum, dia melihat Virsta sedang makan siomay sendirian. Kali ini Frans berniat menghampirinya. Dia tidak ingin berlama-lama saling diam dengan Virsta. Rasanya sesak sekali ketika satu hari saja tidak mendengar suaranya.
"Virsta," Frans menepuk bahu cewek itu. Virsta mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata Frans. Virsta ingin segera pergi dari sana, tapi Frans menahan lengannya.
"Please, jangan pergi. Gue mohon." Ucap Frans penuh harap. Virsta kembali duduk di bangku. Dia bergeser sedikit, agar dirinya tidak terlalu dekat dengan Frans.
Frans menyadari Virsta tidak ingin dekat-dekat dengannya. Tapi Frans tidak akan menyerah. Dia akan mengejar Virsta, walau Virsta terus berlari menjauhinya.
Virsta kembali melanjutkan makan siomaynya dengan tangan kiri. Karena lengan kanannya masih diperban.
"Lo kesulitan makan, ya?" tanya Frans yang melihat Virsta kesulitan memegang sendok dengan tangan kiri.
Frans meraih sendok itu. "Sini, gue suapin."
"Enggak usah, Frans. Gue gak mau ngerepotin." Kata Virsta. Dia ingin mengambil kembali sendoknya, tapi Frans menolak. "Udah, gak apa-apa, biar gue suapin."
Virsta tidak bisa membantah. Akhirnya Frans menyuapinya pelan-pelan. Sampai siomay itu habis, tidak ada percakapan di antara mereka. Biasanya Virsta yang akan mengoceh apapun itu. Dan Frans akan dengan pasrah mendengar. Tapi saat Frans rindu dengan ocehan Virsta, cewek itu malah bungkam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Friend 5 Love
Short Story[COMPLETED] Ini adalah kisah 5 sahabat yang menemukan cinta pertama mereka. Mereka yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, mendapatkan cinta yang berbeda-beda. Dengan cara yang berbeda-beda pula. Bagaimana cara mereka mendapatkan cinta tersebu...