NERVOUS 3

82 18 10
                                    

"Cinta itu bukan paksaan,"

***

"Ra, kok gue gak percaya ya?" Nara membuka suara.

Amara berdecak sebal. "Udah dibilangin juga! Nih liat chatnya!" Amara menyerahkan handphonennya ke arah Nara.

"Wah wah, laku juga lo ya," Nara menatap Amara kagum.

"Sialan banget."

"Gimana lo terima ga?" Viola membuka suara.

Amara langsung menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku gak suka sama dia," jawab Amara santai.

"Wah parah lo!" Tuntut Lala.

"Diam kambing!" Ujar Amara kesal.

"Ya belajar Amara supaya suka," oke Viola mulai.

"Aku gak suka, aku sukanya sama Ardi! Kok ngeyel sih," Amara menatap temannya jengkel.

"Serah lo badut!"

"Lucu lo badut," sahut Amara.

"Udah ih!" Nara melerai mereka.

"Apanih apa?!" Sahut seseorang tiba-tiba.

"Apasih Bal, sana! Ini urusan cewe!" Lala menatap Iqbal kesal.

"Ih santai Mantan," Iqbal dengan santainya duduk di samping Nara.

"Mantan pala lo," Lala menatap Iqbal jengah.

"Yang penting Mantan, walau cuma satu hari,"

"Lo itu sekolah cuman buat cari mantan doang! Dikelas aja udah berapa mantan lo! Nyesel gue jadi mantan lo!"

"Alah sok nyesel, kemaren waktu gue pacaran sama Sarah lo nangis," goda Iqbal.

Lala menahan malu, "Fitnah itu fitnah! Sembarangan banget tuh."

"Emang kenyataannya gitu, sampai sekarang lo gak bisa move on dari gue," goda Iqbal lagi. Tidak memperdulikan wajah Lala yang memerah.

"Au ah gue haus!" Lala melenggang pergi begitu saja.

"Ketauan banget gak bisa move on nya," gumam Iqbal.

"Oh ya tadi itu kenapa?" Tanya Iqbal ke Amara.

"Kenapa apanya kenapa?" Amara menatap Iqbal bingung.

"Kenapa apanya kenapa apanya?" Sahut Iqbal juga bingung.

"Gitu aja terus sampai kucing ngelahirin sapi," sahut Nara santai.

Iqbal dan Amara menatap Nara, "lucu lo badut!" Sahutnya bersama-sama.

Nara mengerucutkan bibirnya, "Jahad!"

"Itu si Yopi nembak Amara," Viola menjelaskan.

"Ya mati dong,"

Pletak

Amara menjitak Iqbal.

"Ngelawak kamu? Lucu," Amara menatap Iqbal malas.

"Ketawa lah."

Amara tersenyum. "HA."

"Gak ikhlas banget ketawanya," Iqbal menatap Amara kesal.

"Oh ya jangan diterima Ra," sambung Iqbal.

"Kenapa?" Tanya Nara.

"Ya gapapa, cuman gak cocok aja gitu sama lo," Iqbal menyahut santai.

Sedangkan Amara hanya mengangguk- anggukkan kepalanya saja.

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang