"Setiap hari aku bahagia melihat mu. Tapi entahlah, hari ini kebahagiaan itu bertambah berkali-kali lipat."
***
"Ya Allah. Aku malu banget!"
"Pake keceplosan segala lagi! Amara menepuk-nepuk mulutnya.
Lala menatap Amara jengah, "udah kali Ra, mulut lo kesian."
"Tapi kan La, aku malu!! Ya allah. Semoga Ardi hilang ingatan hari ini. Amin." Amara menadahkan tangannya berdoa.
"Udah ah! Diliatin orang!" Lala menarik Amara menuju parkiran.
"Si Nara emang kurang ajar. Temannya ditinggalin! Malah pulang sama Viola doang! Gue doain habis bensin!" Ucap Lala geram.
Kalo ngomong bensin, Amara jadi ingat dia dan Lala punya hutang ke Viola gara-gara beli bensin.
Amara menyenggol lengan Lala.
Lala menatap Amara garang," Apa!"bentaknya.
"Santai kali La. Utang sama Viola belum dibayar."Amara mengingatkan Lala.
Lah, Lala malah mentapnya garang. "Kan, Elo yang gue suruh bayar!"
Nah.
"Apasih! Itu motor kamu! Kamu yang ngutang, aku yang disuruh bayar," Amara melipat kedua tangan nya.
"Enak banget! Udah nebeng, gak mau bayar lagi! Hidup enak banget!" Lala menatap Amara sinis.
"Kamu pms ya La?" Tanya Amara.
"Kalo iya kenapa!" Sahut Lala tajam.
Amara memutar bola matanya.
"Dasar sensian," gumam Amara pelan. Supaya Lala tidak mendengarnya.
"Gue denger ya!" Sahut Lala tiba-tiba.
"Ultrasonik!"
***
"Kok lama banget ya taksi," gumam Amara kepada dirinya sendiri.
Tadi Lala sudah pulang duluan dijemput Papanya.
Kurang ajar banget! Amara bukannya ditawarin nebeng malah langsung nyelonong. Jahad emang si Lala.
Tapi bagus juga Lala pulang duluan, jadi Amara tidak kena omelan Lala.
Tiba-tiba ada sebuah mobil putih berhenti didepan Amara.
Amara menatap mobil itu bingung.
"Kenapa belum pulang?" Tanya seseorang dari dalam mobil itu.
Amara terbelalak kaget, "Hah? A-anu aku nunggu taksi lewat." Jawab Amara sedikit gugup.
Orang itu terkekeh, "jam segini gak ada taksi."
Amara merasa De javu ia juga pernah seperti ini. Dan berakhir nebeng Haris.
"Oh y-ya? Aku p-pesan ojek online aja." Amara mengambil handphonenya disakunya. Lalu mengetik sesuatu.
"Jangan! Nebeng sama aku aja! Kalo kamu kenapa-kenapa," sahut orang itu tenang.
Aku-Kamu gais.
"E-e ngga papa kok," sahut Amara berusaha tersenyum.
"Yaudah, hati-hati jam segini preman daerah sini ada." Orang itu menaikan jendela mobilnya perlahan.
"Iya! Aku ikut!"
"Gitu dong, daritadi." Orang itu tersenyum.
Amara dengan perasaan bercampur aduk. Antara gugup, takut, senang, malu.
Amara membuka pintu mobil itu dengan tangan yang gemetar.
"Kamu udah lama nunggu disitu?" Tanya Ardi.
Ardi gais orang itu Ardi.
Pake Aku-Kamu lagi! Beuhhh hati Amara langsung geludak-geluduk.
Amara mencoba bersikap biasa saja.
Tarik napas. Buang!
"Enggak juga kok, sekitar setengah jam." Sahut Amara.
Ardi mengangguk, "temen kamu itu mana?" Tanya Ardi lagi.
"Udah pulang. Dijemput Papanya."
Ardi mengangguk lagi.
"Kamu emang pake Aku-kamu ya?" Tanya Ardi tiba-tiba.
Ternyata Ardi tidak seperti yang ia kira. Ia kira Ardi orangnya dingin, ternyata tidak.
"Udah biasa. Orang tua aku ngajarian pake Aku-kamu. Kalo kamu?" Amara menjawab sambil memandang Ardi.
Jangan gugup oke!
Ardi menandang Amar juga sambil tersenyum, "Aku. Pake Aku-kamu cuman sama kamu." Sahutnya lembut.
Anjir!
"Hah?!"
***
Sekarang Amara sudah sampai dirumahnya dengan perasaan yang berkecamuk.
Banyak kejutan hari ini.
Pertama di kafe. Ardi bilang kepadanya kalo ia juga sudah peka.
Kedua. Ardi menawarkannya untuk nebeng.
Ketiga. Dimobil Ardi bilang cuman pake Aku-kamu kalo sama Amara saja.
Ardi juga tau rumah Amara.
Amara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Woy! Napa lo?!" Milsa mengagetkan Amara.
"AP-- MILSA! KAMU KAPAN KESINI?!" Amara langsung memeluk Milsa.
"Emang gak kangen sama sepupu lo yang cantik ini?" Milsa membalas pelukan Amara.
"Kangen itu enggak. Tapi rindu!" Ujar Amara terkekeh.
"Kamu nginep disini?" Tanya Amara.
Milsa mengangguk, "iya, cuti kuliah 7 hari. Jadi aku nginep disini."
"Yaudah aku kekamar dulu ya Mil," pamit Amara.
"Oke!" Sahut Milsa.
Amara memasuki kamarnya dengar perasaan Bahagian dan tentunya gugup.
Ia menaruh tasnya diatas meja lalu merebahkan badannya di kasur kesayangannya itu.
Ia merasa senang, jarang-jarang Ardi mengantarkannya.
Ia bangkit lalu duduk ditepi ranjang.
"Anjir, seneng banget!" Ujarnya sendiri sambil tersenyum.
"Gak papa, gak terlalu banyak ngomong sama Ardi tadi. Tapi diantarin aja cukup banget buat Aku,"
Amara menggelengkan kepalanya, "Ardi kamu itu gemesin ya ternyata." Ucapnya geli lalu terkekeh.
Persis! Amara seperti orang gila.
Gila karena cinta maksudnya. Eakk.
"Ardi, gak jadi move on aku sama kamu! Malah makin cinta hehe," gumamnya sendiri lalu terkekeh sendiri.
**
Amara jangan gila dong, kasian Ardinya nanti hehe.
Ya gitu kalo mabuk cinta.
Mabuk cinta boleh, asal jangan kecanduan cinta.
Wadaw! Wkw
Yaudah Vommentnya jangan lupa sama tolong save cerita Abashed di reading list kalian supaya cerita ini banyak yang baca ya. Amin.
Share juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous
Romance"Jangan gugup! Ketemu aja gugup, gimana kalo akad?" Amara gadis yang selalu gugup apabila bertemu dengan doinya. Padahal ia setiap hari bertemu, bahkan kelas mereka bersebelahan. Amara perlahan-lahan mehilangkan rasa gugupnya itu agar bisa bersama A...