"Peluang besar kamu mungkin berada tepat dimana kamu sekarang."
***
"Aciie, berangkat bareng Ardi cuuit!" Goda Lala.
"Lala udah ih! Malu aku!" Ujar Amara kesal daritadi Lala menggodanya karena melihatnya berangkat bersama Ardi. Kebetulan Lala datang berbarengan dengan mereka.
"Ucuuu cuu, malu nih." Lala mencubit-cubit pipi Amara.
"Lala udah!" Peringat Amara kesal.
"Hehe, bercada elah."
"Bercanda-bercanda! Aku nya malu!"
Lala terkekeh melihat muka Amara yang sudah merah sekali.
"Emangnya kenapa bisa berangkat bareng?" Tanya Lala.
"Mana kutahu."
Lala menatap Amara kesal, " ditanya baik-baik juga,"
"Emang gak tau! Tiba-tiba chat katanya esok bareng yaudah," sahut Amara sok santai.
Padahal mah hatinya ketar-ketir.
"Hayo!! Chattan nih ya," goda Lala lagi.
"LALA!" Teriak Amara saking kesalnya.
"Lala udah ih, liat tuh muka Amara udah merah." Sahut Viola entah datang darimana.
"Iya makanya gue ngakak liat mukanya." Ujar Lala sambil terbahak.
Kurang ajar banget!
***
"Ahay! Bareng gebetan nih ya berangkatnya." Goda Ubay.
Amara digoda Lala. Ardi digoda Ubay.
"Sadri! Lo aja berangkat bareng gebetan." Jawab Ardi santai.
Ubay gelagapan sendiri.
"Gue aja gak punya gebetan!" Sahutnya sambil menahan gugup.
"Lala," ujar Ardi.
Ubay cengengesan," hehe. Proses pdkt nih bro. Doain!"
Ardi mengangguk-angguk," doain gue juga, supaya lekas kepelaminan."
"Main pelaminan nih! Pacaran aja belum!" Sahut Ubay geli melihat Ardi.
"Langsung akad gue,"
Prok prok
"Bangga gue punya temen kaya lo!" Ubay berdecak kagum.
"Nyesel gue punya temen kaya lo!"
"Ardi mah gitu orangnya,"
"Jijik!"
***
"Lala kantin yuk," ajak Amara.
Lala menanggapi Amara hanya berdeham saja.
"Ayo la!" Desak Amara.
Lala menatap Amara malas, "gue nyalin catatan nih lagi. Banyak banget!"
Amara memutar bola matanya, "makanya! Nulis itu dicepetin. Sama jangan main hape di kolong meja!" Sindir Amara.
"Napa lo? Mau juga?"
Amara menggeleng, "Sorry ya. Aku ini anak baik-baik."
"Gaya lo selangit."
Amara yang lelah berdiri pun, duduk disamping bangku Lala. Dibangkunya.
Tiba-tiba Lala bangkit dari duduknya. "Ayok" ajaknya tidak berdosa.
Sedangkan Amara menatapnya kesal, "pas aku duduk, dia bangkit."
"Bacot lo, ayo."Lala menarik tangan Amara. Amara mengiringnya dengan ogah-ogahan.
"Lala nih kurang ajar banget," gumam Amara saat mereka berjalan menuju kantin.
"Gue denger ya!"
"Iya iya" jawab Amara malas.
"La, inget gak dulu. Pas kelas sepuluh kamu lewat sini kesandung terua diketawain kaka kelas?" Amara mulai bercerita.
Lala memutar bola mata malas," Sialan. Gak usah diinget anjir!"
"Hahaha. Sumpah aku ngakak saat itu. Apalagi siapa itu kaka kelas namanya--" Jeda Amara mencoba mengingat. "Ah ya! Ka Arya! Di ketawa banget! Hahaha. Kamu malu banget saat itu lalu lari entah kemana." Cerita Amara sambil terkekeh. Mengingat wajah Lala dulu saat diketawakan doinya dulu.
Lala menatap Amara sinis," Sialan! Sialan! Gak usah diinget!"
"ALAN! ALAN! DIPANGGIL LALA!" Teriak Amara saat adik kelas yang bernama Alan lewat.
"Apa ya kak?" Jawab Alan mendekati Amara dan Lala.
Amara mengode Alan dengan mata menunjuk Lala, "dia manggil kamu terus. Katanya Si Alan si Alan." Adu Amara ke Alan.
"Emang bener ka Lala?" Tanya Alan malu-malu.
"Iya! Aku denger sendiri!" Bukannya Lala menyahut tapi Amara.
"Pantesan. Pas dikelas aku bersin sendiri. Ternyata ada yang ngomongin," Alan malu-malu tai.
"Apa hubungannya sama bersin anjir! Jangan percaya sama Amara musyrik!" Sahut Lala sinis.
"Sumpah ya Lan! Aku denger sendiri ngapain aku bohong!"
"Udah ah kak, malu aku." Ujar Alan.
Lala mengernyit, "napa lo? Udah sana." Usir Lala.
Sekarang giliran Alan mengernyit, "kan kata ka Amara, kaka manggil aku?!"
"Sudah gue bilang percaya sama dia musyrik!"
***
"Woy bro, gak kekantin?" Tanya Ubay sambil menepuk sebelah bahu Ardi.
Ardi menggeleng, "Males."
"Yaelah! Gak seru lo, gu--" ucapan Ubay terpotong karena ada suara orang ribut diluar.
Ubay berjalan menuju pintu,tidak memperdulikan Ardi yang menatapnya heran.
"--ngapain aku bohong!"
"Udah ah kak aku malu,"
Ubay mencoba melihat siapa orang yang berbicara itu. Ternyata orang itu Amara, Lala dan Adik kelas sepuluh Alan.
"Napa lo? Udah ah sana!" Ubay tau suara itu, Lala.
Yaiyalah gebetannya.
"Kan kata ka Amara, kaka manggil aku!"
"Sudah gue bilang percaya sama dia musyrik!" Ubay masih setia memperhatikan mereka berdebat.
"Gak baik nguping orang!"
Ubay terlonjak kaget, lalu menatap Ardi kesal. "Lebih baik nguping, daripada ngintip orang kelas sebelah ngomong!" Sindir Ubay.
"Tau dari mana lo?" Tanya Ardi mencoba menutupi kegugupannya
"Tony. Dia liat lo ngintip, Amara sama Haris ngomong."
"Anjay!"
Yah Ardi ketauan ngintip.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous
Romance"Jangan gugup! Ketemu aja gugup, gimana kalo akad?" Amara gadis yang selalu gugup apabila bertemu dengan doinya. Padahal ia setiap hari bertemu, bahkan kelas mereka bersebelahan. Amara perlahan-lahan mehilangkan rasa gugupnya itu agar bisa bersama A...