Vote dulu jangan lupa ;)
"Kamu tau? Sudah banyak laki-laki yang ku tolak untuk mendekati ku, kenapa? Hanya karena menjaga perasaan kamu. Walaupun kamu tidak tau akan hal itu."
***
Amara masih celingak-celinguk mencari angkot. Tapi tak satupun ada angkot yang lewat.
Mana handphonennya mati lagi.
Amara hanya bisa berdoa dalam hati semoga ada pangeran ganteng yang mengantarkannya pulang.
Terdengar suara motor didepan Amara.
Amara tidak sadar akan hal itu. Ia masih memejamkan matanya sambil mulutnya yang komat-kamit.
Kegiatan itu tidak luput dari seorang lelaki yang duduk diatas motor.
Ia tersenyum melihat wanita itu.
"Ekhm," ia berdeham.
"Eh Ayam!" Kaget Amara. Melihat pangeran ganteng didepannya ini.
"Kok belum pulang?" Tanyanya.
"Oh, ini nunggu angkot. Daritadi gak ada! Padahal udah dari setengah jam yang lalu," jelas Amara.
"Emang, angkot kalo jam segini gak ada lagi."
"Yah," Amara menunduk.
"Yaudah nebeng gue aja," Ajaknya.
Amara menyipitkan matanya, " kamu gak ada niat nyulik aku kan?"
Lelaki itu terkekeh, " ya enggak lah, niatnya baik juga ngasih boncengan."
"Yaudah ayo," Tiba-tiba Amara sudah duduk di belakang.
Lelaki itu kaget melihat Amara yang sudah ada dibelakangnnya.
Ajaib memang gadis ini.
Ia mulai menjalankan motornya.
"Rumahnya dimana?" Tanya lelaki itu dibalik helmnya.
"Di komplek Anggrek blok C,"
Lelaki itu hanya mengangguk paham.
Tidak berapa menit kemudian. Mereka sudah sampai dikediaman Amara.
Amara turun dari motor lelaki itu.
"Makasih ya," ujar Amara tulus. Lalu ia tersenyum manis.
Lelaki itu membalas senyum Amara. "Iya, sama-sama."
"Oh ya, nama kamu siapa?" Tanya Amara.
"Haris,"
Amara menganggukkan kepalanya.
"Sekali lagi ya makasih. Maaf gak nyuruh kamu masuk nanti kira tetangga apa, soal nya Mama sama Papa keluar kota dinas."
"Iya gapapa," balas Haris
"Kalo gitu aku langsung pulang ya," pamitnya.
"Iya hati-hati,"
Haris pun melajukan motornya keluar dari pekarangan komplek Amara.
***
Ting ting
Bunyi bel rumah Amara berbunyi.
Amara yakin itu pasti kedua orangtuannya.
Ia pun bergegas turun dari tangga menuju pintu.
Ia pun membuka pintu. Benar, itu orang tua nya.
Amara menyalimi orang tua nya. "Mama sama Papa udah makan?" Tanya Amara.
Ida-- Mama Amara mengangguk, "iya sayang. Kamu udah belum?" Tanya Mamanya lembut.
"Udah Ma," Ida mengangguk.
"Mama sama Papa istirahat gih, pasti cape baru sampai."
"Iya, Papa sama Mama istirahat dulu ya nak," Farhan-- mengelus puncuk kepala Amara.
Amara mengangguk.
Amara menutup pintu lalu pergi menuju kamarnya.
Sampai dikamar, Amara merebahkan badannya di kasur kesayangannya. Sambil menatap langit-lagit kamarnya.
Drrt drtt
Handphone Amara berbunyi.
"Siapa sih yang nelpon malem gini," gumamnya sambil berjalan menuju meja belajarnya, tempatnya menyimpan handphone.
Lala Ultrasonik calling...
Entah sejak kapan gadis itu menamai kontak Lala seperti itu.
Dengan malas Amara mengangkat telepon itu.
"Apa?"
"Matematika udah belum?!" Terdengar suara lengkingan suara diseberang sana.
Amara mengerutkan alisnya.
"Emang ada?"
"Ada congek! geregetan gue ngomong sama lo!"
"Yaudah, kenapa masih ngomong?"
Terdengar suara membuang napas diseberang sana.
"Gau guna banget, niatnya nyotek malah buang pulsa doang!" Lala meucapkannya dengan gemas.
"Yaudah," sahut Amara santai.
"Untung nelpon lo saat gue gratisan, jadi gak buang pulsa karena hal ga guna gini!"
"Gak nanya!"
Amara mematikan teleponnya sepihak.
"Niat yang buruk! Kalo nelpon, pasti mau nyontek!" Gerutunya sendiri.
Dilain tempat Ardi sedang rebahan di kasurnya sambil memandang langit-langit.
Ardi mengehembuskan napas pasrah, "kenapa banyak banget ya rintangan suka sama lo?" Ucapnya sendiri.
Ia bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju balkon. Membiarkan angin malam menerpanya.
Ingatannya kembali pada kejadian disekolah tadi, Yopi dengan mudahnya melupakan Amara. Hanya karena gadis itu menolaknya.
Tapi, malahan bagus. Peluang Ardi untuk menembak Amara terbuka lebar.
Ardi memejamkan matanya menikmati angin malam dari balkonnnya.
Ia membuka matanya, lalu menutup pintu balkon dan berbaring lagi di kasurnya.
Di ambilnya Handphone diatas nakas.
Ia membuka aplikasi instagram. Sudah lama ia tidak membuka instagram. Terakhir kali ia saat memfollow Amara.
Kalo ingat itu Ardi jadi malu sendiri. Ia sudah membulatkan tekatnya untuk memfollow Amara dan akhirnya ia follow juga.
Setelah membuka notifikasi, alangkah terkejutnya Ardi. Amara-- gadis itu memfollback Ardi!
Ardi tidak bisa menahan senyumnya. Kedua sudut bibirnya melengkung sempurna.
"Akhirnya, cinta lo gak bertepuk sebelah tangan lagi Mar, gue juga suka sama lo," Gumamnya sambil menatap layar Handphonennya.
**
Gemeshhhh bgt sama Ardi.
Diam-diam menghanyutkan juga ternyata wk.
Jgn lupa kya biasa vote+komen+share
KAMU SEDANG MEMBACA
Nervous
Romance"Jangan gugup! Ketemu aja gugup, gimana kalo akad?" Amara gadis yang selalu gugup apabila bertemu dengan doinya. Padahal ia setiap hari bertemu, bahkan kelas mereka bersebelahan. Amara perlahan-lahan mehilangkan rasa gugupnya itu agar bisa bersama A...