NERVOUS 5

65 16 0
                                    

"Aku tidak tahu apa yang terjadi berikutnya. Tapi percayalah aku selalu disini, walau kamu tidak mengetahui itu."

***

Ardi melajukan motornya ditengah-tengah jalanan kota Jakarta.

Untung saja hari ini tidak macet seperti hari biasanya.

10 menit kemudian Ardi sampai disekolahnya. Ia memarkirkan motornya di parkiran khusus murid.

Dengan santainya ia berjalan menuju kelasnya. Kelas XII ips 2.

Pandangan tertuju pada gadis yang sedang tertawa didepan kelas dengan seorang laki-laki.

Ia duga gadis itu baru saja datang, karena tasnya masih berada dibelakangnya.

Ardi masih melihat interkasi dua orang itu dari jauh.

Ardi menggepalkan kedua tangannya.

Ia tidak bisa marah. Toh, Amara bukan pacarnya. Calon maksudnya.

Ardi tidak ingin melihat interaksi kedua orang itu lebih lama. Membuatnya panas saja!

Ia pun langsung berjalan menuju kelasnya yang berada disamping kelas Amara.

Amara yang melihat itu hanya menghembuskan napas pasrah.
Yang ia inginkan Ardi menyapannya atau apalah sekedar basa basi.

Mimpi!

Ketemu saja masih gugup!

Itu hanya mimpinya saja! Mana mungkin Ardi menyapannya!

Amara tersenyum getir lalu melanjutkan perbicaraannya dengan Haris.

Ardi diam-diam di belakang pintu mencoba mendengarkan pembicaraan orang itu.

Menggemaskan tingkah Ardi yang satu ini.

Dari pada ia kepo minta ampun!

"Iya, hehe." Terdengar suara tertawa seseorang.

Ardi tau suara itu! Suara Amara lah, siapa lagi.

"Hari ini gue anterin lagi lo pulang ya?" Tanya lelaki itu. Ardi tidak tau siapa namanya.

"Eh, enggak usah. Hari ini Papa aku yang jemput maaf ya, Haris." Terdengar suara Amara.

Yes ditolak Amara!

"Yaudah kalo gitu, gue kekelas ya," terdengar suara yang ia ketahui namanya Haris itu pamit.

"Bagus pergi aja lo sana jauh-jauh," gumamnya masih dibelakang pintu.

Kejadian saat Ardi menguping itupun tak luput dari Tony yang baru saja datang.

Tony memandang Ardi aneh. Mana dari tadi Ardi mendumel sendiri.

"Lo ngapain Di?" Tanya Tony yang dari tadi penasaran.

"Hah?!" Terdengar Ardi kaget karena suara itu datang tiba-tiba.

"Lo ngapain dibelakang pintu? Ngintip orang ya? Ngaku!" Goda Tony.

Ardi gelagapan sendiri. Ia menguping! Bukan mengintip!

"Ya engga lah," sahut Ardi masih menahan gugup. Ketahuan ceritanya gais.

Tony menatap Ardi intens, "terus ngapain?"

"Nyari sapu," oke alasan yang tepat. Karena biasanya sapu berserta teman-temannya di taruh dibelakang pintu

"Buat apa?" Tanya Tony lagi.

Ardi memutar bola matanya. Males meladeni Tony yang kepo bagaikan cewe.

"Ya nyapu lah, bacot banget lo!" Sahut Ardi sarkasme.

"Lo juga, jawabnya singkat banget!" Tony masih mendumel.

Sedangkan Ardi sudah meleset pergi begitu saja.

"Sabar Ton, tarik napas buang, tarik lagi buang. Itu temen bukan setan." Tony mengelus-ngelus dadanya.

***

Amara sedari tadi berdiam saja dikelas. Ia duduk manis. Sesekali menghembuskan napas kasar.

"Lo napa Ra?" Tanya Lala gemas sendiri. Dari tadi ia ngomong Amara hanya diam saja.

"La," panggil Amara pelan dan lembut.

"Apa?" Sahut Lala.

"Gue kayanya berhenti aja deh suka sama Ardi," ujarnya terdengar lirih.

"Kenapa?" Tanya Lala heran. Jarang-jarang Amara ngomong seperti ini.

"Gak papa. Aku gak tahan La. Ardi orangnya jutek banget, gak pekaan lagi!"

Lala menepuk bahu Amara, "apapun mau lo, yang terbaik buat lo. Dah ibu Ani mau dateng,"

Amara hanya menganggukan kepalanya saja.

Benar kata Lala bu Ani masuk kekelasnya.

"Kerjakan soal halaman 110 pake penjelasan. Kalo gak nilainya separo aja." Ujar bu Ani to the point.

"Yah, gak bisa gitu dong bu! Kita aja belum sampai situ belajar." Sahut Arfa yang diangguki satu kelas.

Bu Ani menurunkan kacamatanya sampai pangkal hidung.

"Masa sih?" Tanyanya.

"Iya bu, kita baru belajar sampai halaman 90 jauh banget." Sahut Iqbal.

"Ibu sih gak masuk terus, ketinggalan kan kita. Gimana mau belajar bu?" ujar Upay sok.

Satu kelas mencibir Upay. Yang dicibir hanya cengengesan saja.

"Iya juga ya. Soalnya saya sibuk. Kalian minta materi kekelas ips 2 saja. Mereka sudah ibu jelaskan sama ada catatannya." Sahut bu Ani santai.

Amara kagetnya bukan main.

Satu kelas, kekelas ips 2? Yang benar saja!

"Ibu di ips 3 lengkap ga?" Sahut Amara.

Bu Ani menggeleng, "baru kelas ips 2 yang baru ibu jelasin."

Amara menghembuskan napas pelan.

Oke Amara.

Jangan gugup ketemu Ardi.

"Kapan kami bisa nanya kekelas ips 2 bu?" Sahut Cc.

"Pulang sekolah aja, kalian janjian dimana kek, yaudah ibu keluar dulu permisi." Bu Ani pergi begitu saja. Meninggalkan Soal setumpuk.

"jangan gugup Ra, ketemu doi." Bisik Lala.

Semoga saja. Amara tidak bisa berjanji.

**

Hayoloh, ada yang mau ketemu doinya nih.

Oh ya, maaf ya kalo aku sering lambat update.

Jgn lupa Vomment dan Share

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang