NERVOUS 2

98 19 8
                                    

"Kamu tau, hal yang terindah adalah melihat mu tertawa karena ku,"

***

"Kenapa sih kalo piket selalu aja dapetnya di Wc, gak ada yang lain apa!" Gerutu Amara kesal.

"Enak banget Adan sama Aria dapet di depan gerbang! Bisa santai-santai!"

"Ih nanti ngomong sama Mama aja deh ganti nama jadi Samara! Biar jarang piket!" Masih menggerutu. Tangan nya mempel lantai tapi mulutnya komat-kamit kaya baca mantra.

Oh ya, disekolah Amara. SMA Chandra itu selalu mengadakan Piket dadakan. Amara suka kesal sendiri karena kalau ada piket dadakan namanya lah yang akan dipanggil.

Piket dadakan itu kadang seminggu sekali atau sebulan sekali. Bisa juga tidak sama sekali. Palingan cuma buat nyabut tamu yang berkunjung di sekolahnya.

Bukannya nyambut tamu sih sebenarnya. Cuman bersih-bersih buat nyambut tamu. Sama aja sih.

Piket dadakan mencakup semua kelas dan dimulai dengan huruf A tapi hanya diambil beberapa diabsen permulaan.

Pernah Amara bertanya, 'kenapa hanya nama A terus yang piket?'
Dengan santainya Bu tanti-- guru kebersihan menjawab. 'Emang giliran kalian yang piket'

Amara kesal sekali saat itu. Lalu minggu selanjutnya ia bertanya lagi. 'Kenapa A terus yang piket! Minggu kemaren kan udah bu!'
Bu Tanti masih santai menanggapi pertanyaan Amara yang di ajukannya setiap minggu.'masa sih? Jalanin aja, ibu gak ingat. Nanti kalian dapat pahala juga,'

Rasanya Amara ingin menelan bu Tanti hidup-hidup. Tapi dia tau sopan santun. Ia tersenyum menanggapi itu. Padahal dalam hati menyumpah serapah.

"Dek sini, sisanya kamu ya. Soalnya aku udah tadi didalam ngebersihin." Ujar Amara kepada adik kelas yang satu piket dengannya di Wc.

Adik kelas itu hanya mengangguk lalu tersenyum.

Amara berlari kecil ke meja piket. Ia ingin melapor bahwa ia sudah selesai piketnya.

Sampai dimeja piket ia baru sadar bahwa ada 3 laki-laki. Salah satunya yang sangat ia kenali Ardi Raikan Angkasa!

Amara berpura-pura acuh. Didalam hatinya mah geludak-geluduk saking gugupnya ketemu doi.

"Pak, Saya udah selesai piketnya." Ujar Amara kepada Pak Jaya guru penjaga piket hari ini.

"Masa sih cepet banget? Gak percaya ah!"

"Yey! Si bapak, kalo gak percaya sana masuk ke Wc putri cek udah bersih atau belum!" Ujar Amara kesal.

"Enak aja! Saya cowo masa masuk Wc putri, ada-ada aja kamu!"

Sedangkan ketiga cowo itu terkekeh melihat perdebatan itu.

Ardi juga ikut terkekeh. Jarang-jarang Ardi terkekeh.

"Bodo amat! Yang penting saya udah piket!" Amara mencoba menahan gugubnya.

Ardi terkekeh karenanya!

Bukan sih berkat bantuan pak jaya juga.

Yang penting Ardi terkekeh.

"Sudah sana masuk," suruh pak Jaya kepada Amara. Dengan senang hati ia kekelas.

Sampai didepan kelas Amara mendobrak pintu kelasnya.

Teman sekelasnya memandangnya Aneh.

"ANJIR! ARDI KETAWA GARA-GARA AKU GAYS!!!" Teriaknya heboh.

Lala yang kesal pun melempar buku tulis kearah Amara.

"Gue kira apa! Gue kira tadi guru! Eh siupil ternyata!"

Amara tidak terima disebut Upil! Termasuk pencemaran nama baik itu!

"Enak aja! Kalo aku upil kamu apa?" Sahut Amara jengkel.

"Gue princessnya," Ujar Lala santai.

"Princess upil iya banget," gumamnya supaya tidak terdengan Lala.

"Gue denger Amara Anatasya!" Sahut Lala sambil membaca buku.

Kan! Lala dengan kekuatan telinga Ultrasoniknya!

***

"Cantik gak Di?" Ujar Yopi sambil menyodorkan Handphonennya ke arah Ardi.

Ardi pun melihat siapa wanita yang dimaksud Yopi.

Ia kaget mengetahui siapa yang dimaksud Yopi, beberapa saat kemudian air mukanya berubah seperti biasa lagi.

"Cantik," sahut Ardi seadanya.

"Mau gue tembak Di, moga aja diterima."

Sudah Ardi duga Yopi akan menembak gadis itu.

Ardi hanya menganggukan kepalanya. Dalam hati Ardi kalang-kabut luar biasa.

Bagaimana kalo gadis itu menerima Yopi?

Semoga tidak.

Walau terdengar jahat, Ardi juga menyukai gadis itu.

Amara. Gadis itu Amara.

"Gue chat aja deh, gue udah dapet linenya," Yopi membuyarkan lamunan Ardi.

"Hm," gumam Ardi bingung harus menjawab apa.

Moga ditolak, Amin.

Dilain kelas, Amara gelisah sendiri. Berjalan ke sana kemari.

"Ra, duduk! Pusing gue liat lo!" Ujar Lala kesal.

Amara mengacuhkan Lala yang menyuruhnya duduk.
Ia masih berjalan kesana kemari.

"Apasih! Kesel gue liatnya! Duduk cepet!" Lala menarik ujung baju Amara.

"Ih Lala, Aku lagi gugup nih!" Amara menatap Lala kesal.

"Lah? Gue yang seharusnya marah bukan lo!" Sahut Lala jengkel.

"Apasih ini apa?!" Tiba-tiba Viola dan Nara menghampiri kedua orang itu.

"Nih si Mara, jalan sana jalan sini, pusing gue liatnya." Adu Lala ke Viola.

"Emang kenapa sih Ra?" Nara menatap Amara  bingung.

Amara menghembuskan napas lelah," Aku ditembak Yopi," cicitnya.

"HAH!?" teriak mereka bersamaan.

**

Gantung? Sorry ya. Ini juga pas nulis gabut banget! *curhat

Oh ya, yang nanya soal Ardi nanti insyaallah di part selajutnya.

Jgn lupa kasih Votenya dan share ketemen-temen kalian yang lain ya.

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang