NERVOUS 11

47 12 1
                                    

"can't take my eyes of you. "

***

"Tony!"

Tony yang asik membereskan bukunya menatap Ardi.

"Napa?" Jawabnya enteng.

"Jeber banget ya tuh mulut! Pake bilang ke Ubay segala kalo gue ngintip!" Ujar Ardi sinis.

Tony mengangkat sebelah alisnya. "Emang lo ngintip ya? Bukannya nyari sapu?"

Skak mat

Ardi kena batunya.

"Gue bilang ke Ubay kayaknya lo ngintip Amara sama Haris ngomong. Eh ternyata lo nanggapinya gitu. Ternyata beneran ngintip kan lo?!" Sambungnya sambil mengangkat- angkat alisnya. Mencoba menggoda Ardi.

Sialan, Ardi malu sendiri.

"Emang gue ngambil sapu!" Elaknya.

"Alah sok lo," cibir Tony.

"Kok ngeyel sih?!"

"Lo yang ngeyel, kambing."

"Lo!"

"Lo!"

"Eeee! Udah. Jangan ngedebatin gue!" Ubay memisahkan keduanya.

Tony menatap Ubay kesal. "Kapan gue sama Ardi ngomongin lo? Gak ada kerjaan banget!"

Ubay menatap Tony jengah. "Yang bilang ngomongin gue siapa? Kata gue jangan ngedebatin gue!"

"Mampus lo! Kena batunya!" Ardi tersenyum mengejek kearah Tony.

"Lah gila. Gue kok kaya orang bego ya?" Tanya  Tony linglung pada dirinya sendiri.

"Baru nyadar lo bego?" Sahut Ubay.

"Jangan ngatain gue bego, bego!" Ucap Tony tidak terima.

Anjir.

"Kapan gue ngatain lo bego?" Tanya Ubay.

"Tadi anjir! Pura-pura amnesia lo! Lo bego kata lo."

"Nah! Sekarang lo ngatain gue bego!" Jawab Ubay tidak terima.

Ardi menggelengkan kepalanya. Sambil menatap satu persatu temannya jengah.

"Gak usah ribut. Lo semua bego."

***

"AMARAAAA! SINI LO!" Teriak Lala menggelegar sepenjuru kelas.

Amara yang asik merumpi dipojok kelas pun menatap Lala malas.

"APAAA?" Sahutnya dari pojok kelas.

"SINI LO!" Teriaknya lagi.

Amara pun terpaksa menghampiri dengan berjalan malas-malasan.

"Apasih?!"

Lala menatap Amara kesal. "Apasih! Apasih! Ininih! Lo kan yang ngecoret meja gue?!" Tuduhnya.

Amara mengerutkan alisnya. "Kamu nuduh aku?"

Lala memutar bola mata malas. "Gue nanya! Bukan nuduh!"

Amara menatap Lala kesal. "Tapi kamu ngomong seolah nuduh aku!" Sahut Amara tidak terima.

"Emang nuduh lo! Siapa lagi yang suka buat mahakarya kaya gini dimeja gue!" Lala menunjuk mejanya yang banyak tulisan inisial AA.

"Apa coba nulis AA. Amara Ardi gitu?"

"Mulutmu ya La. Pingin aku kasih cabe! AA itu Amara Anatasya!" Sahut Amara tidak terima.

"Nah kan! Ketauan gue lo yang nulis!" Lala menunjuk-nujuk Amara dengan jarinya.

"Ya enggak lah!"

"Tadi AA, Amara Anatasya." Lala menaik-naikan alisnya.

"AMARA UDAH BELUM?!" Teriak Fifa yang ada dipojok kelas.

Merasa mendapat pertolongan. Amara memanfaatkan kesempatan itu.

"Nah La. Aku dipanggil Fifa. Aku situ dulu. Bye!" Amara langsung pergi begitu saja. Tanpa memperdulikan Lala yang sudah marah sampai keubun-ubun.

"AMARA AWAS LO!!!"

Amara terkekeh.

"si Amara mah. Nulis dimeja orang ja. Meja dia. Bersih kinclong. Anjir banget. " gerutu Lala.

"kenapa La? " tanya seseorang.

Lala berhenti mengelap meja saat mendengar suara itu. Lala menghadap orang itu.

"eh. Anu. I-itu si Amara nyoret meja gue. " jawab Lala gugup.

Januar terkekeh. "hehehehe. Emang gitu ya orangnya? "

Lala menggeleng. "engga juga sih. Orangnya ajaib. "

Januar terbahak. "ajaib gimana?  Punya kekuatan gitu? "

Lala tersenyum kikuk. "bukan gitu yaelah. Gak bisa jelasin gue. "

Januar mengangguk. " iya iya. Gue paham kok."

FINALLY AKHIRNYA UPDATE!!!!!!
JGN SIDERNYA :)
VOTE SAMA KOMEN DAN SHARE KE SEMUA TEMAN KALIANNYA YA 💕💕

NervousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang