Hallo hallo hallo update lagi~
Maaf telat :' adakah yang udah nunggu ini?
Langsung dibaca aja yuk~
Happy reading!^^
~°~°~
Langit senja menyapaku ketika aku melewati "gerbang" menuju dunia di mana para darah murni tinggal. Jika kalian pernah menemukan perpaduan langit dengan pembiasan cahaya ketika matahari terbenam sehingga menimbulkan warna jingga yang sempurna, kukatakan pada kalian bahwa keindahan langit saat itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang saat ini kulihat. Keindahannya tidak bisa terdeskripsikan dengan kata-kata. Birunya langit dan cahaya oranye yang timbul berpadu dengan sempurna. Membuat langit menjadi jingga, namun tetap memiliki bagian biru yang khas.
Kupikir tidak semudah ini untuk sampai. Bodoh memang. Tapi kupikir Vernon harus memakai kekuatannya atau berteleportasi. Setidaknya menggunakan sebuah mantra yang membuat gerbangnya terbuka atau mungkin sihir.
Okk ... mungkin yang terakhir sedikit berlebihan. Dia ini anak dewa. Bukan demon yang berada dalam cerita fiksi.
Dan nyatanya, Vernon hanya membawaku menuju bukit di pedesaan yang terdapat hutan terlarang. Di puncak bukit itu terdapat bangunan tua yang sudah runtuh, terlihat seperti kastil di film barat yang sudah lapuk dimakan usia. Ketika kami melewati pintu masuknya yang terlihat seperti bekas pintu yang sudah rubuh, kami tiba-tiba saja berada di sini. Dengan begitu mudahnya. Okk ... ini tidak terlalu mudah karena kami harus mendaki untuk sampai di puncak bukit. Sialnya, Vernon tidak memiliki kemampuan khusus seperti Saera yang bisa melesat secepat kilat untuk sampai di sini sehingga kami memakan waktu hampir tiga jam untuk kemari. Wow! Kakiku rasanya akan putus.
"Apa ini masih jauh?"
Vernon yang mendengar itu menoleh dan menatapku datar. Sungguh, dia ini seperti memiliki kepribadian ganda! Masalahnya, saat kami diserang Saera dan Jun, dia sangat romantis dan peduli padaku. Apalagi ketika ia mencoba menenangkanku dan menyatakan cintanya. Sangat manis. Tapi, keesokan harinya ia kembali seperti semula. Dingin, menyebalkan, dan mulutnya suka mengeluarkan komentar pedas. Kalau begini terus lama-lama aku bisa meragukan cintanya.
"Apa?" tanyaku menantang.
Vernon berdecak. "Kau harusnya bertanya seputar tempat ini ketika sampai. Atau setidaknya katakan bahwa tempat ini indah. Kenapa malah menanyakan jarak tujuan kita?"
"Aku sudah tahu tempat ini indah, kalau aku memujinya paling kau hanya menatapku."
Vernon memberiku tatapan tajam. Tetapi aku malah menantangnya. "Apa? Aku benar kan?"
Vernon menghela napas. "Aku tidak percaya Dewi Asmara bisa punya anak aneh seperti ini."
"Hey! Yang kau panggil aneh ini kekasihmu!" protesku tak terima. Tapi, ia hanya menatapku datar. Menyebalkan!
"Kupikir masuk ke sini sulit."
"Memang sulit."
Aku menoleh. "Sulit apanya? Aku hanya melewati pintu itu dan tiba-tiba sudah berada di sini."
"Itu karena kau seorang Half Blood. Kalau kau manusia biasa, kau hanya akan masuk ke dalam reruntuhan itu," ujarnya.
Aku mengerjap pelan. "Jadi manusia biasa tidak bisa masuk ke sini?"
"Bisa," jawabnya seraya melirik ke arahku. "Tapi ada tata cara khusus dan memerlukan proses yang panjang. Mereka harus menemukan tujuh gerbang menuju dunia ini dan melakukan ritual. Itu pernah digunakan oleh manusia dengan niatan buruk di masa lalu. Mereka membuat penelitian dan melakukan ritual dengan ilmu hitam untuk memecahkan pelindung gerbang dan menerobos masuk. Tapi, manusia-manusia itu tidak tahu apa yang mereka hadapi di sini. Mereka dimusnahkan. Penelitian mereka dan buku tentang ilmu hitam itu dilenyapkan. Beberapa dari kami menyebar di dunia manusia untuk menyebarkan informasi tentang hutan terlarang dengan mengarang cerita menyeramkan agar mereka tidak menemukan tempat ini. Hanya itu yang kutahu. Saat itu aku belum lahir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #31 on Fantasy 180803 #1 Vernon, #1 Halfblood Hidupku tidak pernah tenang. Sedetik pun tidak. Aku selalu merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat. Atau mungkin, seseorang yang mampu menyamarkan dirinya dengan baik. Aku mampu me...