Yuhu~
I'm back :')
Hati-hati bagian akhir part :v
Happy reading!^^
~°~°~
"Kenapa kau menyerang Jun? Dia yang menyelamatkanku!" ujarku kesal.
Vernon .... Pria yang tadi tiba-tiba memelukku itu memutar bola matanya. Tampak jengah karena pertemuan yang mungkin dibayangkannya romantis justru jadi menjengkelkan karena masalah kecil.
Aku mendengus keras karena tak kunjung mendapat jawaban. Aku melirik ke arah Mingyu. "Hey! Kenapa kau masih mengukungnya? Cepat lepaskan!"
"Rupanya kau baik-baik saja. Buktinya masih bisa memarahiku." Ia melepaskan Jun secara tiba-tiba, membuat pria itu hampir saja tersungkur sebelum bisa menegakkan tubuh. Ia batuk beberapa kali, aku segera menghampiri dan mengusap punggungnya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyaku.
Jun hanya mengangguk. Ia memegangi leher yang sebelumnya terkunci. "Ahh, untung aku ingat kau. Kalau tidak, aku sudah membakar lengannya."
"Hey! Kau mau melawanku? Ayo, siapa takut!" seru Mingyu.
Aku memberinya tatapan tajam setelah itu beralih pada Vernon. Tapi, melihat wajah datarnya membuat kepalaku kembali sakit. Sungguh, kenapa pertemuanku dengan Vernon tak pernah berjalan dramatis? Selalu saja begini akhirnya.
Aku mendengus keras sebelum akhirnya berbalik. Bermaksud pergi, kembali ke kamar dan beristirahat. Aku memang merindukan Vernon, bahkan amat sangat merindukannya. Tapi, kalau aku terus di dekatnya kami akan mulai berdebat lagi.
"A-" Aku memekik tertahan ketika kepalaku tiba-tiba terasa berputar. Aku segera meraba udara di depanku, mencoba mencari sesuatu untuk bertopang dan menemukan sebuah tangan. Milik Jun.
"Kau kenapa?" tanyanya.
"Kepalaku," jawabku tertahan.
Jun hendak membantuku menepi. Tetapi, tubuhku lebih dulu diambil alih dan diangkat oleh Vernon. Tanpa bicara, ia membawaku kembali ke kamar dan membaringkanku di ranjang. Ia tak langsung menyingkir, tapi menangkup kedua pipiku.
"Kenapa wajahmu lebam?" tanyanya yang mungkin baru menyadari keadaanku.
"Bukan hanya wajah," sahutku. Aku menarik lengan pakaianku yang kebetulan pendek dan menunjukkan bahuku yang keunguan. Aku belum melihat itu, tapi aku ingat terbanting keras dan pasti terluka.
"Siapa yang melakukan ini padamu?!" serunya.
Aku menghela napas, lalu menggenggam tangannya. "Jangan berisik, aku sudah selamat. Itu saja sudah cukup. Jangan menambah masalah lagi."
"Tidak bisa begitu! Dia sudah membuatmu seperti ini!" serunya. Ia kemudian mengalihkan tatapannya, menatap Jun yang baru saja masuk dengan tatapan mengintimidasi. Memaksanya bicara lewat tatapan itu.
Tapi, bukan Jun namanya jika ia merasa terganggu dengan tatapan itu. Ia justru melangkah menuju sofa merah di sisi kanan ruangan lalu menjatuhkan dirinya di sana. Ia membalas tatapan Vernon dengan wajah datarnya yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood [Seventeen Imagine Series]
FantasiHighest rank - #31 on Fantasy 180803 #1 Vernon, #1 Halfblood Hidupku tidak pernah tenang. Sedetik pun tidak. Aku selalu merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat. Atau mungkin, seseorang yang mampu menyamarkan dirinya dengan baik. Aku mampu me...