7

8.3K 1.2K 158
                                    

Update update~

Adakah yang nungguin? :')


Happy reading!^^



~°~°~



Aku diam terpaku ketika kedua bola mataku menangkap sosok ibu yang terus tersenyum ke arahku. Kedua iris matanya yang berwarna merah membuatku terus tertarik untuk melihatnya.

"Mata birumu indah," ujar ibu memecah keheningan setalah sebelumnya hanya saling menatap di ruang makan.

"Ibu menyukainya?"

"Tentu." Sudut bibirnya tertarik ketika ia mengangguk. Aku juga tersenyum lalu melirik ke arah Vernon yang hanya duduk diam di sampingku dan menggenggam tanganku di bawah meja makan sehingga ibu tidak melihatnya.

Melihat apa yang kuperhatikan, ibu ikut melirik ke arah Vernon. "Vernon, aku berhutang budi karena kau telah menjaga anakku bahkan membawanya ke mari dengan selamat."

Vernon mendongak. Ia tersenyum pada ibu lalu menunduk dengan hormat. "Sudah menjadi tugasku untuk menjaganya."

"Kudengar kau sempat bertarung dengan Jun karena menyelamatkan anakku."

"Itu bukan apa-apa, Yang Mulia. (Y/n) lebih banyak berkontribusi. Dia yang melindungiku."

"Kalau begitu kalian saling melindungi," ujar ibu disertai senyumannya yang menawan. "Aku tidak sabar menunggu berita baik dari kalian. Tahu maksudku bukan?"

Wajah Vernon yang putih itu berubah kemerahan meski wajahnya tetap datar. Sukses membuat keningku berkerut.

Memangnya apa yang dimaksud Ibu sampai kulitnya berubah warna?

"Kau kenapa?" Aku tidak bisa mencegah diriku untuk bertanya. Kupikir Vernon akan memberiku tatapan tajamnya atau menyemprotku dengan kata-kata seperti biasanya. Tapi, ternyata ia hanya menoleh lalu kembali menunduk. Dan entah kenapa, aku justru merasa kesal.

"Hey! Ada apa dengan tatapan itu? Kau menjaga martabatmu di depan Ibu ya?"

Vernon hanya melirikku sekilas lalu kembali menunduk tanpa merubah raut wajahnya meski jelas-jelas itu menjatuhkannya di depan ibu. Sungguh, itu membuatku kesal! Dia yang saat ini tidak seperti dia yang biasanya membuatku ingin mengumpat di depan wajahnya.

"Kau menyebalkan! Di depan Ibu saja bersikap baik," celetukku.

"Aku selalu bersikap baik asal kau tahu," balasnya pelan.

"Baik apanya? Kau selalu membuatku kesal setiap saat! Kau mendebatku, membuatku kehabisan kata karena kesal, dan membuatku banyak mengumpat!"

"Ssttt ... berisik!" ujar Vernon dengan wajah menyebalkannya yang kini kembali terlihat.

"Kau juga berisik! Kau terlalu sering menceramahiku!"

"Aku melakukan itu demi kebaikanmu. Tahu?"

"Aku tidak mau tahu!"

Suara tawa ibu yang terdengar manis itu membuat perdebatan tidak penting yang sempat terjadi antara aku dan Vernon membuat kami mengatup bibir rapat-rapat. Ibu memberikan salah satu senyuman terbaiknya lalu beranjak dari tempat duduk.

Half Blood [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang