Sorry guys baru update lagi karena beberapa waktu ke belakang aku gak sempet pegang hp lama-lama dan tiga hari kemarin lagi revisi cerita sebelah dan yang ini juga karena seperti yang kalian tahu, ada typo :') ada juga beberapa hal yang harus diperbaiki. Sebenernya belum selesai, tapi aku lanjutin dulu ceritanya karena takut kalian kelamaan nunggu.
Once again, I'm so sorry guys :' lopyu all♡
Happy reading!^^
~°~°~
"Tunggu sebentar, aku perlu bicara dengan Aron."
Aku menoleh dan mengangguk ketika Vernon yang semula hanya berjalan penuh keheningan di sampingku kembali berbicara. Ia tersenyum, lalu mengusap kepalaku.
"Kalau bosan, ke taman saja. Tapi kau harus berhati-hati. Jika sesuatu yang buruk terjadi, lebih baik lari. Mengerti?"
Sekali lagi, aku mengangguk. Vernon memberiku sebuah senyuman sebelum akhirnya pergi menuju ruangan Aron.
Manis ...
Tumben sekali.
Enggan memikirkan kelakuan Vernon yang memang kerap berubah, aku memutuskan untuk berjalan menuju taman. Beberapa darah murni berada di sana. Seperti biasa, mereka memperhatikanku. Tapi, aku hanya memberi mereka senyuman untuk menunjukkan kesan baik dan melewati mereka begitu saja tanpa menegur.
Langkahku terhenti di sebuah pohon rindang di mana jika aku duduk, aku dapat melihat keindahan taman tulip beragam warna dengan proporsi yang pas. Itu juga tempat di mana aku pertama kali bertemu Wonwoo.
Aku menghela napas sebelum akhirnya memilih untuk duduk. Angin kecil yang menari-nari di sekitarku membuatku merasa nyaman dan perlahan diserang kantuk. Aku memejamkan mata dan besandar pada batang pohon, tetapi tetap terjaga.
Panas ....
Aku segera membuka mata ketika merasa udara di sekitarku mendadak panas. Yang kutakutkan adalah kehadiran Jun yang akan mengusik hariku.
Sial, ia memang berada di depanku. Tapi, alih-alih membuatku takut atau jengkel ia malah membuat jantungku hampir melompat keluar dari tempatnya. Oke, memang terkesan berlebihan. Tapi percayalah ... kehadirannya memang mengejutkan.
Jun duduk di depanku. Matanya menatapku dengan sorot yang lembut. Tangannya ia gunakan untuk menopang kepalanya. Kenapa dia bersikap manis?!
"Hallo (y/n)," sapaan manis keluar dari bibirnya. Senyuman tipis ikut mengembang di wajahnya yang memang harus kuakui ketampanannya meski ia amat sangat mengerikan.
Aku mengerjap pelan. Sungguh, melihatnya berubah drastis seperti ini membuatku takut. Ini lebih menakutkan dari Jun yang sombong dan sadis!
"Ohh ...." Ia memiringkan kepalanya dan menatapku lebih lekat dari sebelumnya. "Kenapa kau melihatku seperti itu?"
"Jun ... jau sakit ya?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku. Kupikir ia akan marah dan memberiku tawa sinisnya. Tapi, rupanya ia malah tersenyum.
"Apa kau mengkhawatirkanku?"
Aku membulatkan mataku. Terkejut dengan tanggapan yang diberikannya. Tapi, ia justru tertawa. Tawa yang manis!
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #31 on Fantasy 180803 #1 Vernon, #1 Halfblood Hidupku tidak pernah tenang. Sedetik pun tidak. Aku selalu merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat. Atau mungkin, seseorang yang mampu menyamarkan dirinya dengan baik. Aku mampu me...