Yuhu~
I'm back!^^
Siapa yang nunggu? /krik krik/
Happy reading!^^
~°~°~
"Kumohon ..."
Aku memasang wajah memelas terbaikku. Sebisa mungkin terlihat berbinar, berharap itu bisa memberi efek magis tertentu untuk membuat Aron mengabulkan permohonanku. Di saat-saat seperti ini, aku berharap kemampuan ibuku sebagai Dewi Asmara menurun agar aku bisa menghasut seseorang untuk mengikuti kemauanku—dalam konteks yang baik, tentu saja.
Aron menatapku datar. Matanya meneliti setiap sudut wajahku, lalu beralih pada sosok pria yang sejak tadi berdiri di sampingku dengan jas dan celana putihnya. Ia sejak tadi hanya diam memandangi Aron dengan wajah tanpa dosa. Sama sekali tidak membantu.
"Jadi, selama dua minggu ini kalian bersama? Ketika orang-orang sibuk mencari keberadaan kalian?" tanya Aron datar, tapi menusuk.
Aku menghela napas. Raut wajah memelas yang dengan susah payah kubangun runtuh begitu saja.
"Bukan begitu," ujarku berusaha meralat. "Dua minggu yang lalu aku memang pergi ke dunia manusia dan menemui Vernon. Aku bersama dengannya selama dua malam. Tapi, pulang dini hari bersama René. Saera menghadang kami di dekat perbatasan. Dia mengurung René, lalu menculikku. Dia juga hampir membunuhku kalau saja Jun tidak menghentikannya. Jadi, bisakah kau mempertimbangkan permohonanku?
"Atau setidaknya ringankan sedikit," sambungku.
"Berapa lama kau disekap Saera?"
"Sekitar tiga hari," jawabku. "Tiga hari lagi aku berada di mansion lama Jun dalam keadaan tak sadarkan diri. Lalu-"
"Lalu aku menemukannya di sana. Jun segera kembali ke tempat pengasingan setelah aku tiba, sedangkan aku menemani (y/n) di sana sampai ia pulih," sambung Vernon.
Aku memberinya tatapan tajam. Usahaku untuk membuat Aron meluruh bisa jadi sia-sia karena komentarnya. Hey! Dia berbohong! Aku pulih hanya dengan beristirahat selama lima hari di sana terhitung sejak aku tak sadarkan diri. Tapi, ia tetap menahanku lebih dari seminggu dengan alasan masih ingin bersamaku lebih lama. Sungguh, kalau diingat-ingat lagi, aku jadi kesal.
"Aron." Aku sesegera mungkin mengalihkan perhatian Aron sebelum ia menemukan kebohongan Vernon. Aku kembali memasang wajah memelas. "Jun sudah menyelamatkan nyawaku. Dia bahkan tidak meminta imbalan. Dia juga tidak memanfaatkan itu sebagai kesempatan untuk kabur dari hukumannya. Vernon juga membantu meski ia melawanmu. Keduanya sudah sama-sama menyesal. Masalahnya juga sudah selesai. Tidak bisakah kau mengabulkannya?"
"Di mana keberadaan Saera sekarang?" tanya Aron, mengabaikan pertanyaanku sebelumnya.
Aku menggeleng pelan. "Aku tidak tahu. Jun membuatnya tertidur. Tapi ia bilang telah membawa Saera ke tempat yang layak untuk beristirahat."
Aron tampak berpikir keras, sepertinya kali ini benar-benar mempertimbangkan kata-kataku. Ia melirik ke arah Vernon, memperhatikan raut wajahnya yang menurutku menyebalkan. Mungkin lelah dengan sikap Vernon yang agak menyebalkan kalau menyangkut hal-hal mengenaiku, akhirnya Aron menghela napas dan mengangguk.
"Baiklah," ujarnya menggantung, membuatku tak dapat bernapas lega karena mungkin, apa yang akan Aron katakan takkan sesuai dengan ekspektasiku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Blood [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #31 on Fantasy 180803 #1 Vernon, #1 Halfblood Hidupku tidak pernah tenang. Sedetik pun tidak. Aku selalu merasa diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat. Atau mungkin, seseorang yang mampu menyamarkan dirinya dengan baik. Aku mampu me...