24

5.8K 1K 238
                                    

Yang kangen Bonon mana suaranyaaaaaa? :"

Mari menjelajah di dunia manusia guys, mencari Vernon.


Happy reading!^^



~°~°~



"Aku tidak punya kuncinya."

"Apa?" René mengerjap pelan. Aku mencoba memberikan cengiran terbaikku yang sebenarnya ditujukan untuk menutupi rasa bersalah.

"Lalu bagaimana cara kita masuk kalau tidak ada kuncinya?" tanyanya lagi.

"Hmm ... sebenarnya aku menyimpan kunci di kamarku. Tapi, aku mengambilnya dengan tangan ketika akan berangkat," ujarku dengan senyuman canggung. Sesekali menghindari tatapannya. "Aku lupa kalau tanganku bisa membekukan benda yang kusentuh."

"Kau tidak mengembalikannya?"

Aku menggeleng. "Harusnya bisa. Tapi, karena aku tidak pernah membekukan yang macam-macam, aku tidak pernah belajar meluruhkannya."

Kalau aku tengah bersama Vernon, ia pasti sudah mamakiku habis-habisan karena aku sangat ceroboh. Bahkan, jika Mingyu yang pergi denganku, aku yakin paling tidak dia akan mengumpat. Syukurnya, aku bersama René yang pengertian.

"Kalau begitu, kenapa tidak mencoba merusak pintunya?"

Aku menerjap. "Maksudmu kita harus mendobrak rumahku?"

"Tidak," ralatnya diikuti gelengan. "Maksudku, bekukan saja lubang kuncinya sampai hancur. Kalau kau cukup terampil, coba buat kunci dari es. Aku akan mencari air."

"Apa kau bisa memanjat?" tanyaku hati-hati.

René mengerjap. Sepertinya tak terlalu mencerna kalimatku. Atau mungkin bingung bagaimana menanggapiku. Karena, ya ... dia memakai gaun panjang.

"Di samping rumahku ada kolam renang. Kalau kita bisa memanjat dinding itu, kita bisa masuk lewat pintu samping."

"Ohh! Atau tunggu di sini. Aku akan mencoba memanjat lalu membuka pintu dari dalam," tambahku. Tanpa menunggu reaksi René, aku segera mengambil ancang-ancang untuk melompati dinding.

Percobaan pertama gagal total. Tubuhku bertumbukan dengan dinding. Rasanya lebih nyeri daripada dijatuhkan dari atas saat bertarung dengan Mingyu karena kali ini aku mengeluarkan gaya.

"(Y/n)! Apa kau baik-baik saja?!" René yang panik menghampiri.

"Ya, kurasa tidak ada tulang yang patah," ujarku susah payah. "Aku akan mencoba lagi."

"Bagaimana kalau kau menaiki punggungku untuk melompati dinding?" tawar René.

Dan menginjak gaun indahmu? "Tidak, René. Aku akan mundur untuk melompat meraih puncak dinding."

René kembali bergerak mundur. Aku juga mundur beberapa langkah dan melompat kecil untuk pemanasan. Setelah siap, aku segera berlari dan melompat. Kali ini, Dewi Keberuntungan berpihak padaku. Aku berhasil meraih dinding dan melompat ke halaman meski pendaratan tidak terlalu mulus.

Napasku terengah. Aku berbaring sejenak di atas rumput, mencoba menstabilkan pernapasan.

"Apa kau baik-baik saja?!" Aku dapat mendengar suara René dari balik dinding.

Half Blood [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang