Reason

873 83 0
                                    

“Hwa-ya, jika kau marah karena kita tidak jadi makan Jjim galbi, kita bisa kesana besok. Aku janji” Jungkook mencoba membujuk Minhwa. Minhwa melirik Jungkook sekilas lalu meminum air mineralnya.

“Jangan diam saja. Oke, aku minta maaf. Sekarang katakan sesuatu”

Minhwa meletakkan box makanannya di nakas dan menatap Jungkook lamat-lamat “Aku tidak bisa berada di sampingmu sepanjang hari. Aku juga tidak selalu bisa mengirim pesan atau menelponmu untuk megingatkanmu. Setidaknya makanlah yang teratur untuk mengimbangi aktivitasmu. Kau tahu—aku merasa bersalah. Tidak perlu terburu-buru, aku bisa menunggu. Jangan seperti ini”

Jungkook mengulurkan tangannya menghapus air mata yang jatuh di pipi Minhwa. Tunangannya selalu seperti ini, menangis saat dirinya terlalu memaksakan diri.

Ia merasa bersyukur karena dipertemukan dengan Minhwa. Saat itu tahun ketiganya di universitas, ia bertemu dengan Minhwa di KRL.

Klise, Jungkook menemukan kartu mahasiswa Minhwa yang jatuh saat gadis itu keluar dari kereta. Jungkook terkejut ternyata orang yang menjatuhkan kartu itu mahasiswa baru di universitasnya. Kebetulan lagi, mereka satu fakultas.

Hubungan keduanya tidak berjalan mulus, beberapa kali putus karena faktor eksternal dan internal. Seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menerima kekurangan masing-masing.

Baik Jungkook maupun Minhwa sudah mengenal keluarga keduanya. Saat terberat bagi Jungkook adalah ketika ibunya meninggal tiga tahun yang lalu. Kebiasan Jungkook jadi lebih parah, menyibukkan diri dengan bekerja hingga melewatkan makannya.

Disana peranan Minhwa, gadis itu sudah seperti alarm pengingatnya, menjaganya pola makannya dan akan menarik paksa lengannya untuk keluar sekedar mengirup udara segar.

Gadis itu akan menangis saat dirinya sakit, lalu mereka akan bertengkar seperti anak kecil. Meskipun ia lebih tua dari Minhwa, gadis itu menolak untuk memanggilnya dengan sebutan oppa.

“Kau itu bayi besarku, bagaimana aku bisa memanggilmu dengan sebutan itu?”

Ada saatnya dimana Minhwa menjadi manja dan ia harus ekstra sabar menghadapinya. Meski mereka sudah lama menjalin hubungan, mereka tidak pernah melakukan sanggama seperti pasangan anak muda sekarang. Tidur satu ranjang pun mereka baru pertama kali kemarin.

“Jangan merasa bersalah, kau sudah merawatku dengan baik selama ini” Jungkook menggenggam erat jemari Minhwa. Jika ia tidak ingat ini UGD ia pasti sudah mencium Minhwa.

“Aku selalu teringat pada mendiang ibumu jika kau sakit” Lebih tepatnya pesan dari mendiang ibu Jungkook. Sebelum meninggal, ibu Jungkook berpesan pada Minhwa agar menjaga Jungkook. Ia sangat mengingat pesan ibunya kepada Minhwa dulu.



FLASHBACK

Ibu Jungkook menggenggam tangan Minhwa erat. “Hwa-ya, aku sangat senang saat Jungkook membawamu ke rumah kami. Eomma bisa melihat ketulusanmu, berbeda dengan mantan kekasihnya dulu. Kamu mungkin tidak memahami hubungan seperti itu (pacaran) saat Jungkook memintamu menjadi kekasihnya, namun eomma mempercayaimu” Senyum itu menghiasi bibir ibunya yang pucat. Minhwa membalas senyuman itu, kedua matanya sudah berkaca-kaca.

Ibunya melanjutkan “Jungkook itu terkadang melupakan makannya, tapi saat makan ia bisa menghabiskan dua porsi sekaligus” Jungkook yang duduk di sudut ruangan menatap keduanya dengan perasaan campur aduk. Ibu Jungkook terkekeh pelan, Minhwa mengangguk seraya tersenyum tipis.

“Terkadang ia juga menyebalkan dan manja, kamu harus sabar ya.” Jungkook ingin berteriak jika Minhwa itu lebih manja darinya, tapi ia urungkan.

“—kalau ia sulit dibangunkan, cubit saja nipple-nya” Minhwa tertawa kecil, sebenarnya ia sudah menangis dalam diam. Kepalanya tertunduk, kemudian ibu Jungkook mengangkat dagunya lembut dan menyeka air matanya.

Minhwa menatap wanita paruh baya di depannya. Pertama kali saat berjumpa, dimata Minhwa ibu Jungkook sangatlah cantik dan tampak awet muda. Sekarang mata yang biasanya penuh binar saat menyambutnya kini menjadi sayu. Kini keduanya sama-sama menangis

“Hwa-ya, tolong jaga Jungkook untuk eomma, ne?

Eomma” Jungkook merasakan matanya memanas.

“Kamu mau kan, Hwa?” tanya ibu Jungkook lembut. Minhwa mengangguk “Nde, eomma”

FLASHBACK END





TBC

Maafkan aku yang gabisa bikin sad scene :"

Wythe

Sapphire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang