Confession

1.1K 90 0
                                        

Esoknya Minhwa berangkat diantar oleh Jungkook. Saat berjalan di loby, ia tidak sengaja bertemu dengan Taehyung. Kebetulan ia melewati Kyung, perawat itu mengedipkan sebelah mata kepadanya. Minhwa tidak tahu kenapa gadis itu senang sekali menggodanya.

"Sudah sarapan?" tanya Taehyung. Minhwa tersenyum dan mengangguk.

"Nde, aku sudah sarapan di apartemen pagi ini. Waeyo?"

Ah, benar. Semalam dia pulang dengan pria itu. Apa mereka tinggal bersama?  Tapi kenapa aku tidak pernah melihat pria itu sebelumnya ya?


"Sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu sarapan bersama. Kalau begitu bagaimana dengan makan malam?"

Minhwa menggigit bibirnya lalu tersenyum masam "Maaf, tapi nanti malam aku sudah ada janji dengan seseorang"

"Ah begitu ya, sayang sekali. Uhm sepertinya dokter tidak membawa mobil lagi hari ini. Naik bus?"

Minhwa mengangguk "Aniyo, tadi aku berangkat bersama tunanganku. Dia sedang—"

Mata Taehyung melebar. Ia tidak salah dengar kan? "APA? Tu-tunangan?" Tanpa sengaja ia berteriak, menjadikan mereka pusat perhatian dari orang yang berlalu lalang di loby rumah sakit.

Minhwa memgungkukkan badannya meminta maaf. Beberapa dokter yang lewat melayangkan tatapan 'Ada apa?' kepadanya, gadis itu bergumam "Jeosonghamnida" berulang kali.

Tiba-tiba Taehyung teringat dengan pria yang digandeng Minhwa semalam. "Uh, apa dia pria yang menjemput dokter semalam?"

"Bagaimana kau bisa tahu? Jangan-jangan kau mengikutiku ya?" tanya Minhwa menyelidik.




Mampus—batin Taehyung.





Taehyung gelagapan "Oh, i-itu aku tidak sengaja melihat kalian"

Minhwa masih menatap Taehyung dengan selidik sampai seorang dokter menegur Minhwa untuk lekas bekerja. "Geurae, pastikan Eunra untuk banyak makan buah dan sayur ya"

Setelah Minhwa pamit, Taehyung pergi untuk membeli sarapan. Eunra ditemani oleh neneknya, jadi ia bisa sedikit bersantai. Pikirannya dipenuhi percakapannya barusan dengan Minhwa.


Tunangan, ya?
















Jemari kurus itu bergerak dengan cepat di permukaan layar ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia patah hati, putus asa—mungkin? Ia memang lemah dalam urusan cinta. Maka ia selalu curhat sekaligus meminta saran dari kakak sepupunya.

"Yeoboseyo, hyung. Bisa kita bertemu siang ini?"

"Maaf Tae, aku ada janji dengan orang lain siang ini. Mungkin bisa sampai malam"

"Aish, selalu saja begitu!"

"Hei—kau sudah mempunyai anak satu. Jangan merajuk! Besok jam 1 siang di cafe dekat rumah sakit tempatku bekerja"

"Arraseo"



Taehyung mendengus, hyung-nya tidak bisa membantunya kali ini. Besok itu lama. Ia jadi tidak nafsu makan. Namun ia teringat dengan ibunya yang sedang menjaga Eunra, mau tidak mau ia harus membeli sarapan dan kembali ke rumah sakit.

Setelah membeli sarapan untuk ibunya, Taehyung menyempatkan diri membeli satu cup americano dan waffle. Ia tidak nafsu makan tapi bagaimanapun ia harus sarapan jika tidak ingin lemas saat bekerja nanti.

Pria itu duduk di dekat jendela cafe. Hari ini turun hujan gerimis, ia bisa melihat titik-titik air hujan di permukaan mobilnya yang terparkir di seberang jalan.

Jika mengingat kejadian pagi ini, moodnya menurun drastis. Benar-benar awal yang buruk untuk memulai hari. Taehyung meminum americano-nya, menyesap rasa pahit kopi yang menyapa indera perasanya. Setidaknya kopi ini tidak lebih pahit dari kejadian pagi ini—pikirnya.

Ia mendongak saat menyadari kursi di depannya diduduki orang. "Jim? Woah, apa kabar?"

Orang di depannya tersenyum hingga kedua matanya menjadi garis melengkung "Baik, tentu saja. Kurasa kau sedang tidak baik"

Taehyung menggaruk tengkuknya "Yeah, kurasa aku sedang patah hati" 

Pria bernama Jimin itu tertawa dan mencondongkan tubuhnya "Wow, siapa gerangan yang berhasil mencuri hati pengusaha tampan asal Daegu ini?"

Taehyung berdecak. Temannya yang satu ini memang tidak berubah. "Hentikan, kau membuatku malu. Kau tidak akan percaya—dia dokter yang merawat Eunra"

Jimin menopang dagu, nampaknya mulai merasa tertarik "Berapa umurnya?"

"Well, aku tidak tahu. Tapi dia masih muda, mungkin awal dua puluhan?"

Jimin membuka mulutnya lebar "Whoa, aku tidak tahu ternyata seleramu boleh juga, Kim. Apa dia cantik?"


Taehyung memutar bola matanya malas. Sahabatnya yang satu ini dulu terkenal playboy saat di sekolah "Ya, sangat. Aku bahkan jatuh pada pandagan pertama"

"Lalu apa masalahnya? Kau ini tampan—kaya lagi, wanita akan berbaris mencalonkan diri sebagai istrimu"

"Dia sudah bertunangan"

Seseorang tolong ingatkan Jimin bagaimana caranya berhenti tertawa. Jadi ini alasan kenapa teman seperjuangannya ini patah hati. Sebenarnya ia turut prihatin dengan nasib Taehyung. Tapi ini juga lucu!

"Kau tidak membantuku dengan hanya tertawa" sinis Taehyung. Jimin menyeka sudut matanya yang berair dan berdeham.

"Bertunangan ya? Selama mereka belum mengucap sumpah pernikahan, tidak ada yang tidak mungkin, Tae. Kau saja tidak tahu berapa usianya. Aku yakin kau juga tidak tahu latar belakangnya"

Taehyung mengangguk lesu. Ia memang tidak mengetahui apapun tentang Minhwa kecuali pekerjaan dan asalnya. Apa ia juga harus mencantumkan status gadis itu?





TBC



Wythe

Sapphire ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang