1 :: Kesan pertama

87 7 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berdering 15 menit yang lalu. Tapi gadis berkuncir kuda itu masih diam ditempatnya.

Elvira Margareta,atau Rara itu adalah gadis yang tidak pernah tersentuh. Bahkan untuk bersalaman saja ia enggan meskipun itu dengan gurunya.

Rara adalah anak dari salah satu pemilik saham sekolahnya. Tapi ia tak pernah peduli dengan itu. Sifat ansosnya membuat Rara tidak memiliki teman.

Sebenarnya ia memiliki banyak teman,tapi itu dulu. Saat semuanya masih 'baik-baik saja'.

Rara menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan ingatan tentang masa lalunya. Ia menatap jam tangan hitam yang melingkar cantik di pergelangan kirinya.

15.35

Helaan nafasnya terdengar berat. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Lorong koridor bahkan sudah sepi. Saat ia melewati aula basket indoor,tanpa ia sadari mereka semua yang sedang berlatih memusatkan pandangan pada dirinya.

Entah mengapa Rara merasa diperhatikan. Ia menoleh dan mendapati seluruh laki-laki yang ada di aula sedang menatapnya.

Gadis itu melayangkan tatapan tajam dan dinginnya. Membuat mereka segera memalingkan wajah. Tapi tidak dengan satu laki-laki yang memegang bola basket di tangan kanannya.

Rara tak memedulikan laki-laki itu. Ia kembali melangkahkan kakinya. Tapi langkahnya terhenti saat merasakan pergelangan kanannya ditarik.

Segera saja Rara menghentakkan tangan itu dengan kuat. Membalikkan badannya dan menatap sosok tinggi tegap dihadapannya dengan tak suka.

"Lo Elvira kan?"

Rara menatap laki-laki dihadapannya dengan kesal. Ia sudah berbalik saat dengan tiba tiba tangannya ditarik denga begitu kuat hingga tubuhnya membentur dada bidang laki-laki itu yang tak lain adalah Nathan.

Mereka yang melihat keduanya terbelalak tak percaya. Sedangkan Rara,ia terlalu terkejut dengan apa yang barusan laki-laki itu lakukan padanya.

Segera saja Rara menjauhkan tubuhnya. Menatap dengan sangat tajam Nathan yang kini bersedekap dada.

"Lo gak bisa ya nunjukkin ekspresi selain itu."celetuk Nathan.

Rara sudah benar-benar kesal.

"Gak ada hubungannya sama lo."desisnya tajam.

Ia beranjak dari tempatnya,lalu keluar dari area SMA Dirgantara dengan rasa kesal yang meluap.

Kaki jenjang beralaskan sepatu converse hitam-putih itu melangkah melewati trotoar jalanan. Seragamnya sudah terbalut jaket hitam kesayangannya.

Ia meraih earphone,lalu menyumpalnya di telinga. Memutar lagu favoritnya,Alone-Alan Walker  dengan keras.

Tujuannya adalah rumah milik kakeknya yang terletak tak jauh dari sekolah. Rumah megah bertingkat 2 itu terlihat begitu mencolok diantara rumah-rumah lain karena terdapat gerbang yang tinggi dan kokoh.

Jari telunjuknya menekan bel dua kali. Lalu tak lama kemudian gerbang itu dibuka dan nampaklah seorang security yang memiliki kumis tipis diwajahnya.

"Eh,silahkan masuk,non."

Rara hanya diam dan melenggang masuk ke dalam rumah. Begitu melewati ruang tengah,suara yang berat dan terdengar serak menahannya.

"Kenapa baru pulang,Ra?"itu kakeknya. Kakek kesayangannya.

Rara membalik tubuhnya."Tadi ada urusan bentar di sekolah,kek."

Kakeknya tersenyum. Membuat Rara menarik bibirnya. Bahkan jika orang tidak teliti pasti tidak akan bisa melihat senyum Rara karena begitu tipiiiiiis sekali.

"Ya udah,Rara mau ke kamar dulu,kek."pamitnya lalu segera menaiki anak tangga. Dan menghilang dibalik pintu berwarna hitam pekat itu.

***

Sedangkan di tsmpat lain,Nathan dan yang lainnya sedang ngobrol di salah satu cafe setelah sepulang latihan basket tadi.

"Gila lo,Nat. Gue yakin,besok si Rara gak bakal tinggal diem."ujar Rano.

"Iya,gue setuju. Tu cewek kan terkenal gak tersentuh,nah sedangkan lo tadi malah buat dia meluk lo."imbuh Aldo.

Dicko menyeruput capuccinno  miliknya dengan santai. Lalu ikut nimbrung dengan yang lain.

"Tapi kan Rara gak pernah ngomong kalo gak penting atau kepepet banget. Mana mungkin dia mau ngomong atau ngamuk sama Nathan kalo kayak gitu."jelas Dicko.

Aldo menjentikkan jarinya."Iya,ya. Gue juga baru inget."

Nathan masih memainkan ponselnya saat tiba-tiba sebuah foto menarik pandangannya. Di sana tidak tertera nama asli pemilik akun Instagram itu.

26_BlckBlue13

Tapi disana banyak sekali foto-foto gadis itu. Elvira.

"Eh,ini akunnya Rara bukan sih?"tanya Nathan dengan tiba-tiba.

Rano dan yang lainnya menoleh. Lalu menatap layar ponsel yang disodorkan pada mereka itu.

"Kok lo bisa nemu akun dia? Gimana caranya?"bingung Rano.

Kini ganti Nathan yang bingung."Emang kenapa?"

"Tu cewek gak pernah ngasih tau akun Instagram nya plus id Line nya ke sembarang orang. Dan katanya sih,yang tau itu cuma beberapa doang."sambung Dicko.

"Lo nemu dimana,Nat?"tanya Aldo.

"Di akunnya Oca,sepupu gue."balas Nathan enteng.

Mereka berpandangan untuk sejenak.

"Oca? Mungkin dia kenal sama Rara atau deket gitu sama dia."imbuh Aldo.

"Kalo Oca pernah deket sama Rara,berarti dia juga tau dong tentang Rara!"celetuk Dicko.

"Kayaknya,kita harus cari tau tentang Rara itu dari Oca sepupu lo,Nat."ujar Rano menambahkan.

Nathan mengangguk setuju."Besok pas weekend gue coba main ke rumah di--"

"Permisi,mbak. Saya pesen cheese cake  ukuran biasa 1."suara itu seperti familier diantara mereka berempat.

Yang membedakan,kali ini terdengar sedikit.....lembut.

"Eh...I-itu Rara kan?!"bisik Aldo saat menolehkan kepalanya.

Mereka bertiga sontak saja ikut menolehkan kepala. Dan benar saja. Rara dengan celana pendek gelap dan sweater biru muda,sedang duduk di meja paling depan. Berkutat dengan ponselnya.

The Diary of ElviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang