3 :: Sesuatu Yang Baru

73 7 0
                                    

"Makasih karena udah buat gue jadi lebih percaya diri. Karena lo,gue merasa apa arti teman yang sebenarnya."---Dilla Variska

***

Rara masih duduk di sofa yang disediakan oleh Salon. Jangan kira Rara ingin melakukan hal-hal seperti gadis kebanyakan. Ia hanya ingin mengubah penampilan Dilla.

Tak perduli tabungannya akan berkurang. Toh ia selalu di beri kiriman uang setiap bulan oleh kakek tersayangnya yang begitu berlimpah harta.

"Mbaknya gak mau di smoothing juga? Mumpung masih promo mbak."tawar salah satu pegawai salon itu.

Rara hanya tersenyum tipis. Rambutnya sudah lurus sejak lahir. Hanya akan membuang jika ia menerima tawaran pegawai tadi.

"Atau mau diwarna mbak? Soalnya rambutnya mbak--"

"Panggil gue Rara aja. Umur kita gak beda jauh."potong Rara cepat. Membuat pegawai itu tersenyum kikuk.

"Ah,eh. Maksud saya,mbak Rara juga bisa warnain rambut. Soalnya rambutnya mbak Rara bagus banget kalo diwarna agak pirang. Saya yakin mbak."bujuk pegawai itu lagi tanpa rasa lelah.

Gadis itu menghela nafasnya. Lalu bangkit dari duduknya. Membuat pegawai itu tersenyum senang karena rayuannya berhasil.

"Mari,mbak."

45 menit kemudian...

Gadis yang memiliki mata bulat tapi tajam itu menatap pantulannya di cermin. Rambutnya kini sudah berganti warna.

"Lo..cantik,Ra."ujar Dilla tiba-tiba.

Rara menoleh. Tersenyum tipis melihat penampilan Dilla yang sudah berubah drastis.

"Lo juga cantik kok. Malah gue rasa,lo lebih cantik dari gue."balas Rara.

Dilla kini tampil sangat berbeda dari sebelumnya. Wajahnya nampak lebih sehat karena diberi krim wajah. Bibir tipisnya diberi lipgloss  yang berwarna pink cerah.

Rambutnya tertata rapi dengan poni didahinya. Make up yang tidak terlalu mencolok menambah kesan cantik dan imut diwajahnya.

Rara ingin tersenyum senang tapi sengaja ia sembunyikan. Alisnya tertaut saat menatap pakaian Dilla yang begitu polos dan juga nampak terkesan culun.

"Kita ke mall sekarang atau makan dulu?"tawar Rara.

Dilla tersenyum tipis."Terserah lo aja."

"Kalo terserah,gue ceburin ke sumur mau lo?"balas Rara dengan tampang tak berdosa.

Dilla terbelalak mendengarnya."Ya nggak mau lah! Masa iya lo tega ceburin gue ke sumur?"protesnya.

Rara terkekeh mendengarnya."Yaudah,kita ke mall dulu aja."

Begitu Rara selesai membayar seluruhnya,ia segera melenggang pergi keluar dari tempat itu diikuti Dilla dibelakangnya.

Dilla meraih helm berwarna hitam yang disodorkan Rara. Sedangkan Rara,sudah setia diatas motor besarnya yang juga berwarna hitam. Helmnya sudah bertengger manis dikepala gadis itu.

"Udah!"seru Dilla seraya memegang pinggang jaket yang Rara kenakan.

"Berasa punya pacar gue."kekeh Rara yang membuat Dilla tersenyum malu lalu menyenggol punggungnya.

Motor besar itu melaju kencang menuju ke pusat perbelanjaan yang cukup terkenal. Karena Rara mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata,tak butuh waktu lama untuk sampai disana.

Saat berada di parkiran mall,semua pasang mata menatap Rara dan Dilla lekat. Seperti couple goals  saja,pikir mereka.

Begitu Dilla turun,Rara melepas helmnya dan sontak saja itu membuat mereka yang ada disana terbelalak tak percaya.

The Diary of ElviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang