4 :: NaRa

70 6 0
                                    

Rara mengacuhkan segala kasak-kusuk tentangnya dan juga Dilla,sahabat barunya.

Kaki jenjangnya terus melangkah menuju kelas Dilla. Begitu sampai disana,pandangan tajam ia layangkan untuk seluruh yang ada disana.

"Jangan ganggu Dilla. Perlakukan dia seperti teman kalian. Kalo sampe gue tau ada yang ngelanggar ucapan gue,jangan harap lo balik selamat hari itu juga."desis Rara penuh emosi.

Mereka menyanggupi ucapan Rara. Memperlakukan Dilla layaknya teman. Bukan seorang pembokat.

"Gue cabut dulu. Kalo ada apa-apa lo telfon gue."pamit Rara pada Dilla.

Tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya,ia sudah melenggang pergi dari sana. Menuju tempatnya untuk berhibernasi.

Dimana lagi kalau bukan rooftop.

Rara menelungkupkan kepalanya dikedua tangan.Untung saja ada beberapa bangku dan meja disana. Jadi masih bisa mendukung untuk dijadikan tempat pelarian Rara saat bolos pelajaran.

Matanya sudah benar-benar terpejam beberapa menit kemudian. Dan saat itu pula seorang laki-laki yang tak lain adalah Nathan menghampiri gadis yang kini sudah damai dialam mimpinya.

Nathan menyetarakan wajahnya dengan Rara. Menatap lekat setiap inci wajah gadis yang berhasil merebut hatinya itu.

"Yang nyenyak ya."lirih Nathan seraya mengusap lembut puncak kepala Rara.

Tak ada penolakan seperti biasanya.

Tak ada makian dan umpatan seperti yang selalu Rara ungkapkan.

Hanya ada suara desiran halus dari nafas Rara. Itu semua membuat Nathan menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

"Gue akan selalu jaga dan sayang sama lo."ucap Nathan untuk terakhir kalinya.

Lalu bangkit dan meninggalkan Rara yang masih terlelap.

***

Elvira POV

"Gue akan selalu jaga dan sayang sama lo."

Dan yang aku dengar setelahnya hanyalah suara langkah kaki yang menjauh. Lalu suara pintu yang terbuka dan tertutup.

Perlahan aku mengangkat kepalaku. Entah mengapa aku terbangun dari tidurku dengan tiba-tiba.

Dan sederet kalimat yang kudengar tadi,siapa yang mengatakannya?

Mengapa juga ia mengatakan kalau ingin menjagaku?

Memangnya apa yang akan terjadi padaku?

"Arghh!!"aku memukul kepalaku keras.

Mengikat rambutku yang kini berwarna agak pirang. Lalu menyandang tas milikku dan meninggalkan rooftop.

Untung saja masih pelajaran. Jadi tidak akan ada yang menggangguku kali ini.

Langkahku terus saja berlanjut hingga mataku melihat seorang laki-laki dengan tubuh tinggi tegap sedang berlarian di lapangan bersama 3 temannya.

"Bu Dewi kan cantik. Masa gak tega sih sama Nathan? Ini Nathan udah capek loh,bu. Nih liat,udah keringetan."

Aku mendengar perkataan Nathan dengan jelas. Tentu saja,karena laki-laki itu berteriak dengan cukup kencang.

"Eh,Nat. Tuh cewek lo dateng."celetuk Aldo.

Bu Dewi mengernyit. Lalu membalik badannya dan kalian sudah tau apa reaksinya.

"ELVIRAAA!!KAMU BOLOS LAGI?!!"

Aku hanya memutar mataku kesal. Guru itu memang cukup untuk dibilang alay.

The Diary of ElviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang