9 :: What Do You Mean?

65 2 0
                                    

"Jangankan bulan,bintang aja kalah cantik sama lo."---Alvan Pradista.

"Gue suka sama lo. Tapi gue tau,sayang lo bukan buat gue."---Nathan Radeva.

"Semua gak akan bisa berjalan tanpa adanya usaha. Kayak cinta yang gak akan bisa tumbuh tanpa adanya benih. Dan benih cinta di hati gue itu lo."---Bastian Juanova.

***

Ada yang kangen Nathan gak?
Chapter ini ada bagian Bang Nathan kok.

Happy reading!!

Dont forget vote yahh

***

"RARA!!!!"

Jangan tanyakan siapa pemilik suara cempreng itu. Sudah pasti Dilla pemiliknya.

Dengan kaki jenjang terbalut sepatu converse high berwarna biru laut,ia berlari kecil mendekati Rara yang telah meninggalkannya di parkiran.

"Kenapa gue ditinggal sih?!"gerutu Dilla.

"Bawel lo ah. Diem aja napa."balas Rara acuh.

Dilla manyun mendengarnya. Tiba-tiba saja seseorang menabrak keduanya dari belakang.

"Gak punya mata ya lo?!"umpat Rara.

Begitu menoleh,sebuah cengiran kaget nampak diwajah Aldo.

"Gue di dorong,Ra. Sumpah! Yang dorong gue itu tuh!"tuduh Aldo seraya menunjuk Dicky.

"Apaan?! Yang ada si Rano tuh!"balas Dicky.

Rano terbelalak."Kok gue? Yang berbuat kan si Nathan. Kenapa jadi gue yang tanggung jawab?"

Nathan memasang wajah tak berdosanya.

"Gak sengaja,Ra."

Rara menyipitkan matanya."Dasar hama!"

Mereka terbelalak. Terlebih lagi Nathan. Berbanding terbalik dengan Dilla yang sudah tertawa.

"Eh,bocah diem lo!"kesal Nathan.

Dilla menahan tawanya seraya menunjukkan 2 jarinya.

"Peace,kak."

Nathan mendengus geli. Lalu beralih pada Rara.

"Eh! Kok malah ninggalin gue sih?!"sungut Nathan saat mendapati Rara sudah berada agak jauh dari mereka.

Dilla yang menyadarinya segera mengejar Rara. Lalu kembali menempel pada lengan sahabatnya itu.

"Diem atau gue tinggal lagi."

Dilla mengangguk setuju."Siap boss!"

***

Bastian menatap gadis yang kini sedang beradu argumen dengan Bu Dewi di tepi lapangan. Ada seorang temannya juga.

Senyumnya mengembang saat melihat guru paruh baya itu menarik urat lehernya karena menghadapi 2 siswi menjengkelkan sekaligus.

"Lari 30 putaran!"

Dill melebarkan matanya.

"Saoloh,bu. Entar saya jadi kerempeng kaya lidi loh,bu. Kalo orang tua saya pangling gimana? Masa saya yang udah kayak Ariana Grande itu disuruh lari 30 putaran? Capek,bu."cerocos Dilla.

The Diary of ElviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang