7 :: Perasaan

46 3 0
                                    

Rara melepas helm baru miliknya. Menatap rumah elite dihadapannya dengan ragu. Ia berjalan mendekati seorang satpam yang ada di sana.

"Pak saya mau tanya,ini bener rumah Blok A-13?"

Satpam itu mengangguk sopan."Ada apa,non?"

Rara segera menyerahkan paper bag yang berisi sebuah kotak didalamnya pada Satpam.

"Saya cucu dari Pak Dirka Widiaksana,ada titipan dari beliau."ujar Rara.

Satpam itu tersenyum kaget. Lalu membuka gerbang yang tinggi dan kokoh di belakangnya.

"Silahkan masuk,non. Temui saja tuan muda di dalam."

Rara kembali ke motornya. Menyalakannya,lalu membawanya masuk ke pekarangan rumah elite itu.

"Makasih,pak."ujar Rara sopan.

Begitu diangguki oleh si Satpam,Rara menaiki tangga yang ada di pintu utama. Menekan bel sekali.

Tak butuh waktu lama,pintu berwarna putih itu terbuka. Menampakkan seorang asisten rumah tangga yang tersenyum padanya.

"Iya,cari siapa,non?"

"Saya cucu dari Pak Dirka Widiaksana,ada titipan dari beliau."ujar Rara seraya menunjukkan paper bag miliknya.

Asisten rumah tangga itu seperti terkejut. Lalu mempersilahkan Rara agar duduk terlebih dulu di sofa ruang tamu.

"Saya panggilkan tuan muda dulu,non. Permisi."

Rara hanya diam menatap punggung wanita itu yang kian menjauh.

"Ck. Gue kira bentaran doang. Ternyata lama banget. Tau gitu gue ajak si cowok cantik aja."gerutu Rara seraya mengingat Alvan,sahabat kecilnya itu.

"Ekhm."

Rara spontan menoleh."Eh!"

Alisnya tertaut menjadi satu. Seorang laki-laki yang mungkin berbeda beberapa tahun diatasnya kini berdiri tegap di depannya.

"Nih,ada titipan dari kakek gue."ujar Rara dingin.

Laki-laki itu menerima paper bag Rara dengan datar.

"Gue balik dulu."

Saat Rara baru membalikkan tubuhnya,laki-laki itu menahan pergelangan kanannya. Dengan cepat ia menghentakkan tangan itu.

"Gak usah pegang-pegang. Gue benci sama orang yang suka pegang-pegang tanpa ijin gue."cetus Rara diiringi tatapannya yang menajam.

Laki-laki itu hanya mengedikkan bahunya."Gue cuma mau tau nama lo."

Ia mengulurkan tangan kanannya pada Rara."Gue Bastian."

Gadis berkuncir kuda itu hanya menatap tangan laki-laki bernama Bastian dengan dingin.

"Gue gak tanya."

Tanpa ingin berkata apapun lagi,Rara melangkah pergi dari sana. Tentunya diikuti Bastian dibelakangnya.

Senyum miringnya nampak saat Rara mengendarai motor besar keluar dari area pekarangan miliknya.

"Menarik. Gue suka gaya tuh cewek. Liat aja,gue yakin lo bakal jadi milik gue."gumam Bastian disambut senyum evilnya.

***

Dilla masih saja terus mengoceh. Bahas sana-sini bersama 2 teman barunya.

Ia terus saja melanjutkan ngobrolnya tanpa merasa bersalah karena membuat Rara menutup kedua telinganya rapat-rapat.

"Kalian tau kak Bastian? Yang katanya ketua club bela diri itu? Kemarin dia nyapa gue tau!!"cerocos Dilla dengan senyum berbinar.

The Diary of ElviraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang