_
_Kudet ||
Kara sudah siap dengan jilbab, khimar, dan kaos kaki. Kostum lengkapnya saat akan ke tempat umum. Yup, malam ini Kara ingin turun ke restaurant Oceanost. Dia ingin melihat bagaimana ayahnya beraksi di dapur.
Sesiangan ini Kara sibuk mengerjakan tugas yang Rindu infokan via chat WhatsApp. Beruntung Rindu mau berbaik hati menginformasikan ada tugas apa saja selama Kara absen. Dan beruntung pula, tugas kali ini bisa Kara dapatkan bahan-bahannya hanya dengan seluncur di dunia maya.
Semua selesai hanya tinggal di-print. Saat sudah berjalan mendekati pintu, Kara berbalik menuju kamarnya. Ada yang tertinggal, Kara lupa membawa ponselnya. Saat ponsel sudah di tangan, dengan bersemangat Kara melangkah menuju pintu.
Tepat ketika pintu terbuka sedikit, Kara terkejut mendapati seseorang di tangga. Jarak pintu yang hanya beberapa meter saja dari tangga, memungkinkan Kara melihat dengan jelas siapa seseorang itu. Sekalipun sedang menunduk tapi Kara kenal betul siapa dia. Dosen yang juga pemilik restaurant tempat ayahnya bekerja itu terlihat serius menekuri ponselnya. Dengan segera Kara menutup pintu. Kara tak ingin terlihat.
Kemarin malam Kara segera mengkonfirmasi siapa pemilik Oceanost pada Hide. Benar saja, pemiliknya adalah dosen mata kuliah Oceanography di kampusnya. Bapak Anva Oceano Setha. Hufft.
Duh, kenapa jadi kucing-kucingan gini sih. Tapi kalau Kara bertemu pun pasti diusir. Dan Kara kenapa jadi merasa berdosa karena numpang hidup pada orang yang tidak menyukainya. Ah, pusing, Kara jadi tidak bernafsu untuk turun ke lantai satu Oceanost.
Kara yang sudah rapi memilih keluar menuju balkon. Pemandangan belakang Oceanost kini lebih menarik perhatiannya. Bagian belakang Oceanost hanya diterangi lampu taman. Pohon besar dengan bunga kecil-kecil pun hanya terlihat siluetnya saja. Ponselnya menyala, ada panggilan masuk. Kara tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar.
"Halo, Assalamu'alaikum, Rind."
"Wa'alaikumussalam, Kanaa, kapan masuk kuliah?"
Kara tertawa kecil, apa waktu menenangkan dirinya selama seminggu terlalu lama?
"Kubilang kan minggu depan Rin."
"Kamu sih enak, nggak masuk tapi tugas tetep disetor."
"Iya, Rind. Kan aku punya sahabat baik hati yang tak absen ngasi info." Kara tersenyum lebar, kini sikunya bertopang pada pembatas balkon.
"Tapi aku kangen, Kana. Kamu ada di mana sih?"
Memang sudah hampir seminggu sejak Rey menculiknya, Kara tidak masuk kuliah. Tidak ada yang tahu keberadaannya di Oceanost. Kara ingin menghilang sementara dari Rey.
"Aku ... di tempat ayah kandungku, Rind."
"Beneran? Kok bisa?"
"Panjang ceritanya, nanti aku ceritain deh." Kara menghela napas. Selama ini dia memang cukup tertutup perihal kehidupan pribadinya.
"Nggak bisa ditunda, hari minggu aku ke tempatmu yaa."
"Iyaa."
YOU ARE READING
UKARA (Tamat)
General FictionFirst publish May 6, 2017 Bagi Hideaki, embun itu istimewa. Bagi Ano, biasa saja. Bagi Hideaki, Ukara itu kesayangan. Bagi Ano biasa saja. Sampai Ano menyesali semuanya. Sudah terlambatkah? Background credit to freepik