Illah Pov"Ka..mu"! Ucapku terbata saat melihat dia berdiri di depanku.
Air mataku mengalir dengan mulus di pipiku. Aku tak tau Apa yang aku rasakan sekarang,sakit,sesak,marah,dan kecewa bercampur jadi satu." Hai" sapa laki-laki di depanku
" Ada perlu apa kamu disini ?" Tanyaku . Jujur Aku terlalu sakit hanya melihat wajahnya saja.
Bukanya menjawab pertanyaanku dia hanya tersenyum. Dulu senyumnya adalah canduku tapi sekarang senyumnya adalah bentuk ejekan untuk diriku.
Setelah lama terdiam akhirnya dia mengeluarkan suara
" bisa bicara sebentar ?, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan " katanya lagiMunawwar Athala , seorang yang dulu sangat berarti untukku. Sahabat yang selalu menjadi sandaranku dulu. Dia slalu ada saat aku butuh , numun setelah kepergian Bunda, ia juga menghilang tanpa jejak dan sekarang dia berdiri di depanku dengan senyuman yang tdak pernah lepas dari wajah tampannya, seoalah dia tidak pernah melakukan kesalahan. Aku benci dia ,melihat wajahnya mengingatkan aku di masa dimana aku begitu hancur karena di tinggal bunda dan dirinya , masa di mana Ayah membawah wanita simpanannya, siksaan yang Ayah berikan dan perlakuan Dari simpanan Ayah .
"Fa.."
"Tif"
"ATIFHA FAZILLAH SYAHREZA ""Ehh, apa yang kamu lakukan bodoh, ini rumah sakit bukan hutan " ucapku sewot saat mendengar teriakannya dan membuyarkan lamunanku
" giman gak teriak, kamu di panggil dari tadi gak nyahut ,malah asik bengong kaya monyet lapar " sahut Nawwar sambil memutar bola matanya karena jengkel .
"Maaf saya tidak ada waktu untuk manusia seperti anda, permisi!" Kataku dengan wajah datar dan dingin, kuhapus air mataku dengan kasar dan berjalan melewatinya. Aku harus cepat pulang , aku gak mau saat Mas Putra menjemputku aku belum siap.
Aku terus berjalan , setelah sampai di depan mobil aku melihat seseorang pemuda yang mirip dengan kavin di seberang jalan . Karena penasaran aku memanggil namanya."KAVIN" teriakku memanggilnya, namun tidak ada sahutan darinya. Karena panggilan-panggilan berikutnya responnya pun sama akhirnya aku memutuskan untuk pergi .
.........
Setibahnya Illah di rumah , Ia langsung menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Setelah 30 menit lamanya , akhirnya Illah sudah cantik dengan dress biru toska tanpa lengan yang sangat cocok dengan kulitnya, penampilannya malam ini sangat cantik.
Jam sudah menunjukan pukul 7 lewat, namun belum terlihat sosok Putra untuk menjemput Illah. Illah dari tadi tidak lepas dari hpnya , sudah 3 kali panggilan yang ia lakukan namun tidak ada respon sama sekali .
" angkat dong mas, kamu di mana sih. Jangan buat aku khawatir."
Kavin yang baru pulang ,bingung melihat wajah kakaknya yang begitu panik . Ia terus melihat kakaknya namun wajah yang di tunjukkan oleh kakaknya dari tadi tidak berubah , penuh dengan kekhawatiran . Karena tidak puas dengan hanya melihat akhirnya Kavin memberanikan diri untuk bertanya.
" Loe kenapa kak?" Tanya kavin yang sudah berdiri di depan Illah
" Hah! , gue gak kenapa-kenapa kok. " jawab Illah yang sedikit terkejut dengan kehadiran Kavin
"Kalau loe gak apa-apa , kenapa muka loe panik gitu." Tanya Kavin lagi yang merasa bahwa kakaknya menyembunyikan sesuatu.
"Mending loe pergi, gue muak lihat muka loe, dan satu lagi gak usah sok peduli sama gue ." Jawab Illah jengkel dengan kehadiran Adik tirinya dan di tambah dengan Putra yang tidak ada kabar . Putra sudah berjanji akan menjemputnya Jam 7 tapi sudah pukul 8 lewat , Putra juga tidak ada kabar. Biasanya Putra tidak perna terlambat selalu on time.
Hati Kavin sakit, walau sudah sering di usir oleh kakaknya dan sudah sering juga mendengar kata-kata kasar dari mulut sang kakak, tapi rasanya tetap sakit. Segituh bencinya kah sang kakak terhadapnya. Ia begitu menyayagi sang kakak namun sang kakak tidak pernah bisa menyayanginya.
Akhirnya Kavin pergi menaiki tangga menuju kamarnya. Sebelum sang kakak mengeluarkan kata-kata kasarnya lagi. Jujur Kavin tidak suka dengan kalimat kasar yang di ucapkan oleh sang kakak.
..........
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka (END)
ChickLitMengisahkan kehidupan dokter cantik yang di tinggal sang ibu dan hidup bersama keluarga tiri yang dimana membuat keceriaan sang dokter hilang seketika