10

3.6K 137 1
                                    

Autor Pov
 
Setelah kepergian Kavin, Illah kembali menangis. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa sang Ayah tega melakukan perbuatan keji itu. Illah akui bahwa dirinya sangat membenci sang Ayah namun tidak perna terlintas dipikirannya bahwa Ayahnya adalah pembunuh ibu kandungnya sendiri. Sepanjang malam Illah hanya menangis dan menangis. Malam semakin larut namun mata Illah belum mau untuk terpejam.

Waktu menunjukan 12.12 tengah malam. Seorang wanita terus memandang lurus kedepan kearah balkon kamarnya dan air matanya pun terus mengalir tanpa henti. Hatinya benar-benar hancur saat ini. Bunyi deringan smartphon membuyarkan lamunan dari wanita itu. Awalnya wanita itu tak menghiraukan smartphonnya namun saat melihat nama yang tertera di layar kaca smartphonnya akhirnya ia pun menjawab panggilan tersebut.

"Hal..". Belum selesai ia mengucapkan kata hallo, si penelpon sudah memotong ucapannya.

"Loe gak apa-apakan disitu. Aduuu tadi gue mimpi buruk tentang elo. Gue mimpi loe lagi jatuh kejurang dan gue gak bisa nolongin loe".potong sipenelpon dengan panjang lebar yang diselingi dengan nada khawatir. Suaranya agak sedikit keras karena khawatir dan cemas yang membuat Illah sedikit menjauhkan smartphon dari telinganya.

Illah yang mendengar ucapan dari Sahabatnya Lani meringis sendiri. Ia tidak menyangk bahwa masalah yang ia hadapi bisa membuat ikatan batin antara dirinya dan juga sahabatnya. Sekarang yang dia punya hanya sahabatnya ini dan dia tidak ingin kehilangan sahabatnya.

"Hallo.hallo. Ill, loe masi disitukan?. Masi idupkan loe?. Wooooeeee Illlllllaaaa!". Teriak Lani dari seberang . Lani jadi kesal sendiri dari tadi ia mengoceh panjang lebar namun tak ada sahutan dari Illah. Dalam pikirannya Illah pasti jatuh tidur.menyebalkan batinnya.

Mendengar teriakan super maut dari Lani membuat Illah kembali kealam nyata. Ingin rasanya ia menjitak sahabatnya Itu.

" ngomong pelankan bisa?, gak usah toa juga kali loe". Kata Illah dengan nada jengkel.suaranyapun serak karena habis menangis semalaman.

"Suara loe kenapa?.jangan bilang loe habis nangis. Jelaskan kepada gue loe kanapa?, siapa yang udah bikin loe nangis?, apa si putra brengsek itu atau Munawwar. JELASKAN ?". Tanya Lani karena mendengar suara Illah yang serak dengan menekan kata Jelaskan di akhir pertanyaannya. Dalam hati ia meyakini bahwa sahabatnya pasti lagi menangis. Rasa khawatirpun kembali muncul dalam dirinya. Ia takut sahabatnya kenapa-kenapa.

Mod Illah lagi tidak bagus untuk bercerita dan ia pun dalam keadaan yang tidak baik-baik untuk berbagi kisahnya. Ia pun belum sanggup untuk bercerita.

"Hmmm, maaf gue belum bisa cerita ke elo sekarang. Gue masi butuh waktu dan gue harap loe bisa ngertiin gue. Maaf bukannya gue gak mau berbagi tapi gue benar-benar belum bisa cerita ke elo, tolong jangan marah dan untuk menenangkan pikiran dan hati gue, gue akan ambil cuti selama sebulan dan kebetulan tadi gue juga udah telpon minta izin di dokter kepala bahwa besok gue ada sedikit urusan lalu Surat cuti gue lusa baru gue kirim ke dokter kepala. Pleas, gue mohon bangat  jangan maksa gue buat cerita sekarang ya?. Suatu hari kalau gue udah siap buat cerita gue akan cerita ke elo,  tapi gak sekarang Lan". Kata Illah dengan sedikit permohonan agar sahabatnya gak memaksa buat ia cerita. Dia tau Lani pasti kecewa terhadap dirinya, namun apa boleh buat?, dia belum siap untuk bercerita, rasanya seperti mimpi tentang apa yang barusan saja ia ketahui. Setelah mengucapkan kata maaf Illah pun mengakhiri sambungan telponnya. Ia pun berjalan memasuki kamarnya dan bersiap-siap untuk memejamkan matanya. Ia berharap setelah bangun besok pagi semua kejadian hari ini hanyalah mimpi.

Keesokan pagi, ketika Illah membuka matanya. Hal pertama yang ia rasakan adalah sesak. Ternyata kejadian tadi malam bukan hanya mimpi. Tanpa di sadarinya air matanya pun kembali membasuhi pipinya. Dalam hati ia berkata apa yang dilakukan ibunya atau kesalahan apa yang sudah ibunya lakukan sehingga sang Ayah tega menyakiti dan sampai membunuh ibu kandungnya. Ingin rasanya untuk tidak mempercayai fakta itu namun ia tidak dapat memungkiri kenyataan itu sendiri. Hidupnya sudah berantakan sekarang, tidak ada lagi yang bisa ia percaya. Mengapa masalah seolah enggan untuk meninggalkannya. Ia sudah lelah dengan semuanya. Ingin rasanya untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk berpikir, akhirnya Illah memutuskan bahwa selama sebulan kedepan ia akan mencari tau semuanya. Ia akan mencari tau penyebab dari sang Ayah yang tega membunuh Ibunya. Ia berjanji tidak akan memaafkan Ayahnya dan akan mengirim Ayah dan ibu tirinya kedalam penjara. Ia yakim dan sangat yakin bahwa ibu tirinya terlibat dalam pembunuhan ibundanya. Waktu cutinya tidak akan pernah ia sia-siakan.

"Tunggu saja pembalasan dari ku".gumamnya.

.....................

Terimah kasih buat sahabatku zurniati yang udah membantu menyalurkan idenya dalam cerita ini.

Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang