Kavin pov
Selama 2 bulan terakhit aku melihat ada yang berbeda dari ka Illah, dia terlihat begitu banyak melamun dan murung. Aku tidak tau apa yang sedang di alami kakakku tapi aku yakin masalahnya pasti berhubungan dengan Abang Putra , pacar ka Illah. Sudah 2 bulan ini aku juga tidak pernah melihat Abang Putra mengantar jemput ka Illah. Dari awal aku memang tidak terlalu suka melihat abang Putra, orangnya terlalu genit menurutku. Sudah beberapa kali aku melihat dia sering jalan sama perempuan, saat aku bertanya katanya hanya teman kantor.
Aku ingin menghibur kakakku tapi sayangnya kakakku tidak pernah menganggapku ada. Aku akui memang kehadiranku dan ibu membuat ka Illah tidak nyaman di rumahnya sendiri.
Sudah banyak luka yang ka Illah rasakan, aku tak ingin melihat ka Illah terluka lagi. Sudah cukup Luka yang di berikan oleh keluargaku. aku tak ingin ada yang menyakiti kakak ku lagi.
.......
Illah pov
Seperti biasa makan malam di rumah ini selalu sunyi. Tak ada obrolan atau canda tawa . Hanya ada bunyi sendok dan garpu.
Setelah selesai makan aku berdiri untuk pamit ke kamarku.aku terlalu malas melihat mereka lebih lama lagi di tambah aku lagi gak baik-baik saja.
"Illah!"
Ku hentikan langkahku dan berbalik saat mendengar Ayah memanggilku.
"Iya" jawabku seadanya
"Tolong kamu keruangan keluarga , ada yang ingin Ayah sampaikan!" Ucap Ayah
"Apa yang sebenarnya ingin ayah katakan, gak biasanya Ayah begini " batinku dalam hati
Tak banyak bicara lagi aku langsung berjalan menuju ruang keluarga. Setelah aku duduk di sofa kulihat Ayah dan wanita itu berjalan masuk dan di belakangnya di susul dengan Kavin.
" Gimana pekerjaan kamu?" Tanya Ayah setelah duduk di sofa yang berhadapan denganku.
"Ya begitulah."' Jawabku seadanya. Aku lagi gak mod untuk basa basi dengannya .
"Ayah ingin kamu menikah Tahun ini dengan Anak teman Ayah." Ucap Ayah yang membuat aku langsung memandang sinis terhadapnya.
"Menikah?." Kataku, ingin rasanya aku berteriak di depannya. Dia siapa yang seenaknya menyuruhku menikah dipikir nikah itu gampang.
"Atas dasar apa anda menyuruh saya untuk menikah Tuan?." Tanyaku. Aku memang tidak pernah memanggilnya Ayah semenjang dia membawa wanita lain kerumah ini .
" Kamu itu Sudah 27 tahun dan Aku adalah Ayahmu jadi aku berhak untuk mengatur dirimu termasuk mengatur pernikahanmu." Katanya dengan yakin.
Ku lirik Ayahku dengan tatapan sinis dan Aku meninggalkan ruang keluarga. Aku berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarku. Aku mendengar Ayah memanggil Namaku dengan Marah-marah tapi aku tak peduli.
Sesampainya di kamar aku menagis sejadi-jadinya. Aku tak tau lagi apa yang akan aku hadapi kedepannya. Masalah selalu saja menghampiriku. Aku terlalu capek dengan semua masalah dalam hidupku. Masalah seakan tak bosan untuk menghampiriku. Belum masalah Putra di tambah lagi dengan Nawwar dan sekarang Ayah. Di saat aku lagi meratapi masalah dalam hidupku, aku mendengar alunan lagu dari smartponku tanda ada panggilan masuk. Ku lihat smartponku ternyata Nawwar yang menelfon , Aku lagi malas dan akhirnya kubiarkan saja smartponku tetap di atas naska tanpa menyentuhnya. Ku hapus air mata yang mengalir di pipiku dan berjalan menuju toilet untuk cuci muka.
Saat aku hendak mematikan lampu untuk tidur , aku mendengar ketukan dari pintu kamarku. Karena malas aku membiarkan saja lalu mematikan lampu.
.........
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka (END)
ChickLitMengisahkan kehidupan dokter cantik yang di tinggal sang ibu dan hidup bersama keluarga tiri yang dimana membuat keceriaan sang dokter hilang seketika