☀Cahaya matahari masih tinggi, namun panasnya tak semenyengat 3 jam lalu.
Aku melangkah perlahan, dengan maksud ingin menyegarkan mata sekaligus mencari udara segar.
Taman kota yang tak jauh dari lokasi sekolah adalah tempat favorit saat aku menunggu kendaraan hitam dengan seorang bapak setengah baya yang akan mengucapkan 'maaf ya non, saya terlambat' dan hanya akan membalasnya dengan senyum dan nggukan kepala mengerti.
Sebuah bangku taman tanpa meja yang sekiranya pas untuk dua sampai tiga orang duduk berdampingan.
Tak jauh dari keberadaan ku, terdengar percakapan dengan dua warna suara yang sangat kontras nyata, seorang laki-laki yang hanya terlihat punggungnya dan seorang gadis mungil dengan usia sekitar 2 tahun.
"Aaf ya kak, adi Asha ndak aja abak akak"
Dari maksud yang aku tangkap, sepertinya gadis kecil ini tengah meminta maaf karena telah menabrak laki-laki yang tengah berjongkok di hadapannya.
Dengan anggukan kepala dan usapan lembut sang lelaki yang mungkin sudah mewakili jawabannya.
Gadis kecil itu masih saja memutar kesana-kemari kepalanya seolah mencari sesuatu di bawah dan sekitar kakinya.
"Cari apa?"
What?!
Aku sedikit membulatkan mataku seketika.
Suara bariton yang selama ini aku rindu, yang selalu menjadi kawan malam kala mendung mendadak singgah.
"Bunga Asha"
"seperti apa bunga Asha?"
Masih dengan kesibukan dua manusia yang ternyata tengah mencari bunga milik Asha, aku masih asyik menjadi penonton dalam diam dari balik punggung salah satu dari keduanya.
"Sama ini"
Gadis kecil itu tengah menunjuk sebuah tanaman bunga berkelopak putih yang lucu dan cantik.
Tanpa aba-aba, jemari tangan kanan laki-laki bersuara bariton itu memetik setangkai bunga kecil yang telah di tunjuk oleh gadis di hadapannya dan mengarahkan tepat di hadapan sang gadis kecil.
"Adek mau?"
Dengan penuh semangat dan kepolosan yang sungguh ceria, gadis kecil itu mengangguk pasti dan menerima bunga yang terapit dalam jemari mungilnya.
"Akak baik, Asha suka akak"
Seolah tersedak karena menahan tawa atas ucapan sang gadis super menggemaskan itu.
Bahu punggung laki-laki itu sedikit bergetar, seolah dia tengah menahan tawa.
Terlintas sebuah paras tampan berseri di bawah sinar matahari, rambut hitam lebatnya, hidung bangirnya, mata elang yang bercahay menegaskan, dann..
"Akak mau bunga Asha?"
Lamunanku terbuyarkan kala telapak tangan mungil menggemaskan itu menyentuh jemari tangan kananku.
Aku masih saja diam menatap dua makhluk yang memusatkan pandangannya padaku, dengan dua air muka penuh tanya.
"Ini"
Glek!
Aku menelan air yang ada di tenggorakkanku sukar, menatap sebuah bunga berkelopak putih yang tengah anggun di telapak tangan terbukaku.
'Cup!'
"byebye akak cantik"
Aku membulat seketika, sebuah kecupan ringan singgah di pipi kiriku.
'Cup!'
"byebye akak ganteng"
Air muka yang lucu tak jauh berbeda dengan apa yang tengah terjadi padaku.
Gadis kecil ini memang sangat menggemaskan, lambaian tangan kanannya riang sekali, langkah kecil yang semakin menjauh jauh dari pandangku.
"Permisi"
Suara barithon itu melintas cepat melewatiku.
"Terimakasih"
Ia berbalik kala satu kata terucap dariku.
Ada sengatan listrik yang menyambar debar jantungku, ulah siapa lagi jika bukan si pemilik suara barithon yang mulai berlalu dihadapanku.
Aku menekan kuat dada kiriku, sepertinya setelah ini aku harus ke dokter spesialis jantung karena debarnya tidak senormal biasanya.
🌸
@rheyadhelima
Indah tidak harus meriah dan terlihat besar, hanya dari sebuah bunga berkelopak putih yang besarnya tak lebih besar dari telapak tangan saja sudah membuat bayangan senyum lengkap dengan suara barithon itu tak dapat hilang dari bayangan. Terimakasih untuk si kecil yang mungil lengkap dengan senyum, ceria, dan debarannya hari ini. 😊 #kecilmungil🌸
yuhuuu...
Balik lagi dengan manusia yang hobby nya corat-coret dan paling molor kalau di suruh upload & post cerita 😘
Saya tau kok yang ini agak absurd dan kurang ngefeel, karena saya bingung gimana persaan saya saat itu. Ehh😂Jangan lupa vote ⭐ and comment 💬 pembaca cerdaskuu😉
Salam manis,
@rheyadhelima-penaberjalan-
Terimakasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhelima Shavrheya
Teen FictionAku adalah gadis dengan moody super cepat berubah. Gadis yang lebih memilih diam untuk dunia manusia di sekitarku. Gadis dengan dua nama panggilan yangmana itu seolah memiliki dua kepribadian berbeda dari pandangan teman-teman di sekitarku. Bukan ta...