Tak Terlupakan

5 1 1
                                    

🎁

"Hey beb"

'Cup!'

"Renaaaa"

Aku membulatkan mata dengan sengaja mengusap pipi karena bekas kecupan dari Rhena, entah kenapa baru saja datang sudah mendapat serangan tak senonoh dari wanita yang cukup anggun di hari ini.

Kami berpelukan sejenak, sembari aku perhatikan look Rhena dari atas hingga bawah.

Rambut yang sebatas bahu tergerai dengan sedikit aksen gelombang di bawahnya, polesan sederhana yang menjadikan ia sangat berbeda dari biasanya.

Kemeja putih tanpa lengan itu terpasang rapih di dalam celananya, tak lupa dengan jas biru navy penuh bintang senada dengan sepatu tanpa hak yang ia pakai saat ini.

Tunggu!

Harusnya flatshoes yang ia pakai saat ini tanpa aksen dengan warna dasar senada dengan jas yang ia pakai saat ini, tapi kenapa jadi penuh bintang bertaburan disana ?!

Cat warna siapa lagi yang ia embat untuk memaksakan bintang bertaburan disana ?!

"Rheya"

Lamunanku terbuyarkan seketika, seorang manusia dengan pakaian rapih itu mengagetkanku begitu saja.

"Hey Rakka, ganteng amat hari ini"

Si centil Rhena sudah memulai aksinya, aksi meruntuhkan harga diriku sebagai temannya.

'Tuhan, maaf kan kawanku yang mudah kambuh kadar kejiwaannya ini tuhannn'

Aku menepuk kening pasrah, sepasrah-pasrahnya.

"Ini untuk kalian"

Dua bucket bunga mawar berbeda kain dan pita ini berganti arah dalam genggaman Rakka menjadi Aku dan Rhena, aku hanya mengangguk setelah terimakasih berlebihan di ucapkan Rhena dengan genitnya.

"Maafkan kawanku yang lupa dengan obat wajibnya ini ya Rakka"

Aku sedikit menyondongkan tubuhku seolah tengah berbisik pada Rakka padahal tetap saja Rhena mampu menangkap suara ku dengan mudahnya, berselang dengan itu kami (aku dan Rakka) terkikik karena bibir Rhena suda manyun semanyun-manyunnya.

😂

"Gua pengen ngomong sesuatu sama kalian"

Aku dan Rhena diam, menatap bingung dengan apa yang di ungkapkan Rakka beberapa detik lalu.

"Gua seneng lihat persahabatan kalian yang bertahan apa adanya sampai detik ini"

'huhh'

Napas ku meluruh, melembutkan pandang pada sorot hitam yang aku nikmati saat ini.

"Kampret, gua udah jantungan tau. Kirain mo ngomong apaan!!!"

Celoteh Rhena dengan kehebohan suara cempreng merusak gendang telinga seketika, dan ekspresi menyebalkan yang terpampang dalam air mukanya saat ini.

"kalian udah setor gift?"

Anggukan kepala hampir bersamaan sebagai jawaban atas pertanyaan yang aku suakan pada dua makhluk yang ada di hadapanku saat ini, bahkan rekah senyum kami pun tak layu dalam sedetik saja.

...

kata orang, 'jika kita merasa bahagia maka akan dengan cepat waktu bergulir begitu saja.'

Dan aku sepakat dengan pernyataan seperti itu, karena seperti itulah yang aku rasakan saat ini.

Dari tumpukan gift yang kami kumpulkan pada tempat-tempat yang sudah di sediakan, kami hanya menerima sebuah kertas putih yang kami ambil secara acak.

Hanya satu nama yang tertera dalam sebuah kertas putih di tanganku ini, entah kenapa terlintas namanya.

Manusia dengan pekaian bak pegawai kantor yang berada pada pimpinan tertinggi, tawanya menggema tak jauh dariku.

Hanya dari sudut mataku, aku lebih nyaman memandangnya seperti itu.

Mungkin, beberapa detik lalu sorot kami tak sengaja menyatu.

'Ketidaksengajaan yang indah.'

"Intip yukk"

Miss kepo yang selalu bikin kehebohan ini mendadak membuyarkan fokusku, aku menggelengkan kepala seraya melarangnya.

Bibir tipis Rhena mendadak maju beberapa centi, aku terkikik di buatnya.

"I wish, nama pangeran tampan sedunia yang tertulis untuk Rhena. Aminn.."

Aku mengangkat alis bingung dengan sikap manusia tanpa dosa ini, dan pasrah adalah jawaban terbaik dari segala jawaban yang aku pilih.

Setelah berlari dari kerumunan manusia yang ada, aku lebih asyik mengayunkan kaki di taman belakang sekolah.

Menikmati corak oranye yang mulai merekah sebelum mega dalam menit selanjutnya, suraiku yang tersapu angin menyibak sebagian punggungku.

"Boleh gabung?"

Napasku tercekat, mengikat seluruh desir dalam aliran nadi kehidupan.

Aku mengangguk mengiyakan sebagai jawaban, tak sekalipun mengangkat wajah untuk sekedar melirik siapa yang duduk disampingku.

"Mahasiswi Fakultas Bahasa, selamat ya"

Sebuah tangan kanan menjulur tepat di depanku, aku sedikit mendongak menatap jemarinya.

Aku meraih jemarinya, menjabat jemari kokoh yang menghangat dalam genggaman.

👫


@rheyadhelima
Bersama cahaya mega di rekah angkasa, ada yang jauh lebih hangat dari cahaya oranye yang menemani dalam waktu tak terduga. Jabat tangan terindah yang tak akan pernah termakan usia dalam kemas rapih sebuah cerita.
#takterlupakan

🎁

Mohon maaf atas terrrrngaretnya part ini 🙏

Berhubung saya lagi di tempat KKN yang signal nya sumpah nyebelin banget 😪

hallahhh alibi 😏 yang penting lanjut lah yaa 😉

Jangan lupa vote ⭐ and comment nya 💬

Salam manis,
@rheyadhelima

-penaberjalan-

Terimakasih🙏

Dhelima ShavrheyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang