🎵
Aku menunggu sebuah melody yang menggema, menuntunku pada hangatnya hidup yang tengah tercipta.
Aku memang mencarinya, diantara jutaan pasang mata yang tengah penuh dengan airmuka bahagia.
Tak lagi kutemukan sudut cahaya dibalik kacamata minusnya, dimana dia yang menguara di balik suara merdunya.
Temaram lampu jalanan di depan sekolah sudah menyala, menandakan bahwa petang tengah datang mengganti siangnya.
"Belum balik?"
Suara barithon itu menggema, memenuhi ruang terbuka yang dingin mengudara.
Aku tersenyum, menggeleng perlahan tanpa sampai menabrak pandangan sang pemilik suara yang selalu kuhafal di luar kepala.
"Mau ba.."
"Rheya!"
Aku sedikit terjingkat dari teriakan suara itu, suara yang lebih berat dari miss petasan beruntun dengan volume yang sedikit sama.
"Ehh sorry, ada elo juga disini?"
"Nggak sengaja lewat sih"
"Ohh"
Dua laki-laki yang asyik dengan topik perbincangannya itu kini diam.
Aku?
Jauh lebih diam tentunya.
"Sorry ya nunggu lama"
Aku mengangguk tanpa menengok lawan bicara, membiarkan kulit tubuhku tersengat dinginnya malam yang mulai menggigil secara perlahan.
"gua duluan ya"
Pemilik suara barithon itu kini bergegas pergi, meninggalkan sebuah punggung yang tetap dalam pandangku.
"Yakin ga mau ungkapin?"
Aku diam mencerna apa yang tengah tertangkap oleh pendengaranku saat ini.
"Balik sekarang?"
Aku mengangguk dan beranjak lebih dulu, mulai melangkah dan mendekat pada pintu mobil di sebelah kemudi.
"Langsung balik atau mau kemana gitu?"
Aku mengangguk kembali, menahan kantuk yang menyerang begitu hebat.
Mesin mobil sudah menyala, sabuk pengaman juga sudah terpasang dengan sempurna.
"boleh nanya?"
Aku membalikkan pandang dan tersenyum lalu mengangguk dan kembali menghadap jalan yang mulai senggang dalam petang.
"Ketua pelaksana, ehmm.. Maksudku, kau ada apa dengan dia?"
Aku mengarahkan kembali pada parasnya, airmuka serius menghadap jalan raya.
"salah kah? Sorry!"
Dia memandangku sekilas dengan airmuka penuh maaf, aku terkikik perlahan dan menopang daguku dengan tangan kanan, karena tangan kiriku aku sedekapkan dada untuk menopang tangan kananku.
"Suaramu indah"
'Cciiiittttt!!!!!'
"Aww.."
Aku mengaduh karena telapak tangan kananku menghantam dasboard mobil atas ulah dia menekan rem secara mendadak.
"Sorry sorry"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhelima Shavrheya
Teen FictionAku adalah gadis dengan moody super cepat berubah. Gadis yang lebih memilih diam untuk dunia manusia di sekitarku. Gadis dengan dua nama panggilan yangmana itu seolah memiliki dua kepribadian berbeda dari pandangan teman-teman di sekitarku. Bukan ta...