Begitu Singkat

8 3 0
                                    

👒


Matahari sudah nampak indah dari persembunyiannya, seperti kali pertama sekuntum bunga yang mulai merekah.

"Ehh non Rheya, tumben pagi-pagi sudah ada disini non?"

Aku memanyunkan bibirku sesaat tanda aku kecewa, satu detik berselang senyumku kembali merekah indah.

"Waahhh.. Bahagia sekali non pagi ini, jarang-jarang loh mamang lihat non Rheya segembira ini"

Aku terkikik perlahan sembari diam berdiri menyaksikan mang Udin yang tengah memandikan si hitam kesayangan.

"Bibi mana mang?"

"Saya disini non"

Belum juga mang Udin menjawab, sebuah suara menggema hingga aku dan mang Udin beralih melihat wanita yang biasa aku bibi Siti yang masih berjalan mendekat dengan selang air di tangannya.

Aku merekahkan senyum semanis mungkin pada bibi, melangkah riang dan mendekapnya tiba-tiba.

"Ehh non, baju bibi basah kena air ini, nanti non Rheya masuk angin loh"

Aku kembali memanyunkan bibirku sembari melepaskan pelukan, dan kembali tersenyum seketika.

"Non Rheya teh lagi bahagia atuh bi, masak begitu saja bibi tidak tau"

Aku mengangguk membenarkan ucapan mang Udin, dan tersenyum mengarah pada selang air di tangan bibi.

"Pinjam ya bibiku sayang"

'Cup!'

Aku mengecup singkat pipi gembul wanita yang menimangku selagi orang tuaku pergi bekerja, berlari dengan tertawa renyah membantu pekerjaan mang Udin.

"lohh non"

"Teh hangat dengan sedikit gulanya 3 ya bi"

Aku mengerlingkan mataku sebelah, lalu melanjutkan menyemprotkan air mengalir pada badan mobil.

Bukan membantu sih, lebih tepatnya memberatkan pekerjaan mang Udin.

Bagaimana tidak, kami lebih banyak bergurau terbanding memandikan si hitam.

Kurang dari beberapa jam yang akan datang, cahaya senja akan berseri cantik dari birunya langit cerah.

sebenarnya aku kesini tak sendiri, di tengah indahnya tanaman berbagai jenis dan bunga-bunga cantik yang ceria.

Mang Udin dan bi Sri adalah kawan bercandaku sedari pagi, hari ini free untuk aku dan untuk mereka.

Aku yang sudah terbebas dari berbagai macam jenis materi dan ujian negara, maka untuk mereka adalah kebebesan untuk sekedar beristirahat dari pekerjaannya.

"Rheya"

Suara barithon yang aku tunggu tengah menggema, bermelody indah dalam indra.

"Bibi tunggu non di mobil ya"

Aku mengangguk dengan sedikit tersipu pada wanita juga lelaki yang tengah melangkah pergi menjauh dariku.

Angin yang berhembus begitu saja, membuat suasana canggung di antara aku dan seseorang bersuara barithon kesayanganku ini.

"Ehmm boleh duduk?"

Aku mengangguk dan sedikit menggeser posisi dudukku sedikit menjauh darinya, memberikan raung kosong diantara kami berdua.

"Ehmm suka?"

Ha?

Aku diam, mengerutkan alis dan menatap manikmatanya yang indah.

Telunjuk tangan kanannya mengarah pada kepalanya, menampakkan sebuah topi bertolak warna dengan yang ada di kepala ku.

Aku mengulum senyumku penuh, tersenyum bahagia dalam rona tertahan kerana tundukku yang dalam.

Aku tersenyum dan melempar jauh senyumku lurus kedepan, menarik bagian samping kanan juga kiri juntaian surai hitam panjangku ke arah depan.

"Terimakasih"

Aku bergumam kala mengerti apa yang ia maksud saat ini, pelindung kepala kami berwarna senada dengan aksen yang berbeda.

"Thank's karena mau bantuin acara gua, ehh acara sekolah maksudnya"

Aku mengangguk dan tersenyum tanpa memalingkan muka padanya, mencoba menetralkan degupan yang terus saja berdetak tak karuan.

"Ehmm.. Guaa.."

Dia bergumam tak menentu, memberikan jeda untuk kata selanjutnya.

"Gua mau minta maaf juga"

Aku beralih menatapnya perlahan, mengangkat sebelah alisku untuk menanyakan ada apa?

"Sorry kalau mengganggu waktu yang lo punya sekarang"

Aku menggeleng dan tersenyum kearahnya,memastikan bahwa semua akan baik-baik saja adanya.

"Kauu.. Cantik"

Dua kata yang membuat napasku tertahan seketika, menyisakan rona merah dipipiku saja.

"Maaf non, sudah sore.."

Kami kaget!

Iya, aku dan pemilik suara barithon ini sedikit terlonjak hampir secara bersamaan.

"maaf, aku balik dulu ya"

Aku berpamitan dengan tundukku yang merona, tak berani menatap manik mata menegaskan miliknya.

"Iya"

"Terimakasih"

Aku beranjak dan mulai melangkah memunggunginya, membiarkan jiwaku berat akan langkah yang mulai menjauh.

"Rheya"

Aku berhenti, berbalik menatap sang pemilik suara.

"Sampai ketemu di malam pelepasan"

Aku tersenyum dan mengangguk meng-iya-kannya, dan kembali berbalik untuk melangkah menjauh darinya.

👒

@rheyadhelima
Kau memang bukan sepenuhnya pelindung untukku. Namun ketahuilah, jika ada energi bahagia saat mengingat dan berada dalam dekatmu.
#begitusingkat

👒

Aduhhh semakin lama, semakin mendaki part-part terakhir nih 😌

Maafkan saya jika akhir-akhir ini feel nya kurang memuaskan, entahlah kenapa 😪

Jangan lupa like ⭐ dan komen nya 💬 yaaaaa 😉

Salam manis,
@rheyadhelima

-penaberjalan-

Terimakasih🙏

Dhelima ShavrheyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang