♠
Pagi ini adalah pagi yang sangat sibuk dalam hitungan weekend di jadwal siswa-siswi disekolahku.
Akhir pekan yang biasanya kami isi dengan tidur pagi hingga siang, atau segala sesuatu yang tak pernah bisa kami lakukan saat hari masuk sekolah, sekedar jogging misalnya.
08.30 wib.
Pagar sekolah telah dibuka lebar, satu dua bapak ibu guru sudah sibuk dengan aktivitasnya."Nanti mamang jemput jam berapa non?"
"nanti saya telvon mamang ya"
Setelah mendapat anggukan dari pria setengah baya yang selalu setia mengantarkan aku pulang-pergi sekolah ini, lekas aku melangkah lebih dekat dengan gemuruh ramai kawan-kawan dengan segala aktivitasnya.
Aku melangkah perlahan menyaksikan sepasang flat shoes berwarna merah dengan pita hitam di tengahnya yang tengah melekat rapih di kedua kakiku.
Menggenggam kuat tali selempang atau kawan-kawan biasa mengatakan sling bag.
Berbagai macam bentuk baju santai tengah membalut kawan-kawanku, seperti dia yang...
Kok sama?!
Aku memperhatikan pakaian yang ia kenakan lalu beralih padaku.
Kemeja merah tanpa corak, milik ku terkancing rapih sedangkan dia hanya sebagai pelengkap dari kaos putih di dalamnya.
Rok hitam selutut yang tersetrika rapih dan dia celana jeans hitam yang sudah terlipat asal di bagian bawahnya, memperlihatkan sepasang mata kaki miliknya.
Sepatu cats hitam bercorak putih dengan tali putih yang terikat rapih.
Aku menggerai rambut hitam yang menutupi punggungku dan menyelipkan jepit pita hitam di sebelah kanan kepalaku, tak lupa topi hitam yang terpasang terbalik yang menjadi aksesoris kepalanya.
Aku menarik sudut bibirku sangat tipis lalu melangkah melewati dia yang masih ku dengar suara barithonnya.
"Rheya"
Hampir saja aku menabrak tiang koridor kala lengkingan suara petasan membaha dalam pendengaran ku.
"hey, baru dateng?"
Aku melangkah cepat dengan lengan kanan bocah berambut ikal ini yang sedikit menarikku.
"Perpus?"
Aku memperlambat langkahku yang tak sengaja malah menghentikan langkahnya.
"siap tuan putri"
"Rhenaaa"
Kami masih saja melangkah dengan ribuan kicauan yang keluar dari mulut petasan milik kawanku satu ini.
Rhena.
Gadis dengan pembawaan paling periang, suara lengkingan dan petasan beruntun yang selalu ia keluarkan saat bersama dengan kawan-kawan dekatnya, mendadak cuek ketika dengan laki-laki, dan selalu optimis dengan jodoh mister paling ganteng sedunia (dunia dia sendiri pastinya).
Tumpukan buku-buku dengan tebal halaman yang bisa dipastikan lebih dari 300 lembar ini sudah siap untuk berpindah dari perpustakaan menuju aula pada meja -keperpustakaan- dengan jembatan kedua tangan ku dan Rhena.
Ada yang bilang, Rheya dan Rhena adalah dua saudara kembar berbeda rahim.
Dimana ada diamnya Rheya sang gadis kacamata, pasti ada suara petasan Rhena sang gadis ikat cepol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhelima Shavrheya
Teen FictionAku adalah gadis dengan moody super cepat berubah. Gadis yang lebih memilih diam untuk dunia manusia di sekitarku. Gadis dengan dua nama panggilan yangmana itu seolah memiliki dua kepribadian berbeda dari pandangan teman-teman di sekitarku. Bukan ta...