Kompetisi

59 10 2
                                    

Selamat Membaca~
***

"Bisa gak lo ngalah sama cewek?"

"Ogah, gue duluan yang nyampe."

"Sembarangan banget lo, gue yang duluan mau masuk kelas."

"Gue duluan! Nih liat kaki gue mau masuk ke dalam kelas. Udahlah gue aja duluan yang masuk kelas."

Keduanya berada di tengah pintu kelas sedang berdesakan masuk ke dalam kelas. Tidak ada yang mau mengalah, keduanya ingin duluan masuk ke dalam kelas. Perdebatan itu terus berlanjut, berhenti ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa ia juga ingin masuk ke dalam kelas.

"Kalian kira cuma kalian yang mau masuk kelas?" ucap Ara yang berdiri tepat di belakang Raina dan Bayu.

Keduanya langsung diam tak ada yang melawan untuk masuk duluan. Dengan gerakan cepat, Raina langsung masuk ke dalam kelasnya dan meninggalkan Bayu yang masih berdiri di ambang pintu.

Ara meletakkan tasnya di atas meja, "ngapain sih pake berebut masuk kelas segala, kayak ada hadiahnya aja." Ara duduk di kursinya yang berada tepat di sebelah Raina.

"Dia yang gak mau ngalah," jawab Raina sambil menunjuk Bayu yang berada di meja depan dengan dagu.

"Terus, lo?"

"Ogah. Nanti dia merasa hebat lagi menang dari gue."

"Hei, ini bukan lomba."

"Hei, ini bukan pertemanan biasa."

Ara menggelengkan kepalanya melihat tingkah Raina. Entah kapan Bayu dan Raina bisa akur. Hal kecil saja bisa menjadi masalah di antara mereka. Ara membangkitkan diri dari kursinya dan berjalan menuju tempat Bayu duduk sambil membawakan bekal.

"Nih," ucap Ara sambil menyodorkan tempat makan berwarna kuning.

Ara mengambil posisi duduk di sebelah Bayu, "gue tadi pagi iseng masak nasi goreng buat sarapan, eh ternyata lumayan enak. Yaudah gue bagi ke lo," sambung Ara.

Bayu membuka tutup tempat makan dan mengendus aroma lezat yang berasal dari nasi goreng bikinan Ara. "Kebetulan banget gue tadi gak sempat sarapan."

"Rasanya enak banget ternyata," puji Bayu setelah melahap suapan pertamanya.

Ara memukul pelan pundak Bayu, "ah lebay lo."

Bayu menepuk puncak kepala Ara, "masakan lo makin lama makin enak."

Ara tertawa kecil. Bayu melanjutkan makannya sambil sesekali bercanda dengan Ara.

***
Beberapa siswa sedang mengantri di kantin sekolah karena memang beberapa menit yang lalu bel istirahat berbunyi. Tak terkecuali Raina, ia sedang menunggu pesanan bakso miliknya dan juga Ara. Tak butuh waktu lama, nampan berisi dua mangkuk bakso telah ia pegang.

"Sini biar gue bantuin." Bayu yang tiba-tiba datang langsung mengambil alih nampan dari tangan Raina.

"Ini punya gue sama Ara, bukan lo!" tegas Raina yang ingin mengambil nampannya kembali.

"Iya gue tau, gue mau bantu. Apa salahnya? Mending lo bayar baksonya," ucap Bayu kemudian pergi membawa nampan ke tempat di mana Ara berada.

Raina merasa tak tenang dengan kebaikan Bayu. Dengan cepat ia membayar bakso yang ia pesan. Namun, karena ramai ia harus mengantri.

Setelah membayar, dengan cepat ia melangkah mendatangi Ara. Dari jarak beberapa meter, ia melihat Bayu sudah melahap baksonya. Dugaannya memang tak pernah salah atau Bayu yang tak pernah benar.

Raina menggebrak pelan meja Bayu dan Ara. "Udah gue bilang ini bukan punya lo!" tegas Raina yang melotot ke arah Bayu dan menunjuk semangkuk bakso yang ada di depan Bayu.

"Kok lo di sini? Tadi kata Bayu lo gak jadi makan," tanya Ara sambil menunjuk Ara menggunakan garpu.

Raina mengalahkan pandangannya ke arah Ara. "Sahabat lo ini, gak bisa dipercaya. Alasan doang pengen tolong gue."

Bayu mengeluarkan selembar uang berwarna hijau, "beli lagi sana, gausah ribet."

"Lo yang bikin ribet!" Raina berbalik kemudian melangkah menjauh dari kantin. Selera makannya sudah hilang karena ulah Bayu.

"Rai!" panggil Bayu ketika Raina sudah menjauh beberapa langkah. Raina lalu menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

"Sekarang gue menang kan?" tanya Bayu yang membuat Raina sebal. Raina terus melanjutkan langkahnya tanpa menjawab ucapan Bayu.

***

Raina mengoceh tak jelas, ia masih sebal karena kelakuan Bayu. Semenjak mereka masuk di kelas yang sama, semua kegiatan menjadi kompetisi bagi mereka. Bahkan hal yang tidak berbobot pun harus ada yang memenangkan. Mungkin ini adalah salah satu cara mereka berbalas dendam dari perlakuan mereka di masa kecil dulu.

Mulut Raina berhenti bergerak ketika dua orang teman sekelasnya menghadang langkah kakinya.

"Kenapa lu ngedumel gak jelas?" tanya Upi yang tadi melihat mulut Raina yang bergerak dengan suara perlahan.

"Gara-gara temen lo nih," omel Raina pada dua sahabat Bayu yaitu Randy dan Lutfi.

"Kenapa lagi lo? Tiap hari kaga ada akurnya gue lihat." Randy ikut bertanya kepada Raina.

"Tanya aja sama temen lo sendiri, ngeselin banget sumpah." Raina melanjutkan langkahnya menuju kelas dan juga melanjutkan omelannya pada Bayu yang sempat terhenti.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Raina dan Ara jalan bersama menuju gerbang sekolah. Berbeda dengan Ara yang menuju gerbang karena telah dijemput oleh supir pribadinya. Raina menuju keluar gerbang untuk menunggu angkutan umum yang lewat, karena siang ini sangat terik ia tidak mau berjalan kaki.

Kini Raina telah sendiri, Ara telah melaju pergi meninggalkan Raina sendirian. Padahal Ara sudah mengajak pulang bersama, tetapi jarang sekali Raina mau karena perumahan Raina berada setelah perumahan Ara terlewati. Ia memang tidak suka merepotkan orang lain.

Seseorang menghentikan motornya tepat di sebelah Raina. Pengemudi itu membuka helm-nya dan tersenyum pada Raina.

"Mau bareng gak?"

"Gak! Gue gak mau lo menang lagi."

"Yakin? Siang ini panas lo," bujuk Bayu pada Raina.

Raina tak menggubris ucapan Bayu.
"Kali ini gak usah dihitung kalah menang deh," lanjut Bayu.

Raina melirik Bayu sekilas, "tak tik lo jadul banget." Untung saja setelah menjawab perkataan Bayu angkutan umum datang. Setelah memberhentikan, ia langsung naik ke dalam angkutan umum dan meninggalkan Bayu. Di tempatnya, Bayu tertawa kecil.

***
Halooo semuaa!!
Gimana nih awal ceritanya wkwk
Makasih yang udah ninggalin jejak :3

Luv, Ras!

DisputatioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang