Selamat Membaca
***Bayu memarkirkan motornya di parkiran rumahnya bersama dengan dua motor lainnya yang sudah pasti milik Rendy dan Upi. Mereka memang tadi sudah janjian kalau ingin berkumpul di rumah Bayu. Setelah itu, Bayu langsung menuju masuk ke rumahnya.
Saat Bayu membuka kamarnya, aroma asap rokok tercium kuat dari dalam kamarnya.
"Gila bau asap banget," tegur Bayu kepada kedua temannya yang sedang terduduk di atas karpet sambil memainkan game.
Bayu menutup pintu kamarnya kembali, "udah habis berapa bungkus lo?"
"Baru sebatang, Bay," jawab Rendy sambil menunjukkan rokok yang masih ia pegang.
"Tapi bau asapnya nyengat banget. Lo ikutan ngasap ya, Pi?" tuduh Bayu kepada Upi yang masih setia memainkan stick playstation di tangannya.
"Tuduh aja terus," jawabnya tanpa menoleh.
Bayu duduk di pinggir kasurnya lalu meletakkan tas dan melepas kaos kakinya. Ia lalu membaringkan badannya ke kasur kesayangannya.
"Cepet banget lu bedua nyampe, lewat mana?"
"Jalan biasa. Cuma lu yang lambat, pake segala godain Raina di gerbang sekolah," jawab Upi yang masih tetap fokus pada permainannya.
Bayu bangun dari posisinya, "yee siapa yang godain Raina." Bayu menoyor kepala Upi.
"Gue cuma mau ambil kesempatan emas aja, lumayan kan kalo dia kalah lagi," jawab Bayu.
Rendy mengeluarkan asap dari dalam mulutnya, "ngapain sih lo kompetisi mulu sama Raina. Menang kalah gak bakalan ada hadiahnya."
Upi langsung menoleh ke arah Bayu. "Nah bener kata Rendy. Tumben lo bener." tanyanya pada Rendy yang dijawab dengan ekspresi sombong. "Lebih baik lo ngalah sama cewek, mengalah bukan berarti kalah kan?" tanyanya pada Bayu
"Gak, gak, gak bisa. Kalo gue ngalah sama dia ya berarti gue kalah di mata dia," Bayu lalu bangkit dari duduknya. "Ini menyangkut harga diri gue sebagai lelaki, Man! Kalo gue ngalah, yang ada dia ngejekin gue."
"Huruf B sama C itu deketan, artinya dari benci bisa berubah jadi cinta," ucap Upi dengan gaya bicara yang dibuat-buat.
Bayu diam seketika, ia memandang pemandangan di sebrang rumahnya.
"Lah, mikir dia. Padahal gue becandaan aja," ucap Upi dengan Rendy sambil menunjuk Bayu.
Bayu berbalik ke arah kasurnya, kemudian membuka lacinya dan mengambil satu permen tangkai rasa susu. "Udah, daripada lo ngomong gak jelas. Mending makan permen," ucap Bayu lalu melemparkan permen ke arah Upi yang tepat mengenai kepalanya.
"Heh gue gak stress!" maki Upi.
"Memangnya orang stress aja yang boleh?"
"Pasti lo makan ini kalo lagi banyak pikiran,"
"Karena ini media pelampiasan gue."
"Mending lo pake ini," sahut Rendy sambil mengeluarkan asap dari mulutkan dan mengangkat batang rokok.
Bayu menggeleng, "ogah, kata lo 'kan rasanya manis. Berarti rasanya sama aja kayak permen."
"Beda lah, kalo pake ini lo keliatan kayak cowok dewasa."
"Dewasa enggak, nakal iya." Bayu duduk di antara mereka, "gue ikut main, pilihin yang bagus."
***
Suara pintu yang terbuka membuat Ara menoleh ke arah pintu masuk yang ada di belakangnya. Ia sedang bersantai ria di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Kenapa?"
"Masuk rumah gue ngucap salam dulu atau ngetok pintu. Ngagetin banget," omel Ara pada Bayu yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Gue udah manggilin lo dari luar tapi lo gak jawab. Gue kira di kamar, yaudah gue langsung masuk," jawab Bayu sambil mengambil posisi duduk di sebelah Ara.
Bayu menyodorkan tempat bekal berwarna kuning milik Ara. Ara mengambil tempat bekalnya dan membuka tutupnya.
"Kok dikasih ke gue?"
"Gak ada tangkainya."
"Terus kenapa lo beli?"
"Gue dibeliin."
Ara hanya mengangguk, kemudian ia membuka satu bungkus permen susu dari Bayu kemudian menyuapkan ke mulutnya.
"Enak ternyata, mau gak?" tawar Ara kepada Bayu sambil menyodorkan sebungkus permen.
Bayu menggeleng menolak, "eggak. Gue lagi biasa aja, pasti di lidah gue rasanya manis banget."
Ara menarik tangannya dan meletakkan kembali permen yang ia pegang ke dalam tempat bekal.
"Terus kalau lagi banyak pikiran rasanya beda?" Bayu mengangguk menjawab pertanyaan dari Ara.
"Oh iya, harus ada tangkainya juga," jawab Bayu kemudian.
"Kalau gak ada?"
"Kadang ketelan, suka lupa kalo lagi makan permen." Bayu tersenyum menampakkan giginya diakhir ucapannya.
"Fakta yang baru gue tau tentang lo." Ara mengambil beberapa permen dari tempat bekal di genggamannya, "jadi ini semua buat gue?"
Bayu mengangguk. Ara menyimpan kembali permen itu di tempat bekal miliknya dan meletakkannya di meja yang ada di depannya. Mata Bayu menyapu keadaan rumah Ara yang sangat bersih tetapi sepi.
"Orangtua lo belum pulang?"
Ara menatap ke arah jam dinding sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah Bayu, "gak ada sejarahnya mereka pulang cepat."
"Tapi ini udah jam sembilan malam loh."
Ara hanya mengedikan bahunya sambil menggelengkan kepalanya.
"Tante Diana juga belum pulang 'kan?" tanya Ara menyebut nama Mama Bayu.
Bayu tertawa kecil, "ya belum lah."
Lalu kedianya terdiam memperhatikan acara televisi yang sedang tayang.
"Bagi minum dong, haus banget gue," ucap Bayu sambil mengelus lehernya.
"Ambil sendiri, manja banget," jawab Ara sambil menunjuk ke arah dapur.
Bayu tertawa singkat lalu beranjak pergi mengambil minum. Langkahnya tertahan saat pergelangan Bayu diraih oleh Ara.
"Temenin sampe orangtua gue pulang ya, pliss," pinta Ara.
Bayu menarik pergelangan tangannya dari genggaman Ara, "iya gue temenin." Bayu tersenyum lalu menepuk puncak kepala Ara.
Ada rasa senang tersendiri dalam hatinya ketika melihat Bayu yang tidak pernah berubah dari pertama mereka bertemu. Bayu tidak pernah menolak permintaan Ara, itu yang membuat Ara bahagia.
***
Haloo gaiss.
Makasih yang udah ninggalin jejak <3Luv, Ras!
KAMU SEDANG MEMBACA
Disputatio
Teen Fiction"Lo itu bukan tipe gue! Jadi jangan berharap dengan sikap lo yang sok care gue jadi jatuh hati sama lo," tegas Raina saat Bayu mencoba menghiburnya. "Oh ya? Tenang aja kok lo juga bukan tipe gue. Cewek sangar kaya lo jauh dari daftar kriteteria cewe...