January 1st

1K 61 6
                                    

  "Kapal HMQE II sudah siap berlayar. Kami segenap staff kapal persiar ini dengan senang hati akan melayani seluruh penumpang dengan sebaik mungkin. Pemberhentian pertama adalah Thailand dalam waktu dua hari,"

  Suara di speaker yang berada hampir di penjuru kapal, termasuk kamar-kamar, terdengar. Seorang Kwon Yuri yang merupakan kepala dokter di kapal ini membaringkan tubuhnya di atas kasur. Di sampingnya, adalah dinding dari kaca besar yang menampilkan pemandangan laut yang indah.

  Inilah alasan mengapa dirinya ingin menjadi dokter di sebuah kapal pesiar. Ia bisa mengelilingi dunia gratis dengan segala kebutuhan hidup, selain itu, ia juga dibayar dengan gaji yang sangat tinggi. Bahkan uang itu jarang digunakan karena ia lebih sering berada di laut dan hanya berhenti sesekali, selama satu hingga lima hari di satu negara, sebelum kembali berkeliling mengarungi laut.

  "dr. Kwon, anda menghampiri acara malam ini?" tanya seorang pelayan yang bertugas membersihkan kamar-kamar, namun kali ini duduk di kursi ruangan wanita itu karena shiftnya dimulai di malam hari. Mari adalah teman baik Yuri dalam berbagi keluh kesah.

  "Tentu saja. Sudah tiga tahun aku bekerja disini, Mari. Acara pertama di kapal setiap batch baru dibuka merupakan salah satu yang paling kutunggu. Berkenalan dengan orang-orang baru, menambah relasi bahkan teman," balas Yuri santai sambil memandangi lautan luas yang akan diarungi.

  Mira menganggukkan kepalanya paham. "Langit sudah sore. Aku sebaiknya bersiap-siap untuk bertugas. Kau juga sebaiknya bersiap-siap untuk acara nanti malam, dr. Kwon," kata Mira sambil bangkit dari kursi yang didudukinya, melangkah menuju arah pintu.

  "Akan kutemui kau nanti. Semangat!"

  Mira lalu meninggalkan ruangan. Yuri terdiam sendiri. Memang benar, langit mulai berubah menjadi warna oranye bercampur kuning. Matahari terlihat mulai tenggelam dan setengahnya menghilang 'diterkam' lautan biru.

  Yuri melepaskan pakaiannya, hanya tersisa pakaian dalam berwarna krem. Ia lalu menuju lemarinya, mengambil sebuah gaun berwarna biru tua yang indah, press body. Dipakainya gaun itu dengan cepat sebelum melempar pakaian kerjanya ke dalam keranjang pakaian kotor dekat pintu kamar mandi.

  Dipoles sedikit wajahnya, terutama pada bagian mata dengan eyeshadow berwarna senada dengan gaun yang digunakannya. Kakinya masuk ke dalam heels setinggi enam senti, warna yang kali ini tidak senada, melainkan warna putih.

  Tidak terasa, jarum jam yang lebih pendek menunjuk angka setengah enam. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu kemudian meninggalkan kabinnya, menuju restauran yang mulai ramai dikunjungi oleh penumpang dari berbagai kelas sosial. Ia dapat melihat anak konglomerat, konglomeratnya sendiri, sesama dokter, pengusaha ternama dan bahkan orang-orang terkenal di dunia sudah berada disana saling berkenalan dan bercengkerama satu sama lain, mengakrabkan diri dengan tetangga selama perjalanan satu tahun ini.

  "Selamat malam. Sebagai pemilik kapal pesiar ini saya dengan senang menyambut anda ke perjalanan satu tahun lamanya ini. Setiap minggunya akan ada acara untuk menghibur anda. Kami menyiapkan fasilitas lengkap dengan restauran La' Favelia ini dipimpin Chef Seohyun, wanita berbakat dalam bidang memasak," ucap Donghae, pemilik kapal itu sambil memperkenalkan ketua dapur.

  Seohyun tersenyum dari balik kaca yang memperlihatkan dapur pada para pengunjung restauran. Ia melambaikan tangan sebelum kembali sibuk memasak dan mengatur hidangan untuk malam ini. "Lalu, saya akan memperkenalkan rekan lama saya, dr. Kwon Yuri yang merupakan dokter di kapal ini. Ia dengan senang hati akan membantu anda jika anda merasa kurang baik," 

  Pria itu lalu meminta Yuri berdiam diri di sampingnya dengan gerakan isyarat di tangan kanan. Yuri melangkahkan kakinya menuju pria itu tepat saat dirinya baru saja akan duduk di sebuah kursi bersama penumpang lain.

  "Perkenalkan dirimu,"

  "Annyeonghaseyo, Kwon Yuri imnida. Saya adalah kepala dokter di kapal ini dan dengan senang hati akan membantu anda jika memang saya dibutuhkan," kata Yuri lembut di depan standing microphone. Semua orang menepuk tangan mereka. 

  Donghae lalu kembali mengenalkan beberapa orang penting di kapal pesiar tersebut sebelum mengizinkan seluruh tamunya untuk memesan makanan dan menikmati hidangan mereka dengan alunan para pemain lagu klasik di sudut kiri ruangan.

  Yuri duduk menyantap makan malamnya sambil bercengkrama dengan tamu yang duduk di meja sama dengannya. "Benarkah? Saya kurang tahu mengenai masalah itu namun sepertinya sangat berdampak bagi perekonomian Korea Selatan," balas Yuri sopan menanggapi cerita seorang wanita tua di depannya mengenai keputusan Presiden Korea Selatan yang salah dan kini berdampak pada perekonomian negaranya sendiri.

  "Ia tidak mengatakannya secara langsung. Tentu saja untuk menutupi kesalahannya. Kalimat itu tersirat dalam pidatonya kemarin,"

  Dokter itu menganggukkan kepalanya paham. "Permisi sebentar, tapi boleh saya pinjam dr. Kwon?" tanya Donghae. Seluruh tamu di meja itu menganggukkan kepalanya. "Pergilah anak muda. Kau jangan duduk terus dengan orang tua seperti kami," ujar wanita tua yang duduk tepat di depannya sejak tadi.

  "Ah.. Saya permisi sebentar,"

  Yuri lalu berdiri dan mengikuti langkah Donghae menuju seorang pria berjas hitam rapi. "dr. Kwon, aku ingin memperkenalkanmu dengan salah satu rekan terdekatku. Ia seorang dokter dan juga mengetahui beberapa hal kecil mengenai Inggris dan sejarahnya seperti yang kau sukai," kata Donghae.

  "Kwon Yuri imnida,"

  Pria yang diperkenalkan Donghae itu tersenyum tipis. "Cho Kyuhyun imnida. Senang berkenalan denganmu, dr. Kwon. Aku mendengar banyak sekali prestasimu terutama dalam bidang kemanusiaan," ucap Kyuhyun. Yuri hanya tersenyum tipis. 

  "Dia memang sedikit.. ah bukan sedikit lagi. Ia memang mesum dan sembarangan, tapi aku yakin kalian akan menjadi teman yang baik. Mengingat kalian sama-sama seorang dokter, tentu bisa saling bertukar pikiran dan pembicaraan kalian pastinya pas mengenai dunia kedokteran," sambung Donghae. "Aku harap begitu," balas Yuri sambil menerima segelas wine dari Donghae, begitupun Kyuhyun.

  "Kalau begitu aku tinggal terlebih dahulu. Kau bisa menemaninya selama perjalanan satu tahun ini bukan, dr. Kwon?" tanya Donghae. Wanita dengan rambut terurai itu menganggukkan kepalanya sembari melukiskan senyum manis di wajahnya.

  Kyuhyun tersenyum lalu merangkul sosok itu secara tiba-tiba, membuat Yuri sedikit terkejut. "dr. Kwon, kau terlihat sangat cantik malam ini," puji pria itu. "Terima kasih, dr. Cho. Panggil saja Yuri, tidak perlu dengan sebutan formal seperti itu," balas Yuri sedikit kaku. "Kalau begitu kau juga tidak perlu memanggilku secara formal. Panggil saja Kyuhyun,"

  Yuri menoleh lalu menunduk. "Mungkin sebaiknya kau melepaskan tanganmu dari pinggangku. Aku merasa sangat tidak nyaman dengan perlakuanmu," kata Yuri sopan. Kyuhyun terkekeh mendengar kata-kata yang satu persatu keluar dari bibir Yuri, membentuk kalimat yang menjelaskan bahwa wanita itu sangatlah naif.

  "Kau terlalu naif, Kwon Yuri. Jangan seperti itu. Aku akan mengajarimu sesuatu,"

  Wanita itu menaikkan salah satu alisnya. "Mengajari apa?" tanyanya tidak paham dengan apa yang dipikirkan oleh pria itu di kepalanya. "Sesuatu. Kau akan menyadarinya nanti. Jadi..."

  Pria itu memojokkan Yuri ke salah satu pilar restauran yang tak terlalu terlihat oleh para tamu yang ramai berlalu lalang. Ia mendekatkan kepalanya, lalu kini jarak antara bibirnya dengan telinga Yuri hanya berbeda beberapa milimeter. Yuri merasakan bulu kuduknya berdiri seakan ia melihat seorang hantu yang akan membunuhnya begitu saja.

  ".. turuti saja perintahku. Ikuti saja alurnya dan kau akan baik-baik saja. Berusaha kabur dariku merupakan cara yang salah," bisik pria itu sensual. Ia lalu menyusuri leher dan pundak Yuri tanpa menyentuhnya dengan bibir lembutnya sebelum melangkah menjauh.

to be continued.

Love Never DiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang