Minggu kedua.
Minggu kedua kapal berlayar mengarungi lautan. Beberapa hari yang lalu, mereka sudah singgah di Thailand namun Yuri memutuskan untuk tidak turun sama sekali mengingat dirinya sedang mengurus seorang tamu yang demam tinggi. Tamunya kali ini tergolong cukup muda; berusia lima tahun dan demam selama tiga hari tanpa henti.
Ia tidak menyayangkan kesempatan untuk turun di Thailand karena dirinya sudah cukup seirng singgah di tempat itu dan menikmati keindahan alam dan budayanya yang berbeda jauh dengan Korea Selatan. Masih ada banyak tempat pemberhentian lainnya, contohnya saat ini; ia singgah di Bali, Indonesia, sebelum lanjut ke Australia untuk menikmati alamnya.
"Yuri, kau berada disini?" tanya seseorang dari belakang ketika Yuri sedang sibuk melihat-lihat pakaian khas pulau yang dikenal dengan adat dan budayanya itu. Wanita itu menoleh dan menemukan Kyuhyun berdiri di belakangnya pas. "Oh, Kyuhyun. Aku hanya melihat-lihat kaus tipis yang sepertinya enak untuk dipakai tidur. Kau sedang melihat-lihat apa?" tanya Yuri.
"Aku?" tanya Kyuhyun sambil menunjuk dirinya sendiri. "Aku sedang memperhatikan para perempuan berbikini yang berkeliaran. Mataku tidak bisa jauh-jauh dari mereka," ucap Kyuhyun. Yuri tertawa kecil. "Menjijikan sekali," komentar dokter itu setelah meletakkan kembali sebuah kaus yang dipegangnya tadi ke rak pajangan.
Ia lalu melangkahkan kakinya keluar dari toko tersebut, diikuti Kyuhyun di belakangnya. "Kau memang mau mengikutiku kemana-mana atau bagaimana, Kyuhyun?" tanya Yuri sedikit canggung, menjelaskan dirinya memang tidak terlalu dekat dengan sosok yang pertama kali dikenalkan kepadanya oleh atasannya, Donghae, sang pemilik kapal pesiar tempatnya bekerja tiga tahun belakangan ini.
"Kau ini naif sekali," celetuk Kyuhyun.
Yuri tidak menanggapi dan justru menaikki tangga kapal pesiar, masih diikuti Kyuhyun di belakangnya. "Kau ini kenapa sih? Tonton saja pertunjukkan kecak atau tarian lain disini. Nikmati keindahan Bali daripada mengikutiku kemana-mana," ujar Yuri sedikit ketus. "dr. Kwon, Mr. Lee meminta saya mencari anda. Ia meminta anda untuk bertemu dengannya di dekat kolam renang," ucap seorang staff pria.
"Terima kasih sudah memberitahuku. Aku akan segera kesana,"
Perempuan itu menatap sinis Kyuhyun sebelum melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kolam renang, menghampiri sosok pria dengan kausnya yang santai dan celana pendek berwarna coklat muda itu.
"Ada apa, Donghae?" tanya Yuri ketika ia sudah cukup dekat untuk berbicara dua mata dengan sosok itu. Pria itu tiba-tiba memeluk Yuri erat sebelum melepaskannya dan menatap kedua mata Yuri lekat.
"Aku mencintaimu, Kwon Yuri. Maukah kau menjalin hubungan yang lebih serius denganku?" tanya Donghae begitu saja. Yuri terlihat bingung di depannya. Ia seperti anak kecil yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Mata Kyuhyun menatap dari kejauhan sebelum tertawa melihat aksi sahabatnya, Donghae, yang sangat-sangat tidak romantis terhadap seorang wanita yang dicintainya.
Wanita kelahiran lima desember itu tersenyum tipis. "Aku mau, Donghae-ah," jawab Yuri lembut. Pria itu terlihat senang dan memeluk Yuri erat. "Akhirnya aku bisa mengatakannya secara langsung kepadamu. Selama ini aku tersiksa karena tidak bisa mengatakan hal ini kepadamu," ucap Donghae. Yuri hanya tertawa kecil.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Donghae. "Aku baru saja pulang dari berkeliling dan akan kembali ke kabin untuk beristirahat. Kau masih sibuk?" tanya Yuri ke kekasihnya ini. Pria itu mengangguk kecil. "Aku akan datang ke kabinmu setelah aku selesai mengurusi masalah di dapur bersama Seohyun dan Yoona," jawab pria itu.
Yuri mengangguk. "Kalau begitu aku ke kabin terlebih dahulu. Sampai jumpa nanti," ucapnya pelan sebelum melangkah masuk ke dalam kabinnya yang terletak di lantai empat. Disana, ia menyuci kaki dan tangannya, mengganti pakaiannya, serta membersihkan wajahnya sebelum berbaring di atas kasur putih itu dengan nyaman.
"Badanku rasanya remuk berkeliling tanpa henti kesana kemari. Mungkin nanti di Australia aku akan diam saja di kabin atau menikmati keindahan alam di kapal ini,"
Waktu berlalu, Donghae lalu tak lama menepati janjinya, mengunjungi Yuri di kabin. Pria itu duduk di sofa dan mengusap kepala Yuri yang berbaring di pahanya. "Bagaimana kabar gadis yang kau tangani kemarin, Yuri? Sudah baikan?" tanya Donghae lembut. Wanita itu mengangguk. "Ia hanya demam biasa akibat radang tenggorokan yang dideritanya. Aku sudah memberinya obat dan pada hari kelima ia baik-baik saja," balas Yuri.
Keduanya saling bertatapan. Yuri mendongak dan Kyuhyun menunduk. "Aku suka senyummu yang seperti itu, pertahankan dan sering-seringlah perlihatkan kepadaku," kata gadis itu sambil mencubit pipi Donghae sedikit. Pria itu tertawa. "Bagaimana dengan temanku yang kukenalkan? Ku lihat kalian berdua akrab sekali," tanya Donghae.
Yuri tertawa sarkas. "Temanmu itu sangat mesum. Dia membuntutiku kemana-kemana hanya digunakan sebagai tameng agar tidak ada yang curiga bahwa dia sednag memperhatikan perempuan berbikini di pinggir pantai. Aneh sekali. Kau sebaiknya perkenalkan dia dengan film porno dan majalah playboy daripada menjadi gila seperti itu," jawab Yuri sambil tertawa sendiri mengingat-ingat jawaban Kyuhyun tadi siang.
"Eo? Aku sudah memperkenalkannya dengan segala macam hal seperti itu namun ia berkata bahwa hal seperti itu kurang menantang,"
Ia menggelengkan kepalanya. "Laki-laki memang berbeda. Aku tidak mengerti lagi dengan kaum kalian. Kalau aku menjadi kekasihnya, akan kukirim Kyuhyun ke para wanita prostitusi," sahut Yuri.
Donghae hanya tertawa mendengar jawaban sang kekasih hati. "Sudah malam. Kau sebaiknya beristirahat, Yuri. Tidurlah. Aku akan kembali ke kabinku untuk beristirahat. Masih ada hari esok untuk kita bersantai berdua menikmati pulau ini,"
Yuri mengangguk. Ia lalu bangkit dari posisinya tadi dan membukakan pintu untuk Donghae. "Selamat malam, Donghae-ah," ucap Yuri. Sang adam mengecup kening sang hawa dengan penuh kasih sayang.
"Selamat malam, Yuri-ku sayang,"
Pria itu lalu meninggalkan kabin Yuri menuju kabinnya di ujung lorong. Yuri lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kabin. Ia harus beristirahat malam ini sebelum tubuhnya terasa sakit semua esok hari.
###
"Yuri! Kau sudah bangun!" ucap Seohyun dari balik meja.
Chef itu tertawa melihat rambut Yuri yang mengembang seperti singa. "Ada ap adengan rambutmu?" tanya Seohyun. Yuri mengendikkan kedua bahunya. "Urgh.. aku tidak tahu namun saat aku terbangun rambutku sudah seperti ini," jawab Yuri frustasi. Ia hampir setengah jam lebih menghabiskan waktu untuk merapikan rambutnya namun tidak berhasil sama sekali.
"Apa menu sarapan pagi ini, Seohyun?" tanya Yuri sambil memegang piring di kedua tangannya. "English breakfast. Banyak yang meminta menu ini untuk sarapan. Mau tidak mau aku harus menuruti keinginan mereka," jawab chef lulusan Australia itu. "Kita di Indonesia dan mereka memesan english breakfast untuk sarapan. Apa yang mereka pikirkan?" tanya Yuri bingung mendengar apa yang dikatakan Seohyun.
Seohyun hanya tertawa. "Aku tahu. Mereka memang aneh," balasnya. Seohyun lalu menukar piring di tangan Yuri dengan piring yang berada di tangannya. "Ini sudah kusiapkan dari semua piring buffet yang ada. Sarapanmu pagi ini. Selamat menikmati!" katanya senang.
"Terima kasih, Seohyun. Kembalilah bekerja,"
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Never Dies
FanfictionKwon Yuri, seorang dokter dengan pengetahuan luar biasa mengenai keluarga kerajaan Inggris, yang bekerja di kapal pesiar bertemu dengan seorang dokter bedah yang sedang melarikan diri dari kenyataan bahwa pertunangannya gagal, Cho Kyuhyun. Kapal yan...